Thursday, February 7, 2008

LKS SMA kelas XII Bahasa /Sastra



STANDAR KOMPETENSI : Mendengarkan
1. Memahami pembacaan puisi terjemahan
1.1 KOMPETENSI DASAR : Menentukan tema serta amanat puisi terjemahan yang dibacakan
INDIKATOR :
• Menentukan isi puisi terjemahan yang dibacakan
• Menentukan tema dengan bukti yang mendukung
• Menentukan sikap penyair terhadap objek yang dibicarakan dalam puisi
• Menentukan amanat/pesan penyair, baik yang tersurat maupun yang tersirat
MATERI
Terjemahan Puisi
"Poetry is what gets lost in translation." Demikian kata Robert Frost yang terkenal tentang terjemahan puisi. Ini bererti puisi bukan tidak boleh diterjemahkan, tetapi dalam terjemahan puisi, mungkin "essense" puisi itu hilang.
Banyak yang dipelajari dari puisi terjemahan yaitu :
1. mempelajari bagaimana teknik sesebuah puisi dari seorang penyair
2. bagaimana penyair memilih diksi
3. mencipta imej,
4. menyusun idea.
5. mengunakan bahasa
Menterjemah memerlukan daya kreasi dan kemahiran bahasa. Ramai penyair yang baik suka menterjemah di antaranya W.S.Merwin, Richard Wilbur, Robert Bly dari Amerika; Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono dari Indonesia. Dari Malaysia, kita dapati Muhammad Haji Salleh dan Zakaria Ali.
Menterjemah, satu latihan yang terbaik bagi seseorang penyair untuk mempelajari karya penyair lain, terutama penyair besar dunia.
Perhatikan teks puisi berikut !
Pintu
(Judul sumber: La puerta)
Karya: Alfredo García Valdez
Di mana pun kauberada: di dasar laut, di pucuk bintang, di rongga pepohonan, di dasar batu prasasti, pun di bola mata perempuan, pintu terbuka dan tertutup. Hujan kerinduan atau tegangan hasrat sanggup membukanya. Pasir mimpi menumpuk di ambangnya. Dan di atas pintu, nama sejatimu terukir dengan garam. Di baliknya ‘kan kaujumpai ia yang lain, sosok sejati, yang pergi berkeluyuran selagi kaumenangis, tidur atau bercinta.
Pintu lambangkan perjanjian yang mengikatmu dengan dunia kematian, pun dengan alam kehidupan. Di baliknya tiada selir ataupun perpustakaan: ini bukan ilmu tentang aksara atau daging. Pintulah engsel yang satukan surga dan neraka; pintulah piston yang pompakan lautan teduh, jua berbadai; dan pintulah rongga pengatur alur nafasmu sebagai orang mati, pun sebagai orang hidup.
Oh harapan, kaulah kepolosan bocah yang langkahi ambang pintu dan lanjutkan permainan mengasyikkan. Sang kekasih simak cakapmu penuh sabar dan mencari jejak-jejak kata wasiat, mengelusmu di tidurmu dan temukan kunci di antara tulang-belulangmu. Bila ia sanggup lewati pintu itu, ia bakal menjelma jadi sosok utuh, yang berjalan-jalan selagi kaumenderita, bekerja atau tertawa.
Oh harapan, kaulah kepolosan bocah yang nekat mengusik si macan diam.
Diterjemahkan di Jogja pada tgl 9 Juni 2002
(By Yohanes Manhitu)

Bandingkan dengan puisi berikut !

TAHAJJUD CINTAKU
Oleh : Emha Ainun Najib
Maha anggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
1988

Setelah Anda membaca kedua puisi di atas, apakah yang terasa dalam pikiran Anda mengenai kedua puisi tersebut?
Sebuah puisi terkandung makna yang begitu sarat dengan rasa, keinginan, kepedulian, bahkan di dalam puisi tersimpan berjuta kenangan ataupun harapan.
Tagihan 1

1. Apakah tema kedua puisi tersebut? Berikan argumen atas tema yang Anda rumuskan tersebut?
.....................................................................................2. Makna apa yang terkandung adalam puisi terjemahan tersebut?
.....................................................................................
3. Adakah persamaan dan perbedaan sikap kedua penyair dalam karyanya tersebut? Berikan argemun terhadap tanggapan Anda !
.....................................................................................
4. Apa pesan yang hendak disampaikan kedua penyair melalui puisinya?
5. Apa pokok masalah yang ingin disampaikan oleh Emha Ainun Najib dalam puisinya sama dengan puisi terjemahan tersebut? Kemukakan argumenmu!

STANDAR KOMPETENSI : Mendengarkan
1. Memahami pembacaan puisi terjemahan
KOMPETENSI DASAR : 1.2 Mengevaluasi puisi terjemahan yang dibacakan
INDIKATOR :
• Mengevaluasi puisi terjemahan yang dibacakan dari segi isi, tema, sikap penyair, dan amanat/ pesan
• Menjelaskan amanat/ pesan
• Menanggapi puisi terjemahan yang dibaca berdasarkan format penilaian tanggapan
MATERI :
Bacalah puisi terjemahan berikut dengan lafal,intonasi, dan ekpresi yang baik ! Rekan Anda akan memberi penilaian terhadap pembacaan puisi yang Anda lakukan!
ANGIN(Judul sumber: Viento)
Karya: Octavio Paz(terjemahan : (By Yohanes Manhitu)
Berkidung dedaunan,
menari buah-buah pir di pohon;
berkisar bunga mawar,
mawar angin, bukan pohon mawar.
Gumpalan demi gumpalan awan
melayang bermimpi, jadi ganggang udara;
seluruh jagat raya
beredar bebas iringi mereka.

Segalanya bagai cakrawala;
bergetar galah apiun
dan seorang perempuan telanjang
temani angin di punggung ombak.
Aku bukan siapa-siapa,
aku tubuh mengapung, sinar, juga gelora;
segalanya dari angin
dan anginlah udara pengembara.

(Diterjemahkan di Jogja 26 Desember 2004)

RUBRIK PENILAIAN PEMBACAAN PUISI
Nama : .................................................................
No. Absen : .................................................................
Kelas : ................................................................

No Aspek Skor
1 2 3 4
1 Ekpresi
2 Gerak
3 Mimik
4 Vokal
Skor Maksimal 16

Skor Perolehan
Nilai Akhir = -------------------- x 100
Skor Maksimal (16)





STANDAR KOMPETENSI : Berbicara
2. Mengapresiasi puisi lama melalui kegiatan melisankan dan diskusi
2.1 KOMPETENSI DASAR : 2.1 Membandingkan puisi Indonesia dengan puisi terjemahan dalam hal penggunaan bahasa dan nilai-nilai estetika yang dianut
INDIKATOR :
• Menentukan berbagai penyimpangan bahasa (leksikal, fonologi, semantis, dan sintaksis) dalam masing-masing puisi
• Menentukan nilai-nilai dalam puisi
• Membandingkan berbagai nilai yang dianut masing-masing penyair dalam puisinya
MATERI :
Ketika kita membicarakan puisi yang terlintas dalam benak kita adalah kata-kata puitis, penuh kiasan, dan bersimbol. Jangan lupa pula dalam sebuah puisi yang tercipta dari tangan penyair di sana terdapat bahasa yang padat makna.
Kegelisahan hampir dapat dipastikan akan selalu ada dalam perjalanan hidup manusia. Seperti juga aku dan juga anda tentunya. Tetapi di sini jelas berbeda. Dalam hal apa? Proses penciptaan puisi merupakan proses perenungan diri.
Tentunya dalam hal penyikapan, penguraian, pemaknaan dan pengaktualisasian dari rentetan kegelisahan yang melingkupi perjalanan diri. Ada pilihan-pilihan yang akan terpampang dalam perjalanan (proses) pencarian untuk ditetapkan sebagai media aktualisasi. Menulis puisi adalah salah satunya. Konsistensi sangat dibutuhkan untuk membawa eksistensi diri muncul kepermukaan.
Puisi dalam hal ini tidak sekedar teks puitis tapi memiliki kekuatan yang sengaja atau tidak sebagai sarana kontemplasi dan introspeksi diri (khususnya bagi penulis). Ada energi yang melonjak dari baris satu ke baris berikutnya. Dari satu bait ke bait berikutnya. Yang menciptakan efek dramatik dari proses dilematik yang tereduksi oleh kemampuan daya nalar penyair (yang benar-benar penyair).
Nilai-nilai yang diemban oleh sebuah puisi tidak hanya menguraikan sebuah amanat atau pesan moral, namun ada pula sosial masyarakat, kasih sayang, ekonomi yang dialami, budaya dalam masyarakat, atu bahkan nilai politik kekuasaan.

Cermati Puisi karya Goenawan Mohamad berikut ini!

PADA ALBUM MIGUEL DE COVAROBIAS
Oleh : Goenawan Mohammad
Kuinginkan tubuhmu
dari zaman
yang tak punya tanda,
kecuali warna sepia.
Pundakmu
yang bebas ,
akan kurampas
dari sia-sia.
Akan kuletakan sintalmu
pada tubir meja:
telanjang
yang meminta
kekar kemaluan purba,
dan zat hutan
yang jauh, dengan surya
yang datang sederhana.
Akan kubiarkan waktu
mencambukmu,
lepas. Tak ada yang tersisa
dalam pigura
juga api yang tertinggal
pada klimaks ketiga,
juga para dewa, juga kau
yang akan runduk
Kematian pun akan masuk kembali
kembali, kembali...
Mari.
Kuinginkan tubuhmu
dari zaman
yang tak punya tanda
kecuali
warna sepia
1996
dikutip dari: Misalkan Kita Di Sarajevo, Kalam, 1998

Cinta, api yang menyulut tanpa rupa
(Judul sumber: Amor é fugo que arde sem se ver
)
Karya: Luís Vas de Camões (terjemahan : (By Yohanes Manhitu) Cinta, api yang menyulut tiada rupa;
Cinta, luka yang timbul tanpa terasa;
Cinta, sakit membingungkan tanpa perih;

Cinta, benci tapi rindu;
Cinta, kesunyian yang berlalu di tengah insan;
Cinta, tak pernah puas akan kesukaan;
Cinta, memelihara harta dari kehilangan;

Cinta, hasrat menuju perangkap niat;
Cinta, melayani yang menang, sang penakluk;
Cinta, memiliki yang jadi belati kesetiaan mematikan.

Tapi bagaimana kebajikan hatinya bisa lahirkan
Tali persahabatan dalam hati setiap insan,
Bila cinta yang sama jadi seteru dirinya?

Diterjemahkan di Jogja pada tgl 18 Mei 2004

Tagihan 1

1. Bagaimana kesan dan makna yang bisa kita , tangkap dari puisi Goenawan tersebut?
.....................................................................................2. Bagaimana pula kesan dan makna yang bisa kita tangkap dari puisi terjemahan Yohanes Manhitu?
.................................................................................
3. Bagaimanakah penggunaan bahasa dan pilihan kata dalam kedua puisi di atas ?
.............................................................................
a. PADA ALBUM MIGUEL DE COVAROBIAS
Oleh :Goenawan Mohammad
b. Cinta, api yang menyulut tanpa rupa(Judul sumber: Amor é fugo que arde sem se ver)
Karya: Luís Vas de Camões (terjemahan : (By Yohanes Manhitu)

(1) Bahasa
(2) Pilihan Kata


STANDAR KOMPETENSI : 2. Berbicara
Mengapresiasi puisi lama melalui kegiatan melisankan dan diskusi
KOMPETENSI DASAR : 2.2 Membandingkan puisi Indonesia dengan puisi terjemahan dalam hal penggunaan bahasa dan nilai-nilai estetika yang dianut
INDIKATOR :
• Menentukan penggunaan bahasa dalam puisi terjemahan
• Menentukan nilai-nilai estetika dalam puisi terjemahan
• Membandingkan amanat dan pesan dalam puisi Indonesia dan puisi terjemahan
MATERI :
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).
Penyair, terutama yang masih mula-mula menggauli puisi, sering tergoda untuk memilih kata-kata, frasa, atau idiom yang indah-indah sebagaimana sering dijumpai dalam karya-karya sastra klasik, syair-syair lagu, atau kartu-kartu ucapan hari khusus, seolah-olah kata-kata tersebut serta-merta membuat sebuah sajak menjadi "indah". Estetika bahasa seolah diyakini dapat dicapai melalui penggunaan idiom-idiom yang klise tersebut, yang cenderung "berbunga-bunga". Efek estetik seakan menjadi satu-satunya yang penting dalam proses penciptaan puisi, sehingga rekan-rekan penyair yang muda pengalaman sering kali melupakan elemen-elemen lain yang tak kalah pentingnya dalam puisi.
Bukankah terlalu terpaku pada polesan kosmetika sering beresiko memudarkan inner beauty, "kecantikan dalam", aura seseorang? Begitu pula puisi, ada "tenaga dalam" yang juga (lebih) perlu mendapatkan perhatian penyair. Diksi, sedikit banyak memegang peranan penting dalam memunculkan kekuatan-kekuatan sebuah karya puisi, baik secara fisik semisal unsur bunyi (musikalitas), keunikan komposisi, maupun secara nonfisik seperti picuan asosiasi makna yang terbangkit dalam benak dan hati pembaca, getar emosi tertentu atau bahkan debar spiritual yang tak terjelaskan yang dirasakan oleh seseorang seusai membaca sebuah karya.
Diksi tentu tak bisa dilepaskan dari kosa kata. Agar seorang penyair mampu mengolah diksi, ia dituntut memiliki perbendaharaan kata yang cukup kaya serta upaya yang tekun dan tak kenal menyerah untuk mencari kemungkinan-kemungkinan bentukan komposisi kata yang unik, segar, dan menyarankan kebaruan pada kadar tertentu. Di dalam puisi setiap kata, frasa atau bahkan larik diupayakan untuk hadir dengan alasan yang lebih kuat daripada sekedar untuk dekorasi semata. Sedapat mungkin kata-kata yang dipilih itu merangkum sebanyak mungkin tenaga potensial puitik, sehingga pada saatnya mampu memicu syaraf-syaraf puitik pembaca.
Kata-kata yang dipilih dalam puisi sebaiknya bernas, telak, sekaligus enak didengar dan membekas dalam benak pembaca. Membekasnya sebuah ucap-ucapan dalam puisi ini bisa jadi dikarenakan idiom tersebut memiliki asosiasi tertentu yang membangkitkan emosi tertentu dalam diri pembaca, mungkin karena mengingatkannya pada pengalaman pribadinya sendiri, atau karena idiom tersebut memiliki keunikan tersendiri baik dalam hal bentuk atau bunyinya, kebaruannya, atau bahkan keusilannya "mengerjai" simpul-simpul syaraf puitik pembaca.
Cermatilah dua buah puisi terjemahan berikut ini !
WAKTU(Khalil Gibran)

Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.
Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi
dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.

Oh Bumi, Nantikan Daku
(Judul sumber: Oh tierra, espérame)

Karya: Pablo Neruda

Pulangkan daku, oh mentari,
ke takdir kasapku,
hujan hutan tua,
kembalikan padaku aroma dan pedang-pedang
yang lepas dari angkasa,
kedamaian sunyi padang rumput dan karang,
kelembapan tepi-tepi sungai,
bau pohon cemara,
angin yang riang laksana jantung
yang berdetak di tengah sesak kegelisahan
araucaria yang besar.

Bumi, kembalikan padaku kado-kado sejatimu,
menara-menara kesunyian yang dahulu
menjulang dari ketakziman akar-akar mereka.
kuingin kembali jadi sosok masa silamku
dan belajar untuk berpaling dari bisikan kalbu
bahwa di antara segala sosok alamiah,
aku mungkin hidup atau hadapi maut;
tak mengapa jadi satu batu baru, batu kelam,
batu sejati yang hanyut oleh sungai.

Tagihan 1
1. Siapakah yang dimaksud Khalil Gibran dengan kata ”Engkau” dalam puisi tersebut?
2. ”Kado-kado sejatimu” pada puisi karya Pablo Naruda bermakna?
3. Apa makna dari kalimat ” mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.”?
4. Berapa kali Pablo Naruda mengulang majas personifikasi? Tulislah kalimat yang bermajas personifikasi tersebut?
5. ”Kata-kata yang dipilih dalam puisi sebaiknya bernas”, Apakah yang dimaksud dengan bernas?

Tagihan 2

Bekerjalah dengan kelompokmu untuk memberikan tanggapan terhadap kedua puisi terjemahan di atas! Kemudian presntasikan hasil kelompokmu di depan kelas!
Bandingkanlah kedua puisi terjemahan terebut!
Bahasa Nilai-nilai Sastra Majas yang digunakan Amanat/Pesan
a. WAKTU (Khalil Gibran)
b. Oh Bumi, Nantikan Daku (Judul sumber: Oh tierra, espérame)
Karya: Pablo Neruda


STANDAR KOMPETENSI : 3. Membaca
Memahami cerpen dan puisi melalui kegiatan membaca kritis
3.1 KOMPETENSI DASAR : 3.1 Menganalisis cerpen yang dianggap penting pada setiap periode untuk menemukan standar budaya yang dianut masyarakat dalam periode tersebut
INDIKATOR :
• Membaca cerpen yang dianggap penting dalam tiap periode
• Menunjukkan cerpen yang tidak memiliki dasar cerita/tema yang jelas, tetapi menampilkan alur yang kronologis
• Menjelaskan standar budaya tentang baik dan buruk, benar dan salah yang dianut oleh gambaran masyarakat dalam cerita
MATERI :
CERITA PENDEK (CERPEN)
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov
Unsur dan ciri khas
Ciri-ciri Cerpen
1. ceritanya singkat
2. memusatkan perhatian pada satu kejadian
3. mempunyai satu plot
4. menggambarkan tokoh cerita menhadapi suatu konfli untuk menyelesaikan masalah
5. setting yang tunggal
6. jumlah tokoh yang terbatas
7. sanggup meninggalkan suatu kesan dalam pembaca
Unsur-unsur Intrinsik Cerpen
1. TEMA
Adalah pokok cerita yang terus-menerus dibicarakan sepanjang cerita. Tema biasanya merupakan sesuatu yang tersirat bukan tersurat.
Dalam novel dan cerpen, tema dapat dilihat melalui persoalan-persoalan yang dikemukakan, cara-cara watak itu bertentangan antara satu sama lain, bagaimana cerita diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang dikemukakan oleh pengarang. Justeru, pokok persoalan atau tema merupakan pengertian yang terkandung di sebalik sesebuah karya.
2. ALUR / PLOT
Ialah susunan peistiwa-peristiwa yang membentuk sebuah cerita.
Tahapan alur:
a. Tahap perkenalan/ Eksposisi
Ialah permulaan plot yiaitu bagian untuk memperkenalkan watak-watak dan latar.
melukiskan tempat, waktu, serta penampilan tokoh-tokohnya
b. Tahap Konflik
Konflik dalam cerita mungkin merupakan pertentangan fisikal, moral, pikiran, emosi dan nasib sama ada sesama manusia, hewan, mahupun diri sendiri. Lazimnya konflik digambarkan sebagai pertentangan antara watak protagonis dengan watak Antagonis. Konflik diartikan juga pertikaian atau timbulnya masalah dalam cerita
c. Tahap Komplikasi
Berlaku di peringkat pertengahan cerita apabila konflik menjadi semakin rumit dan perlu dileraikan oleh watak-watak dalam cerita tersebut.
Pertikaian sudah mulai meruncing.
d. Tahap Klimaks
Klimaks ialah sinonim dengan krisis atau puncak cerita yang merupakan saat yang paling tegang kepada sesuatu peristiwa atau detik ketegangan terakhir pada pertikaian yang timbul sebelumnya. Dalam novel, cerpen atau drama, Klimaks merupakan bahagian atau saat yang paling menarik minat pembaca. Ini kerana ia menyentuh atau mencecah ke satu tanda yang paling tinggi atau pun berada dalam keadaan yang genting, mendebarkan, mencemaskan atau mengerikan. Hasil daripada ketegangan atau konflik itulah yang merupakan puncak dalam cerita..
e. Tahap Peleraian
Peleraian merupakan bahagian akhir urutan peristiwa, walaupun kadang-kadang puncak merupakan pengakhiran cerita. Pertikaian mulai ada penyelesaian masalah
Macam-macam Alur
a. Alur Maju, cerita bergerak maju hingga akhir cerita.
b. Alur Mundur, cerita mundur ke masa lalu tokoh
c. Alur Sorot Balik, cerita dimulai dari ujung cerita lalu baru kembali ke pangkalnya.
3. PERWATAKAN DAN PENOKOHAN
Tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
Cara Penggambaran Watak Tokoh :
1. Metode diskursif atau cara analtik
Pelukisan bentuk lahir langsung
Bentuk lahir seseorng dapat mengungkapkan atak dan karakter orang. Bagaimana wajahnya, hidung, tata cara bertingkah, berpakaian, dan sebagainya secara lahiriah dapat mengungkapkan karakter tokoh cerita.
melihat cara berpakaian, pembaca atau penonton dapat menuga watak tokoh tersebut.
Kelebihannya terletak pada keserdehanaan dan ekonomis.
Kelemahannya pembaca seakan-akan tidak diberi kebebasan menanggapi tokoh-tokoh yang dihadapinya.
Contoh metode diskursif
Meskipun telah mempunyai tiga orang anak, Mani tetap lebih cantik dari istri Parta yang diceraikan. Setiap orang Pegaten takkan membantah, apalagi Karman. Juga semua orang yakin kecantikan Marnilah satu-satunya alasan Parta tega melepas istri pertamanya.(Ahmad Tohari : Kubah)
(bahwa Marni sudah beranak tiga dan paling cantik di desa Pegaten, semua itu secara langsung dikemukakan pengarang)
2. Metode Dramatis
Pelukisan Jalan Pikiran dan Perasaan .
pengarang membiarkan tokoh-tokohnya untuk menyatakan diri mereka sendiri melalui kata-kata, tindakan-tindakan atau perbuatan mereka sendiriPengarang melukiskan dari segi batiniah. Sebagai contoh,
misalnya ada orang yang melihat setumpuk uang yang bukan miliknya.
dalam pikiran tokoh A mungkin trelintas jika memiliki uang itu ia akan naik haji. Sedangkan dalam pikiran tokoh B ia akan berhenti bekerja adan akan berfoya-foya. Lain lagi pikiran tokoh C ia akan menabung uang itu untuk hari tua.
Contoh metode dramatis
Tini menunggu jawaban ibunya. Tapi Marni bahkan tertunduk. Rasa getir menyapu hati perempuan itu. Tangan Tini digenggamnya erat-erat. Kelenjar air mata Marni bekerja, meskipun ia berusaha menahannya. Kini Marni tidak mempedulikan tangisnya.
“ Tini ,Kau sudah besar. Kita sama-sama mempunyai hati perempuan. Tentu kau dapat menduga apa yang sedang kurasai sekarang. Aku takut kepada ayahmu. Di mata ayahmu aku seorang permpuan tidak bermartabat. Aku…
“Salah ibu sendiri mengapa ibu kawin lagi. Coba kalau tidak, aku tak pernah disebut anak tiri.”
“Ya anakku. Dan segalanya sudah terjadi.”
“Ibu menyeal?”
“Andaikata penyesalan itu ada gunanya.”
“Tapi ibu masih mencintai ayah?”
Marni tidak mampu segera menjawab pertanyaan anaknya. Jantungnya berdebar. Lalu sambil membuang muka ia balik bertanya.
“Kau mencintai Jabir?”
Kedua ibu anak itu berpandangan. Mendadak Tini merasa jauh dewasa. Pengertian tentang perasaan ibunya makin mendalam. “Kasihan ibuku,” pikir Tini. (Ahmad Tohari: Kubah hlm. 33-39)
3. Pelukisan Reaksi tokoh lain
Pengarang melukiskan atau menggambarkan bagaimana reaksi tokoh lain terhadap pelaku lainnya.
Dalam cara ini pengarang menuliskan bagaimana reaksi tokoh-tokoh cerita yang lain terhadap tokoh lainnya.
4. Melukiskan Keadaan Sekeliling
Apakah seorang tokoh rajin, malas, saleh dapat dilihat pada keadan sekelilingnya. Rumahnya, halamanya, kamarnya, pakaiannya, dan sebagainya.
kamar yang teratur, buku yang rapi tersusun pada tempatnya, tirai-tirai jendela yang bersih dapat berbicara pada kita, apakah penghuni rumah itu rapih atau tidak.
4. SETTING/ LATAR
Secara garis besar setting/ latar dalam cerita terbagi tiga, yaitu:
a. Latar tempat, adalah hal yang berkaitan dengan masalah geografis cerita tersbut. Melalui tempat terjadinya peristiwa diharapakan tercermin pemerian tradisi masyarakat, tata nilai, tingkah laku. Suasana, dan hal-hal lain yang mungkin berpengaruh pada tokoh dan karakternya.
Misalnya tokoh yang tinggal di kota tentu tingkah laku berbeda dengan tokoh yang tinggal di desa.
b. Latar waktu, ialah saat terjadinya peristiwa. Melalui pemerian waktu kejadian jelas akan tergambar tujuan fiksi tersebut secara jelas pula.
c. Latar Sosial, merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seseorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat, maupun keadaan yang terjadi pada tokoh tersebut.
5. SUDUT PANDANG/ POINT OF VIEW
Sudut pandang atau point of view di dalam cerita fiksi pada prinsipnya adalah siapa yang menceritakan cerita tersebut. Sudut pandang itu seperti kita melihat sesuatu peristiwa melalui mata 'seseorang'. Kejadian yang sama di mata anak-anak dan orang dewasa tentu berbeda, sehingga sudut pandang sangat berpengaruh pada bagaimana cerita itu akan diceritakan. Bagaimana nuansa, gayanya, dan bahkan makna cerita itu bisa berbeda tergantung sudut pandang mana yang dipakai.
Ada dua sudut pandang yang biasa dipakai di dalam penulisan fiksi, antara lain:
1. First Person Point of View (Sudut Pandang Orang Pertama)
Di sini, narator berperan sebagai salah satu karakter. Karakter dipakai biasanya adalah karakter utama di cerita. Biasanya sudut pandang ini mudah dikenali, dengan 'aku' atau 'saya' sebagai karakter utama.
2. Third Person Point of View (Sudut Pandang Orang Ketiga)
Sudut pandang orang ketiga dipakai bila kita menggunakan narator yang tidak ikut menjadi salah satu karakter fiksi tersebut. Namun, narator tersebut mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh karakter-karakter tersebut. Mungkin bisa analogikan sebagai reporter di cerita pembunuhan
Contoh sudut pandang penceritaan
Kutipan 1

SAKIT GIGI
Tiba-tiba datangnya, tiada disangka-sangka. Memang dari dulu saya sering ditimpa sakit gigi. Jadi, sebetulnya tidak bisa saya katakan, sakit gigi sekali ini tiada saya sangka-sangka, apalagi dalam kaadaan keluarga saya banyak yang sering sakit gigi, tetapi yang muda-muda saja. Keluargaku yang tua-tua masih suka makan sirih.
.....................................................................................
(Adinata, Indonesia Th II Agustus-Sepetember)

Kutipan II

HARI TENANG DI TAMAN GERSANG

.....................................................................................
Sang ibu tak lagi seperti di waktu sakitnya, ketika ia walaupun lesu, masih mempunyai daya gerak yang biasa. Sekarang ia dalam sehari hanya omomng satu dua kata, itupun dengan bisikan lembut, nyaris tak terdengar. Makanya yang hanya tiga empat sendok itu dengan susah payah harus disuapkan oleh anaknya dengan paksaan halus.
(Trisno Sumadjo)
Cermati cerpen berikut !

Lelaki yang Menangkap Rembulan
Desember 7th, 2006 by lubisgrafura
IA DUDUK di atas batu besar. Hanya dengan memakai celana pendek, bertelanjang dada, dan sehelai sarung yang diselempangkan ke bahu. Dingin angin malam, gesekan daun dengan ranting kering sama sekali tak dihiraukan. Wajahnya legam menengadah ke langit memandang bulan sebentuk perahu yang berlayar di balik awan. Tangan kanannya memegang erat sebuah jaring.
“Aku pasti bisa menangkapmu.”
Laki-laki itu meloncat dari batu besar tempat duduknya. Cahaya bulan melukis bayangan sesosok lelaki di atas tanah. Bayangannya lebih pendek dari tubuh aslinya. Ia hanya setinggi satu setengah meter. Kepala bulatnya tersangga leher tembem di atas tubuhnya yang lemu. Ia selalu membuat gerakan mematahkan leher ke arah kanan. Orang-orang desa menyebutnya pendono - kebiasaan buruk.
Sepasang kaki telanjang berlari di atas tanah. Tangan kanannya menggapai-gapai ke langit dengan jaring yang dipegang erat. Semakin kencang ia berlari, semakin cepat bulan menghidar dari jaringnya. Ketika ia menghentikan langkah sepasang kaki telanjangnya, bulan sebentuk perahu itu ikut berhenti dan memandang ke arahnya.
“Bulan,” seru lelaki pendek sambil terengah-engah “suatu hari aku pasti bisa menangkapmu.”
***
LELAKI pendek itu tinggal bersama seorang perempuan tua yang melahirkan lelaki pendek: Poyo. Tidak ada arti khusus, mengapa perempuan itu memberi nama sependek tubuh anaknya. Yang ia tahu lelaki yang tumbuh dengan air susunya itu memiliki arti yang istimewa baginya, walaupun ia memiliki kelainan fisik dan mental.
Dalam melewati hari, mereka hidup di sebuah rumah berdinding bambu. Untuk keperluan makan sehari-hari ibunya harus mengasak padi di sawah yang baru saja disiangi. Walaupun demikian perempuan itu tak pernah meratapi hidup dengan kesedihan. Dirinya selalu menterjemahkan segala penderitaan tentu akan memiliki akhir.
Beberapa hari yang lalu dirinya dipanggil oleh Marsudi untuk tanda tangan. Kata Marsudi, orang miskin seperti dirinya akan mendapatkan sepetak tegal. Tegal yang sekarang ditanami morbei oleh perhutani sesungguhnya adalah tanah milik tetua desa pada zaman Belanda. Bukti itu ada di Supiran, untuk mendapatkan hak tegal dirinya bersama beberapa orang harus menandatangani surat perjanjian, begitulah terang Marsudi kepadanya. Ia manut saja, lha wong banyak tetangganya yang ikut juga.
“Poyo pasti dapat menangkap bulan” kata lelaki pendek sambil mengangkat kedua bahunya.
“Kalau makan jangan banyak omong”
“Tapi Poyo ingin telur rebus.”
“Sudah, makan saja sambal dan nasinya itu.”
“Poyo mau tangkap bulan!”
“Bulan itu tak bisa ditangkap. Sudah, habiskan nasimu!”
“Biar!” Poyo berdiri kemudian mengambil jaring yang menyelempit di dinding bambu ”Pokoknya Poyo mau tangkap bulan.”
“Poyo, kembali!”
Lelaki pendek itu tak menghiraukan perkataan ibunya. Perempuan itu hanya bisa menggelengkan kepala sambil memandang nasi Poyo di alumunium yang tak disentuhnya sama sekali. Apabila anaknya berlaku seperti itu ia tak bisa melarangnya. Ia tahu benar bahwa tak lama lagi anaknya akan kembali dengan wajah yang murung kemudian menyusul tidur disampingnya.
***
SAMBIL mengayunkan jaringnya ke atas, lelaki itu berlari mengejar bulan. Bayangan tubuhnya yang tergambar di bingkai tanah selalu menemani dirinya berlari. Semakin cepat ia berlari, maka semakin cepat pula bulan menghindar dari pandangannya. Kemudian dengan nafas terengah-engah akan menyumpahi bulan di atas sana.
“Dengarkan aku,” kata lelaki itu sambil terus menatap bulan “aku pasti bisa menangkapmu suatu saat.”
Lelaki itu meloncat dari batu berjalan menuju rumah Pak Haji Rahman. Dirinya suka menatap wajah Diyanti, putri pak haji, dari balik pohon jambu karena wajahnya memendar di kegelapan bagai rembulan sebentuk belahan semangka. Apalagi ketika ia melihat Diyanti memakai kerudung ketika pulang ngaji.
Malam ini ia harus membiarkan bulannya tetap mengapung jauh di langit kelam. Setelah menyelempitkan jaringnya di dinding bambu, ia perhatikan ibunya yang tengah tertidur di balai bambu. Di sampingnya ada sebuah meja dengan ublik yang menyala redup karena minyak tanahnya hampir kering. Ia menyusul tidur di samping ibunya.
***
SIANG itu Poyo bersama ibunya menyusuri tegal yang telah diterimanya dari Tim Sukses. Begitulah orang-orang menyebutnya. Sudikun, anggota Tim Sukses, menjelaskan kepadanya bahwa tegal itu sudah menjadi hak milik warga desa. Uang yang telah dikumpulkan dalam buntalan kain yang tersimpan di bawah bantal itu kini telah menjadi batang-batang jagung yang tumbuh di tegal miliknya.
Perempuan itu tersenyum melihat usia jagung yang telah lewat satu bulan. Ia melihat tunas-tunas daun hijau tumbuh di batangnya. Dua bulan kedepan ia pasti sudah dapat memetik jagung yang tumbuh di tanah tegal miliknya.
Perempuan itu juga masih ingat kata-kata Marsudi ketika ia menandatangani surat perjanjian sambil menyerahkan beberapa puluh rupiah, yang kata mereka untuk administrasi, bahwa apapun nanti yang akan terjadi dirinya harus tetap menanam di tegal, walaupun perhutani melarangnya. Tegal ini sudah menjadi milik warga dan untuk urusan sertifikat masih dalam proses pengadilan, tambah lelaki yang menjadi ketua Tim Sukses.
Ketika ia menatap tanah seluas puluhan hektar, ia teringat kembali penjelasan Tim Sukses bahwa dirinya bersama warga lain akan mendapatkan lagi jumlah yang lebih banyak dari sekarang. Asalkan warga mau mendukung kegiatannya, maka tak lama tegal itu akan menjadi milik mereka.
Dirinya sangat bersyukur bahwa Allah telah memberikan rejeki yang cukup baginya. Kebahagiaan ini telah menambah keyakinannya bahwa Allah menyayangi hambanya yang sabar dan berusaha. Allah akan memberikan rejeki pada saat yang tak pernah diduga.
Ia tak mempersoalkan seperti sebagian warga yang benci perhutani. Asal dia bisa menggarap tegal, baginya sudah lebih dari cukup, tak perlulah memusuhi perhutani yang kata sebagian warga adalah pemeras rakyat.
Semalam, Marsudi datang kembali ke rumahnya dan ke beberapa tetangga menjelaskan bahwa sertifikat tegal belum bisa jadi. Tim Sukses harus segera ke pengadilan pusat untuk mengalahkan pihak perhutani yang tak mau melepas tegal.
Perempuan itu sudah tahu bahwa dirinya harus menyerahkan uang lagi untuk urusan pengadilan. Kali ini Marsudi meminta sejumlah seratus limapuluh per orang, ia tak punya uang sebanyak itu. Namun, Marsudi adalah orang baik dalam pikirannya karena kekurangan itu dapat dicicil di kemudian hari.
Seorang tetangga di tegal lari ke arahnya dengan tergesa-gesa.
“Kita harus mbantu Tim Sukses demo di pengadilan.”
“Sekarang?”
Dengan sepasang kaki telanjang perempuan itu mengajak anaknya untuk segera pulang, karena dirinya harus ikut tetangga untuk ke pengadilan.
***
POYO menatap jagung yang dulu ditanamnya, kini telah dilindas-tuntas oleh sebuah mesin besi. Rata dengan tanah. Warga desa yang pernah menanam di tegal menatap haru tanaman mereka. Kebencian, kemarahan, bingung, ketakberdayaan, dan kepasrahan tampak di wajah petani-petani desa yang kini menundukkan kepala menatap tanah. Beberapa puluh polisi berada di sana, juga seseorang pemuda yang mengarahkan sebuah kamera. Anak-anak tersenyum sambil bergaya, seolah mereka akan masuk tv. Seorang polisi tengah berbicara di depan mereka.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu apa yang telah kalian lakukan itu adalah melanggar hukum. Tegal ini adalah milik pemerintah. Sebenarnya pemerintah bersama masyarakat menggarap tegal ini dalam program PHBN. Penggarapan Hutan Bersama Negara. Masyarakat punya hak garap bukan hak jual seperti yang telah dijanjikan oleh Tim Sukses. Apalagi mau menandatangani pernyataan kalau saudara-saudara telah menggarap tegal ini selama 40 tahun. Itu namanya penipuan. Seharusnya bapak dan ibu menolak memberikan dana Tim Sukses untuk menuntut perhutani di pengadilan. Itu pelanggaran kepada negara dan hukumannya berat. Perhutani akan mengganti tanaman yang kini dibabat. Pada saatnya nanti saudara-saudara sekalian juga akan diberi hak garap tegal sesuai dengan jatah masing-masing.”
***
BULAN sebentuk perahu masih mengapung di langit malam. Bagaimana dirinya yang kecil ini bisa terbang, memetiknya, dan memasukkan ke dalam jaring. Poyo berfikir sambil memandangi bulan di atas batu besar. Kepalanya bergerak melukis wajah bulan. Ia teringat perkataan ibunya sebelum dirinya meninggalkan rumah.
“Kamu tak usah sedih seperti itu, kita musti bersyukur apa yang diberikan Allah untuk kita. Mulai minggu depan kita bisa menanam lagi di tegal. Tadi pak RT ngasih kartu garap kepada emak.”
Laki-laki itu mengangkat jaringnya dan mengarahkan ke wajah bulan, seolah-olah bulan itu benar-benar masuk ke dalam jaringnya. Ia melonjak-lonjak di atas batu dan berteriak kegirangan.
“Aku berhasil, aku berhasil. Sudah aku katakan aku pasti bisa menangkapmu.”
Ia berniat akan memberitahu ibunya tentang bulan yang baru saja masuk ke dalam jaringnya. Namun tiba-tiba ia membatalkan niatnya. Wajahnya kembali muram, dan ia duduk lagi di atas batu besar sambil memandang bulan sebentuk perahu yang berlayar di balik awan.
(Sumber http://www. Cerpen Lubis Grafura)
Tagihan 1
1. Setelah membaca cerpen di atas, kalian dapat mengurutkan peristiwa-peristiwa dalam cerpen ” Lelaki yang Menangkap Rembulan”. Temukan peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerpen tersebut!
2. Coba Anda memberikan kritik pada cerpen tersebut mengenai budaya tentang baik dan buruk, benar dan salah yang dianut oleh gambaran masyarakat dalam cerita !

Tugas kelompok !
Diskusikan hal-hal berikut untuk memahami cerpen di atas berkaitan dengan :
a. Siapakah para pelaku cerpen tersebut?
b. Sebutkan seting cerita yang berhubungan dengan waktu dan tempat !
c. Babagimanakah bahasa yang dipakai penulis dengan majas dan ungkapan?
d. Bagaimana alur cerita tersebut ? Gambarkan pola alurnya
e. Pesan apakah yang disampaikan penulis lewat cerpennya?


STANDAR KOMPETENSI : 3. Membaca Memahami cerpen dan puisi melalui kegiatan membaca kritis
KOMPETENSI DASAR : 3.2 Menganalisis puisi yang dianggap penting pada setiap periode untuk menemukan standar budaya yang dianut masyarakat
INDIKATOR :
• Memberikan contoh puisi sebagai perwakilan setiap periode (tergolong penting)
• Menunjukkan majas yang terkandung dalam puisi
• Menunjukkan makna konteks dalam majas
• Menjelaskan kata bermakna simbol/lambang
• Menunjukkan citraan dalam larik puisi
• Menyimpulkan nilai-nilai budaya dalam puisi
• Menyimpulkan nilai-nilai dalam puisi.
MATERI :
Macam-macam makna dalam puisi :
1. Makna Lugas
Lugas artinya polos, bersahaja, murni,sebenarnya. Makna luga artinya makna yag sebenarnya atau dengan istilah lain disebut denotasi. Lawannya konotasi atau makna tambahan.
2. Makna Kias
Pemakaian makna kias dapat membantu dan merangsang imajinasi atau daya bayang pembaca untuk melukiskan apa yang sedang dibacanya itu dalam angan-angan sendiri.
Memakai kata-kata kias akan menghasilkan makna kias yang cermat, tajam, dapat membantu pengimajian yang jelas lagi hidup.
3. Makna Lambang
Ada bebarapa kata kias yang menghasilkan makna lambang atau makna simboles. Kita tahu apa yang dilambangkan oleh ”merah putih”, ”banteng”, ”kapas”, ”padi”, dan sebagainya.
4. Makna utuh
Yang dimaksud makna utuh ialah makna lengkap dari sebuah puisi yang sedang kita telaah. Tang tahu dengan tepat makna utuh sebuah puisi, tentu pengarangnya sendiri. Pemba hanya dapat semaksimal mungkin mendekati makna utuhnya.
Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu
1. Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
2. Feling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.
3. Tone (nada)
Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
4. Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair
Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana. Sarana-sarana tersebutlah yang disebut metode puisi.
Metode puisi terdiri dari
1. Diction (diksi)
Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya benar-benar mendukung maksud puisinya.
2. Imageri (imaji, daya bayang)
Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan.
Ada beberapa macam citraan, antara lain
a. citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan
b. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran
c. Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pencecapan
d. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
e. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
f. Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan
g. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan
1. Kata-kata kongkret)
adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slametmulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.
2. Figurative language (gaya bahasa)
Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya.
Jenis-jenis gaya bahasa antara lain
a. perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dll.
b. Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding.
c. Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut.
d. Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.
e. Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.
f. Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri.
g. Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.
1. Rhythm dan rima (irama dan sajak)
Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur.
Irama dibedakan menjadi dua,
a. metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
b. Ritme, yaitu irama yang disebabkan perntentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata.
Tekanan-tekanan pada kata dalam puisi dibedakan menjadi tiga,
a. Dinamik, yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
b. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
c. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.
Berdasarkan jenisnya, rima dibedakan menjadi
a. rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
b. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
c. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi)
d. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
e. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
f. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
g. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
h. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.
Berdasarkan letaknya, rima dibedakan:
a. rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
b. Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi
c. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
d. Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal
e. Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal
f. Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
g. Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba)
h. Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
i. Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa)
j. Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb)
k. Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d)

Tagihan 1
1. Citraan apa yang dominan dalam penggalan puisi di bawah ini!
a. laksana bintang berkilat cahaya,
di atas langit hitam kelam,
sinar berkilau cahya matamu,
menembus aku ke jiwa dalam
(Sebagai Dahulu, Aoh Kartahadimadja)
b. Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(Nyanyian Suto untuk Fatima, Rendra)
c. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari benerang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak
(Senja di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar)
Jawab :
a. ..................................................................................b. ..................................................................................
c. .................................................................................
2. Gaya bahasa apakah yang dominan dalam penggalan puisi di bawah ini!
a. Betsyku bersih dan putih sekali
Lunak dan halus bagaikan karet busa.
Rambutnya merah tergerai
Bagai berkas benang-benang rayon warna emas.
Dan kakinya sempurna
Singsat dan licin
Bagaikan ikan salmon
(Rick dari Corona, Rendra)
b. Engkau ibarat kolam di tengah-tengah belukar
Berteriak-teriak tenang
Membiarkan nyiur sepasang
Berderminkan diri ke dalam
Airmu …
(Engkau, Walujati)
c. Aku sudah saksikan
Senja kekecewaan dan putus asa yang bikin tuhan Juga turut tersedu
Membekukan berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnya.
(Fragment, Chairil Anwar)
Jawab :
a. ................................................................
b. ................................................................
c. ................................................................
3. Rima jenis manakah yang terdapat dalam penggalan puisi di bawah ini!
a. Seruling di pasir tipis, merdu
Antara gundukan pepohonan pina
Tembang menggema di dua kaki
Burangrang – Tangkaubanperahu
(Tanah Kelahiran, Ramadhan KH)
b. Tetapi istriku terus berbiak
Seperti rumput di pekarangan mereka
Seperti lumut di tembok mereka
Seperti cendawan di roti mereka
Sebab bumu hitam milik kami.
Tambang intan milik kami
Gunung natal milik kami
(Afrika Selatan, Subagio Sastrowardjoyo)
4. apakah makna puisi yang terdapat dalam penggalan puisi di bawah ini?
5. Apakah pokok persoalan yang ingin dikemukakan pengarang dalam penggalan puisi di bawah ini?
a. Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerlu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Sajak Putih, Chairil Anwar)
b. Maka dalam blingsatan
Ia bertingkah bagai gorilla
Gorilla tua yang bongkok
Meraung-raung
Sembari jari-jari galak di gitarnya
Mencakar dan mencakar
Menggaruki rasa gatal di sukmanya
(Blues Untuk Bonnie, Rendra)
Jawab :
a. .....................................................................................................................................................................
b. ..................................................................................

Tagihan II
Cermatilah puisi di bawah ini, dan jawablah pertanyaaan-pertanyaan berikut ini !
1. Tergolong puisi periode angkatan berapakah puisi di bawah ini? Kemukan alasanmu dengan logis !
2. Tuliskan majas-majas yang terdapat dalam puisi tersebut !

CERITA BUAT DIEN TAMAELA
(Chairil Anwar)
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.
Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut.
Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan.
Beta pattirajawane, menjaga hutan pala.
Beta api di panta. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.
Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.
Mari menari!
Mari beria!
Mari berlupa!
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!
Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau …
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.
BALADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO
(WS Rendra)
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
---Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya atapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi reapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derinya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta abulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.

STANDAR KOMPETENSI : Menulis
4. Menguasai huruf Arab-Melayu untuk kegiatan transliterasi/transkripsi dan telaah naskah lama
KOMPETENSI DASAR : 4.1 Mengalihkan teks aksara Arab-Melayu ke dalam aksara Latin
INDIKATOR :
• Menulis kata-kata dengan huruf Arab Melayu
• Mengalihkan teks beraksara Arab Melayu ke dalam aksara Latin
MATERI :
Mengenal Aksara Arab Melayu
Aksara Arab banyak terdapat dalam naskah sastra lama. Naskah-naskah tersebut tersimpan di Museum Nasional. Pada saat ini hruf Arab Melayu sudah hampir punah. Padahal huruf tersebut pernah dipakai sebagai huruf di Indonesia. Naskah-naskah yang bertuliskan aksara Arab Melayu itu jumlahnya banyak sekali. Beberapa bnaskah yang dimaksudkan itu antara lain :
1. Hikayat Bayan Budiman
2. Hikayat Gulam
3. Hikayat Seribu Satu Malam
4. Hikayat Indra Maulana
5. Hikayat Hang Tuah
6. Hikayat pujangga Indra Majendra
Untuk mengenal huruf-huruf Arab Melayu, berikut ini akan dipaparkan aksara Arab Melayu yang dipakai di Indonesia.
Membaca dan Menulis Huruf Arab Melayu
Ada empat posisi huruf dalam aksara Arab Melayu, yaitu posisi berdiri sendiri, posisi di akhir kata, posisi di tengah kata, dan posisi di awal kata.
Posisi huruf “berdiri sendiri” dipakai jika huruf itu tidak dapat dihubungkan atau disambung dengan huruf yang ada di depan dan dibelakangnya. Posisi huruf “di akhir kata” dipakai jika huruf tersebut dapat dihubungkan dengan huruf yang ada di depannya. Posisi huruf “di tengah kata” dipakai jika huruf itu harus dihubungkan dengan huruf yang ada di depan dan di belakangnya.
Kita hendak menulis kata bercerita. Terlebih dahulu kita menulis huruf konsonan ( ____ ) satu persatu. Huruf yang digunakan ialah huruf b ( ), r ( ), c ( ), r ( ), dan t ( )
Dalam hubungan ini, huruf b harus berposisi “di awal kata” dan huruf t harus berposisi “diakhir kata”. Jadi, huruf-huruf tersebut dapat di tulis eperti berikut ini :
b di awal kata ......
r di tengah kata ........
huruf r dalam posisi di tengah kata sama dengan posisi di akhir kata. Jadi huruf r tidak dapat dihubungkan dengan huruf di belakangnya. Oleh karena itu, huruf berikutnya atau huruf di belakang r hendaknya berposisi “di awal kata”
c di awal kata .........
sebetulnya huruf c terletak pada posisi “di posisi tengah kata”. Akan tetapi, huru r yang mendahuluinya berada pada posisi “di akhir kata”. Oleh sebab itu, huruf c berposisi “di awal kata”.
r di tengah kata ...........
posisi r ini sama dengan posisi t “di akhir kata.”
t di akhir kata ...........
jadi, kata bercerita akan di tulis sebagai berikut.

Tagihan 1

Tulislah dengan aksara Arab Melayu kata-kata berikut ini !
1. belajar = ...................................................................................
2. berlari = ..................................................................................
3. melarang = ...................................................................................
4. selamat = ...................................................................................
5. kelapa = ...................................................................................
6. menerima = ...................................................................................
7. mereka = ...................................................................................
8. rikuh = ...................................................................................
9. riba = ...................................................................................
10. derita = ...................................................................................

Tagihan 2
Baca dan tulislah kata-kata berikut ke dalam tulisan Latin!

1. اوساه
2. اميرن
3. سنديري
4. منر يم
5. سنتايء
6. كايو
7. تتا في
8. د تمفرا
9. بواي
10. درو منه

STANDAR KOMPETENSI : 4. Menguasai huruf Arab-Melayu untuk kegiatan transliterasi/transkripsi dan telaah naskah lama
KOMPETENSI DASAR : 4.2 Menulis kembali cuplikan sastra Indonesia klasik dari teks berhuruf Arab-Melayu ke dalam huruf Latin
INDIKATOR :
• Menulis kalimat dengan huruf Arab Melayu
• Menulis kembali kutipan sastra Indonesia klasik dari teks berhuruf Arab-Melayu ke dalam huruf Latin
• Menulis inti kutipan sastra Indonesia klasik dalam beberapa kalimat dengan aksara Arab Melayu
MATERI :
Pengalihaksaraan huruf Arab Melayu
Di muka kita telah belajar bagaimana kaidah struktur kata bahasa Arab Melayu. Kali ini kita akan belajar bagaimana mengalihaksarakan huruf Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Pengalihaksaraan ialah mengalihkan suatu wacana
Tata tulis huruf Arab Melayu
• kaidah struktur bahasa Arab Melayu
• kaidah struktur bahasa Indonesia
Coba perhatikan wacana berikut !
فد بولن جوني كمي منريم رفرا. الغكه سنغث هاتي كمي. سمواث نايك كلهس. سمواث سنغ سكل. كمي برارنجان اكن برلبور كو فنتايء.
Pengalihaksaraan pada wacana di atas dapat kita lakukan sebagai berikut:
Pada bulan Juni kami menerima rapor. Alangkah senangnya hati kami semua naik kelas. Semuanya senang sekali. Kami berencana akan berlibur ke pantai.
Huruf Saksi
Yang harus kita pahami ada huruf saksi yaitu huruf yang dapat dipakai untuk melambangkan vokal. Huruf saksi itu diperlukan agar aksara Arab Melayu itu tidak sukar untuk dibaca. Tanpa huruf saksi tulisan Arab Melayu kadang-kadang tidak dapat dibaca.
Huruf yang dapat dipakai sebagai vokal adalah huruf (ا ) untuk huruf (a), huruf (ي), untuk vkal (i), dan huruf ( و ) untuk vokal (u)
Huruf saksi dipakai pada suku kata terbuka, terutama suku kedua dari belakang. Contoh berikut ini adalah contoh huruf saksi yang terdapat dalam aksara Arab Melayu.
Tanah = تانه

Mawar = ماور

Hutan =هوتن

Rumah =رومه
Huruf Saksi di Awal Kata
Huruf saksi juga dipakai dalam menuliskan kata yang diawali dengan huruf vokal. Dalam menulis vokal pada posisi awal kata, dipakai huruf saksi sebagai berikut :
a. untuk melambangkan a, kita harus memakai huruf ) ا ) atau ( ء ) seperti pada kata اكن (akan) dan الم(alam)
b. untuk melambangkan i, kita harus menggunakan huruf ( ا ) dan huruf ( ي ) seperti pada kata اكن ( ikan).
c. untuk melambangkan u, kita harus memakai huruf ( ا ) dan huruf ( و ), seperti pada kata اولر (ular)

Tagihan 1
Coba alihaksarakan kalimat-kalimat di bawah ini ke dalam aksara Latin!
1. ٍتاهن سوده ساي بر سكوله
.....................................................................................
2. ساي بلم مليهت اكربحر
.....................................................................................
3. اين يبا تغ فنسل فوته
.....................................................................................
4. ميج اين تر بياوت دار كايو
.....................................................................................
5. كيت تيد قدافت متولس سورت
.....................................................................................

Tagihan 2
Tulislah kalimat-kalimat berikut ke dalam aksara Arab Melayu !
1. Ibu akan pergi bersama Ayu dan Sali.
2. Mereka pergi mengunjungi paman di kampung
3. Ibu akan membawa makanan dan barang berguna untuk di kampung
4. Puspa siswa kelas dua belas bahasa
5. Ibu Seni Asiati adalah guru kami yang mengajar di kelas
6. Rumah ibu Seni Asiati di jalan Sungai Kendal sekelilingnya sawah yang luas
7. Sekolah kami adalah sekolah yang hebat dan disegani sekolah lain
8. Ada bunga mawar di halaman rumah Ibu Seni Asiati
9. Bunga mawar itu sangat indah dan harum sekali
10. Warnanya merah dan terdapat dua tangkai bunga mawar di halaman itu
Tempat mengerjakan !
.....................................................................................

STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan
5. Memahami nuansa makna dalam nyanyian dan karya sastra
KOMPETENSI DASAR : 5.1 Menganalisis nuansa makna dalam nyanyian berbahasa Indonesia
INDIKATOR :
• Mengidentifikasi ragam makna dalam syair lagu Indonesia
• Mengidentifikasi relasi makna dalam syair lagu Indonesia
• Mengidentifikasi majas dalam syair lagu Indonesia
• Mengidentifikasi komponen puisi dalam syair lagu Indonesia
• Menjelaskan hubungan antarnuansa makna dengan isi lagu
MATERI :
Nuansa Makna dalam Nyayian berbahasa Indonesia
Perpaduan sastra dengan seni musik adalah syair lagu pop. Banyak sekali puisi-puisi bernilai sastra yang berhasil dijadikan syair lagu pop. Sebagai contoh, puisi-puisi Taufiq Ismail seperti “Sajadah Panjang” dan “Rindu Rosul” berhasil digubah Bimbo menjadi lagu yang populer.
Timbul pertanyaan, apakah syair-sayir lagu pop bernilai sastra?
Jawabannya adalah kita perlu menganalisis ada tidaknya nilai-nilai sastra atay setidaknya ciri-ciri puitis pada syair lagu pop.
Para penulis lagu tertentu tidak sembarang menulis yair lagu. Mereka harus memikirkan kaidah bahasa, rasa, nada, irama, dan rima agar mudah dan indah jika didengarkan. Keindagan sebuah lagi dapat jadi ditentukan pula oleh kedalaman filosofis syait lagu itu. Nilai-nilai filosifis tersebut hanya akan dapat jika pengarang lagu mampu meramu kata-kata dan simbol bahasa lainnya menjadi sebuah kesatuan makna.
Coba perhatikan syair lagu karya Ebiet G. Ade yang berjudul Berita Kepada Kawan!
Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku, kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Duh, duh….
Tubuhku terguncang di hempas batu jalanan
Hati bergetar menambah kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih
O… o… o….
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa?
Ayah ibunya telah lama mati
Ditelan benca tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang
Kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungjin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanta pada rumput yang bergoyang
Hooo….. ho….
Mudahan-mudah syair lagu tadi membuat kita ingat akan berbuat baik kepada alam dan kepada sesama manusia.
Identifikasi terhadap syair lagu di atas dapat kita ungkapkan sebagai berikut :
Penyair bisa dikatakan puitis karena ada beberapa kalimat yg tidak mudah untuk dapat dimengerti. Adapun komponen-komponen isinya adalah:
Pemikiran: Penyair ingin menceritakan kepada kita tentang bencana alam.
Perasaan: Penyair merasakan keheranan mengapa di tanahnya terjadi bencana?
Imajinasi: Penyair mengimajinasikan rumput,matahari,ombak dlm lirik lagu yg dijadikan
sebagai media bertanya.
Dari syair tersebut mengingatkan kita agar tetap memelihara kelestarian alam.Dan harus sering mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.Kiamat Sudah dekat
” Hai wahai umat manusia bertobatlah karena kiamat sudah dekat “
Tagihan 1
Cermatilah teks syair lagu di berikut ini!
Cinta di ujung jala
by Agnes Monica

Setiap tetes air mataku
Telah kuberikan untuk kisahku
Mengerti tapi tak dimengerti
Cintaku telah di ujung jalan

Setiap kata dari bibirku
Kadang tak sama dalam hatiku
Tersenyum dalam hati menangis
Cintaku telah di ujung jalan

Reff :
Aku sangat mengenalmu
Aku juga cintaimu
Tapi kau tak pernah
Ada pengertian
Ku senang ku sedih
Kau tak mau tahu
Aku sangat mengenalmu
Dulu kau tak begitu
Kau bintang di hatiku
Jadilah yang ku mau
Ku senang ku sedih
Kau ada denganku

Ku mengerti kau apa adanya
Begitu pun kumau darimu
Kau tahu rasanya diabaikan
Cintaku telah di ujung jalan

Sebelum Cahaya (Don't Make Me Sad)
by Letto


ku teringat hati
yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta
perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta

ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

kekuatan hati yang berpegang janji
genggamlah tanganku cinta
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu cinta

ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

ku teringat hati
yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta
perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta

ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta

ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta
kan membelaimu cinta
1. Apakah ragam makna yang terkandung dalam kedua syair lagu tersebut?
2. Adakah relasi makna dalam kedua syair lagu tersebut dengan isi syair ?
3. Tuliskan makna-makna apa saja yang terdapat dalam kedua syair lagi tersebut !
4. Apakah kedua lagu tersebut bernilai sastra? Jelaskan argumenmu dengan alasan yang logis!

5. Tentukan unsur-unsur intrinsik puisi apakah yang terdapat dalam kedua syair lagu tersebut !


STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan
5. Memahami nuansa makna dalam nyanyian dan karya sastra
KOMPETENSI DASAR :
5.2 Menulis karya sastra untuk majalah dinding dan buletin
INDIKATOR :
• Menulis jenis teks naratif yang berbentuk puisi
• Menulis jenis teks naratif yang berbentuk prosa
• Mempublikasikan kedua karya tersebut dalam media yang tersedia di sekolah
MATERI :
Bentuk hasil sastra menurut isinya yaitu :
1. Epik
2. Lirik
3. Dramatik
EPIK
Ialah cara penyampaian suatu peristiwa, keadan, atau maksud dengan uraian yang obejektif.
Yang dapat digolongkan dalam epik ialah
a. dongeng
b. kisah atau riwayat perjalanan
c. Biografi
d. Roman
e. Cerpen
f. Esai
g. Kritik

LIRIK
Ialah seni sastra yang terpancar dari curahan hati pengarangnya.
Yang dapat digolongkan dalam lirik ialah :
a. Idile ( Idylle)
Ialah puisi-puisi yang melukiskan kehidupan yang sentosa.
b. Epigram
Ialah puisi yang singkat dan tepat, berisi ajaran agama,sopan santun, pergaulan, nasihat.
c. Himne (Hymne)
Ialah puisi pujaan terhadap Tuhan, baik mengenai kebesaran, keagungan, maupun kekuasaan-Nya.
d. Ode
Ialah pujian kepada pahlawan.
e. elegi
ialah puisi berisi ratapan, yang mengandung ksedihan.
f. Satir atau satire
Ialah puisi berisi cemooh terhadap kepincangan atau ketidakadilan.
g. Balada
Ialah puisi yang menuturkan suatu cerita (dengan curahan hati)
h.. Romans (Romance)
ialah puisi yang isinya melukiskan luapan perasaan cinta dan sayang terhadap kekasih.
DRAMATIK
Drama (Yunani Kuno) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan".
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera
Kita sudah belajar bagaimana menelah syair lagu berdasarkan makna yang terkandung dalam syair lagu tersebut. Sebuah syair lagu memuat sebuah cerita yang ingin disampaikan oleh pengaranya. Kekuatan syair mampu memabangkitkan perasaan seseorang yang mendengarkan lagu tersebut.
Syair lagu dapat kita ubah ke dalam bentuk prosa, baik cerpen maupun novel.
Hal yang harus kita perhatikan yaitu :
1. Pahami tema yang yang dikemukan pengarang lagu
2. Pahami isi syair lagu tersebut
3. Berimajinasilah untuk menentukan tokoh-tokoh dalam syair lagu trsebut
4. Buatlah kerangka pokok cerita
5. Kembangkan pokok cerita menjadi karangan yang utuh

Tagihan 1
1. Menurut isinya hasil sastra berupa novel termasuk hasil sastra berbentuk ...........................................................................
2. Kadang sebuah puisi bercerita mengenai ketidakadilan, jenis puisi ini termasuk puisi................................................................................
3. Takut
(Bunda NaRa)

Ya Rabb, Junjungan hamba
Aku sujud di hadapanMu
Aku bersimpuh di haribaan Mu
Ya Rabb,
Dalam gelap hidupku
Ada takut mnghantui
Ada takut mengiringi
Ada takut menyertai
Ada takut memayungi
Doa menhapus takut itu

Berdasarkan isinya puisi di atas termasuk.................................................................
4. Gurindam 12 termasuk hasil sastra berbentuk ..........................................................
5. Jelaskan apa yang dimaksud puisi balada?
.....................................................................................

Tagihan 2
1. Cermatilah syair lagu berikut pilihlah salah satu syair lagu tersebut untuk dibuatkan , cerita pendek berdasarkan syair lagu tersebut!

Hanya ingin kau tahu

by REPUBLIK

ku telah miliki
rasa indahnya perihku
rasa hancurnya harapku
kau lepas cintaku
rasakan abadi
sekalipun kau mengerti
sekalipun kau pahami
berpikirku salah mengertimu

aku hanya ingin kau tahu
besarnya cintaku
tingginya khayalku bersamamu
tuk lalui waktu yg tersisa kini
di setiap hariku
di sisa akhir nafas hidupku

walaupun semua
hanya ada dalam mimpiku
hanya ada dalam khayalku
ku lewati itu

Teman Tapi Mesra

by Ratu


aku punya teman
teman sepermainan
dimana ada dia selalu ada aku

dia memang manis
dan juga baik hati
dan dia slalu ada waktu
untuk membantuku

namun aku bingung
ketika dia bilang cinta
dan dia juga katakan
tuk ingin jadi kekasihku

R:
cukuplah saja berteman denganku
janganlah kau meminta lebih
kutak mungkin mencintaimu
kita berteman saja
teman tapi mesra

aku memang suka pada dirimu
namun aku ada yang punya
lebih baik kita berteman
kita berteman saja
teman tapi mesra

2. Tulislah Idile berdasarkan gambar di bawah ini !


A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda (X) pada huruf A, B, C, D, atau E !
1. Bacalah kutipan berikut!
Tetapi lebih-lebih dari segala, haruslah kaum perempuan sendiri insyaf akan dirinya dan berjuang untuk mendapat penghargaan dan kedudukan yang lebih layak. Ia tiada boleh menyerahkan nasibnya kepada golongan yang lain, apalagi golongan kaum laki-laki merasakan akan kerugian, apalagi ia harus melepaskan kekuasaannya yang telah berabad-abad dipertahankannya. Kita harus membanting tulang sendiri untuk mendapat hak kita sebagai manusia. Kita harus merintis jalan untuk lahirnya perempuan yang baru yang bebas berdiri menghadapi dunia, yang berani membentangkan matanya melihat kepada siapa juapun.
(S.T Alisyahbana: Layar Terkembang)
Berdasarkan kutipan di atas, salah satu ciri karya sastra bentuk prosa adalah ....
a. adanya pembaitan
b. adanya petunjuk gerak
c. penggunaan paragraf
d. penggunaan rima
e. didominasi dialog
2. Bacalah penggalan resensi berikut!
Novel Raumanen karya Marianne Katoppo ini pada tahun 1975 memperoleh hadiah harapan Sayembara Penulisan Novel yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta. Kemudian pada tahun 1982, dinyatakan sebagai pemenang Hadiah Sastra Asia Tenggara (SEA Write Award). Para kritikus pada umumnya mengucapkan bahwa keberhasilan novel ini pada bentuk penceritaannya yang menggunakan pencerita akuan (first person narrator) dari sudut pandang (point of view) Manen dan Monang. Kedua pencerita itu kemudian mengungkapkan pikiran dan perasaannya masing-masing.
Berdasarkan penggalan ulasan di atas, keunggulan novel Raumanen terletak pada ....
a. gaya bercerita
b. sudut pandang
c. tema cerita
d. pengungkapan pikiran
e. penghargaan yang diterima
3. Bacalah penggalan kritik sastra berikut!
Ramadhan K.H. begitu padu mendendangkan tanah kelahirannya Priangan, dalam “Priangan Si Jelita.” Ungkapan-ungkapan, lambang, pengimajinasian yang kuat, dapat mempertinggi nilai kepuitisan puisi yang sederhana ini. Kita seolah mendengar suara seruling, melihat gunung-gunung, melihat pemandangan menghijau (jamrud) dan seolah melihat gadis-gadis manis yang menghiasi desa kelahiran penyair.
Unsur-unsur puisi yang diungkapkan dalam penggalan kritik di atas adalah ....
a. latar dan lambang
b. nilai dan lambang
c. nilai dan kesederhaan
d. latar dan kesederhaan
e. diksi dan pengimajinasian
4. Bacalah penggalan novel berikut!
Waktu taksi Eko dan Claire memasuki halaman rumah Tommi dan Jeanette, sesudah lolos melewati pintu gerbang yang kukuh berukir, mulut Claire tampak menganga. Matanya yang bundar besar-besar nampak semakin besar melihat berkeliling halaman yang luas sekali itu. “Wow, ini istana di Amerika bagian selatan, Ko. Pantasnya di Savannah atau Georgia, begitu. Ada pohon-pohon willow segala. Ada anjing-anjing herder berkeliaran, ada kolom renang besar berbentuk jantung, dan halaman yang sehalus padang golf dan perdu-perdu yang tertata apik. Semua serba wow, Ko!”
(Umar Kayam: Jalan Menikung)
Watak Claire dalam penggalan novel di atas tergambar melalui ....
a. uraian pengarang
b. uraian tokoh lain
c. dialog antartokoh
d. pandangan tokoh
e. sikap tokoh
5. Bacalah penggalan novel berikut!
Dan Ndoro Seten, menurut Bapak, begitu saja menghadiahi nama kepada embok saya waktu diketahuinya Embok hamil tua. “Nanti kalau anakmu itu laki-laki, Mbok, namakan Soedarsono,“ kata Ndoro Seten. Embok saya terkejut mendengar nama itu. Menurut Embok, sesungguhnya ia ingin memberi nama Isalam (meskipun kami tidak sembahyang) seperti Ngali atau Ngusman. Bukankah nama bapak saya juga Kasan? Tetapi Bapak saya meyakinkan Embok untuk menerima saja pemberian nama
itu. Embok masih bimbang, takut jangan-jangan nama itu nama yang terlalu berat bagi bayi seorang anak desa. Jangan-jangan jadi pendek umur anak itu nanti, begitu kekhawatiran Embok. Tetapi Bapak terus membujuk dan meyakinkan Embok bahwa kita tidak usah khawatir akan mengalami bencana itu. “Wong paringan hadiah priyayi tinggi kok dikhawatirkan,” tutur Bapak.
(Umar Kayam: Para Priyayi)
Unsur ekstrinsik yang terdapat dalam penggalan novel di atas adalah masalah ....
a. sosial
b. budaya
c. politik
d. ekonomi
e. keagamaan
6. Bacalah penggalan cerita berikut!
Mbok Ranu memandang kejadian itu dengan agak mendekat serta tersenyum ingin tahu, tetapi lebih-lebih
dengan dambaan yang manis walau agak ketir. Setiap anak manis selalu mengingatkannya kepada anaknya
sendiri di Bawuk yang (memang Gusti Pangeran Yang Maha Memiliki, namun toh kejam juga) telah
direnggut ke akhirat. Dilihatnya Mbok Noyo menggaruk-garuk dan berkata, “Inggih, inggih, baik Den
Rara. Baik sekali,“ lalu menggeleng-geleng, “Tidak”
(Y.B. Mangun Wijaya: Burung-Burung Mayar)
Pengaruh daerah yang terdapat dalam penggalan di atas adalah berupa ....
a. diksi
b. latar
c. akur
d. penikohan
e. sudut pandang
7. Bacalah puisi berikut!
Rindu tanpa batas
pada isi terpendam
angin lintas
bisik bibir kelu
gunung berapi berbalut awan
menjulang di angkasa pagi
sungai menelusuri wajah bumi
kesepian hutan, lengang pertapa
Sitor Sitomorang
Puisi di atas menggunakan majas ....
a. sinekdoke
b. hiperbola
c. personifikasi
d. eufemisme
e. metonimia
8. Bacalah ilustrasi berikut!
Beberapa kritikus sastra menyebut beliau penyair terbesar sesudah Chairil Anwar. Paling tidak, beliau adalah penyair penting sejak tahun 50-an hingga sekarang. Selain sebagai seorang penyair, beliau dikenal sebagai dramawan. Beliau juga sudah memprofesikan pembaca puisi. Kumpulan puisinya antara lain “Blues untuk Bonny,” Sajak-Sajak Sepatu Tua.”
Penyair yang dimaksud dalam ilustrasi di atas adalah ....
a. Amir Hamzah
b. Sitor Situmorang
c. Taufiq Ismail
d. W.S. Rendra
e. Sutardji Qozoum Bachri
9. Bacalah penggalan resensi berikut!
Rupanya pesan “Ayah” kepada “Aku” yang ditempatkan pada bagian akhir cerita ini merupakan pesan
penting yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Apa yang dikatakan “Ayah” kepada “aku”
boleh dikatakan cara lain untuk mengatakan, “Janganlah kamu – generasi muda – bekerja untuk Belanda
sebab kelak kamu akan terpaksa melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hati nurani dan
kamu akan membenarkan ketidakadilan”.
Unsur karya sastra yang diungkapkan dalam penggalan resensi di atas adalah ....
a. tema
b. amanat
c. alur
d. latar
e. penokohan
10. دحولو كلا اد راج تامك
Kalimat di atas berbunyi :
a. dahulu kuno ada raja temanku
b. dahulu kala ada raja tamak
c. di hulu kalu ada raja tembak
d. dahulu kala ada raja yang tamak
e. dahulu kita tak tamak
11. penulisan kata menerima dalam Arab Melayu adalah:
a. متريما

b. منريم

c. مينريما

d. منرما

e. منرمها
Bacalah cerita berikut untuk menjawab soal nomor 12, 13, 14, 15 !
بسم الله ارحمن الر حيم
فد جامن دهلاو اد سواوقر قور-قور برسهبة دوغن سواوقر كنجال. سواتو كتك كنجال موغجك قور-قور لومبا لر. فستا اق يغ مونغ كتث. توتفي بركت قوجرداكءن قور-قور كنجال دافت دا كلاهكان. كنجال سيغت مالاو ملاي سيات ايت اي تيدك سوغبوغ .
12. Tokoh utama dalam cerita tersebut adalah berikut ini kecuali,
a. Kancil dan Buaya
b. Kura-kura dan Buaya
c. Kancil dan Harimau
d. Kancil dan kura-kura
e. Kura-kura dan Harimau

13. Konflik dalam cerita tersebut ialah...
a. Kancil yang tidak mau diajak pergi
b. Kancil yang pemurah sehingga di tipu
c. Kancil yang menantang kura-kura
d. Kura-kura sakit hati
e. Kura-kura yang merasa tertipu
14. Watak Kancil dalam cerita tersebut adalah..
a. Periang
b. Cerdik
c. Pengasih
d. Sombong
e. Kikir
15. Penulisan aksara Arab Melayu : Kancil yang menantang kura-kura lomba lari yaitu:
a. كنجال مونلنتغ قور-قور

b. كنجال مونلنتغ قور-قورلومب لار

c. كنجال يغ مونلنتغ قور-قورلومب لار

d. مونلنتغ قور-قورلومب لار

e. مونلنتغ قور-قورلومب لار كنجال

16. Kamu khawatir aku akan mati karena kehilangan cincin itu?
Nimah mengangguk pelan. Nyonya majikan tersenyum, “Itu hanya takhayul, Mah.” Yang menentukan kematian manusia bukan benda-benda, tapi Tuhan. Nimah mengangguk hatinya terharu dan terenyuh oleh kebaikan nyonya majikannya. Dia jadi menyesal karena sempat memiliki pikiran buruk untuk mengambil barang-barang berharga milik majikan.
Latar budaya yang terkandung dalam penggalan prosa di atas ialah ....
a. ketakutan orang menghadapi ajalnya
b. ketegaran iman dalam menghadapi cobaan
c. kebiasaan majikan berburuk sangka kepada pembantunya
d. keihlasan manusia untuk menerima takdir tentang hidup matinya
e. keyakinan hilangnya benda bertuah merupakan isyarat datangnya malapetaka
17. Dalam penjara, Guru Isa juga bingung oleh ketakutannya. Untuk membongkar rahasia
perjuangan ia takut kepada kawan-kawannya sedangkan untuk bungkam juga takut disiksa.Tapi ia memilih tetap bungkam meskipun disiksa. Ketika dipertemukan dengan Hazildalam suatu interogasi, tahulah ia bahwa Hazil yang katanya gagah berani justru telah buka mulut. Peristiwa itulah yang membuat Guru Isa menemukan jati dirinya.
Nilai moral yang terkandung dalam penggalan cerita di atas adalah ....
a. ketakutan yang mendorong pengkhianatan
b. keberanian untuk menanggung penderitaan
c. kecurangan demi keselamatan
d. kebohongan karena ketakutan
e. keteguhan hati dalam
18. Satilawati : Engkau Pengarang?
Ishak : (terkejut) Mengapa? ... (mengeluh)Ah engkau juga.
Satilawati : ... sedikit diserang kritik orang, engkau hendak melarikan diri. Untuk menjaga nama supaya jangan merosot. Aku sudah maklum.
Ishak : (sambil menunjuk ke kanan). Pergi dariku. Kau pun boleh memusuhiku. Untuk cita-cita, aku bersedia mengorbankan segalanya.
Unsur intrinsik yang paling menonjol dalam penggalan drama di atas ialah ....
a. perwatakan
b. latar
c. tema
d. alur
e. sudut pandang
19. Hatinya panas. Rasa cemburunya bangkit. Suatu kewajaran, sebagai perempuan dan
sebagai istri jika diamuk rasa seperti itu.
Cemburu dan marah yang hebat menyebabkan ia tidak menyadari bahwa laki-laki
yang dinantinya sudah berdiri di muka pintu. Baru ketika terdengar namanya dipanggil, ia
melihat suaminya bersandar di situ. Tubuhnya tampak lesu. Pakaian lusuh dengan bekasbekas
darah. Muka serta tangannya penuh dengan luka.
“Kenapa, Pak?” tanyanya dengan penuh kecemasan. Lenyaplah marah dan
cemburunya melihat keadaan seperti itu.
“Aku terseret arus ketika menyeberang sungai dan datang banjir tiba-tiba,” jawab
suaminya dengan suara pelan sambil terus tunduk.
Unsur yang menonjol dalam penggalan kutipan cerpen di atas adalah ....
a. tema
b. latar tempat dan waktu
c. sudut pandang
d. amanat
e. alur sorot balik
20. Doa Seorang Pencuri

Rabbi,
Tuhan kami
Tuhan kaum yang disakiti
Diganggu lapar selalu
Aku pencuri
Kaliber teri
Ketagihan kopi
Dan takut benar sama mati
Menunggu lena sang malam
Kalau-kalau pintu lupa dikunci
...
Bintang Dini
Muhammad Ali
Unsur intristik yang menonjol dari penggalan puisi di atas ialah ….
a. rima
b. diksi
c. bait
d. larik
e. ritme

DAFTAR PUSTAKA

Parera, J.D.dan S.Amran Tasai. 2005. Terampil Berbahasa indonesia 3 untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XII Program Studi Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka
Republika online
Sayuti,Suminto.A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi.. Yogyakarta. Gama Media.
Surana,S.Pd. 2001. Pengatantar sastra Indonesia.. Solo: Tiga Serangkai.
http:// www.kolomkita.com
http:// www.pergh.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Pantun
http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
http://id.wikipedia.org/wiki/Novel
http://id.wikipedia.org/wiki/Sinopsis Novel
http://www. Google.co.id

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah memberikan komentar dan masukan

Back Home Pasien Covid

Good bye Wisma Atlet Hari ke-14 di Wisma Atlet "Menunggu Surat" Senin, 4 Januari 2021 Ini hari ke-14 di Wisma Atlet. Katanya kami ...