Saturday, April 18, 2020

MOHON YANG MAU COPAS TINGGALKAN KOMENTAR 
DAN CANTUMKAN NAMA BLOG SEBAGAI REFERENSI


Penerapan Mind Mapping Pocetok Upaya Meningkatkan Keterampilann Menulis Cerita Pendek pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta


Penelitian Tindakan Kelas




Disusun oleh
Seni Asiati, M.Pd
NIP/NRK. 196903101995122003/147608








 PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 231 JAKARTA
Jl. Raya Tugu Semper, Cilincing,  Jakarta Utara Telp. 4400643 Fax. (021) 4403401
Email : smp 231_jkt@yahoo.com Website: http/www.smp231jakarta.wordpress.com
2020






































BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
   Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, keempat aspek ini saling berkaitan karena berhubungan dengan penerimaan pesan. Ketika menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan orang lain. Selanjutnyam dalam menulis di pengirim pesan dengan menggunakan bahasa tulis dan si pembaca pesan berupaya memberikan makan terhadap bahasa tulis yang disampaikan. Hasil simakan tersebut penerima pesan akan membicarakan apa yang disimak, kemudian menuliskan dan hasil tulisan tersebut dapat dibaca orang lain.
   Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Pada siswa keterampilan berbahasa tersebut bermanfaat untuk menyerap informasi yang disampaikan dalam mempelajari pengetahuan yang disampikan guru. Keterampilan berbahasa akan memaksimalkan dalam menyerap informasi yang akan disampaikan guru dalam semua mata pelajaran.  Dengan demikin, memaksimalkan keterampilan berbahasa dengan terus belajar dan mengasah keterampilan berbahasa sangatlah diperlukan.
            Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX terdapat enam teks yang diajarkan yaitu teks laporan percobaan, teks pidato persuasif, teks cerita pendek, teks tanggapan, teks diskusi, dan teks cerita cerpen. Keterampilan menulis berbagai teks masih dirasakan sebagai keterampilan yang harus dipelajari dengan minat yang khusus. Siswa masih belum dapat mengungkapkan ide dalam bentuk tulisan. Teks cerpen dalam pembelajaran di kelas IX merupakan teks yang diajarkan di semester ganjil. Rasa dan karsa siswa dalam menulis cerpen dapat tersalurkan dalam bentuk tulisan. Ada anggapan jika tida ada bakat menulis, maka tidaklah dihasilkan karya yang bagus. Hal itu dimaklumi karena menulis memang membutuhkan konsentrasi dan kemampuan kosa kata serta perbendaharan kata yang didapat dari banyak membaca. Keterampilan menulis cerpen tidak dapat dilakukan siswa secara tiba-tiba akan tetapi harus melalui proses pembelajaran dan melalui proses berlatih, secara berkelanjutan. Keterampilan menulis cerpen tentu akan meningkat seiring dengan pembinaan yang tepat dan terencana. Untuk itu diperlukan cara untuk mencari solusi dari permasalahan dalam pembelajaran menulis, dalam hal ini menulis cerita pendek.
   Penelitian ini mengambl judul Penerapan Mind Mapping Pocetok Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pendek. Mind maping dipilih sebagai salah satu strategi dalam menggali cerita dan mendeskripsikan tokoh cerita dengan baik. Siswa diharapkan dapat menulis cerita cerpen dengan baik dengan memaksimalkan konsep cerita dalam bentuk mind mapping. Penelitian ini akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar lebih kreatif dan inovatif. Guru dan siswa dapat berkolaborasi dengan baik. Selain itu siswa berkolaborasi dalam pengerjaan mind mapping, selain untuk menanamkan bentuk kerjasam juga menanamkan karakter saling menghargai pendapat orang lain.
B.  Identifikasi Masalah
   Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan tersebut, penulis mengidentifikasi  beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah mengajarkan keterampilan menulis cerpen?
2.    Apakah pembelajaran menulis cerpen  dapat menggunakan mind mapping?
3.    Apakah keterampilan menulis cerpen dapat ditingkatkan dengan menggunakan kerja kelompok?
4.    Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kkelas IX?
5.    Apakah penerapan mind mapping pocetok dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta?
C.  Pembatasan Masalah
Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah masih terlalu luas, sehingga tidak dapat diteliti secara keseluruhan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada penerapan mind mapping pokok cerita dan tokoh sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta.
D.  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diidentifikasi tersebut, maka rumusan masalah dalam peneitian ini adalah Apakah penerapan mind mapping  pocetok dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta?
E.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan mind mapping dan pokok cerita dan tokoh.
F.   Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini memunculkan teori bahwa mind mapping pokok cerita dan tokoh dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan acuan bagi teman sejawat untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1)      Memberi kemudahan bagi siswa dalam menuangkan ide cerita dalam teks cerita pendek.
2)      Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
3)      Meningkatkan kemampuan menulis teks cerita pendek siswa.
b. Bagi guru
1)      Mengatasi kesulitan pembelajaran menulis teks cerita pendek.
2)      Menjadi acuan bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis teks pendek lebih kreatif dan inovatif.

                                                                     BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Landasan Teori
1.        Pengertian Mind Mapping
            Pembelajaran dengan menggunakan mind mapping memungkinkan siswa untuk lebih fokus pada apa yang akan dituliskan. Strategi mind mapping atau peta pikiran (Swadarma, 2013: 2) memaparkan:  mind mapping adalah teknik pemanfaatan otak dengan menggunakan citra Vsual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan, sebuah mapping adalah teknik grafis yang kuat yang memberikan kunci universal untuk membuka potensi otak, penggunaan mapping ini menggunakan keterampilan kortikal – kata, gambar, nomor, logika, ritme, warna, dan ruang kesadaran – dalam satu, cara unik yang kuat.
            Strategi Mind Mapping dalam pembelajaran dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menjelajahi luas tak terbatas dari otaknya. (Lestari dan Yudhanegara, 2017:76) menguatkan bahwa, dengan menerapkan Mind Map maka kedua bagian otak manusia dapat digunakan secara maksimal. (Buzan, 2006 : 135) menjelaskan :  Mind Maps are a graphic, networked method of-storing, organizing and prioritizing information (usually on paper) using key or trigger words and images, each of which will 'snap on' specific memories and encourage new thoughts and ideas.
(Swadarma, 2013:3) tentang pengertian Mind Mapping sebagai berikut:  - Mind Mapping adalah cara mencatat yang efektif, efisien, kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna, karena dengan memetakan pikiran kita.
            Sedangkan Alamsyah (2014 : 20) menguatkan dengan memberikan penjelasan mengenai mind mapping adalah suatu teknik visual yang dapat menyelaraskanproses belajar dengan cara kerja alami otak. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan Mind Mapping adalah proses pembelajaran dengan pembuatan peta pemikiran yang memaksimalkan keseluruhan kerja otak dan menggunakan media gambar, tulisan, warna, simbol serta media grafis lainnya untuk membuat pembelajaran berkesan, efektif, kreatif dan bermakna.
Kegunaan, keunggulan dan aturan Mind Mapping dijabarkan oleh Swadarma (2013 : 8-10)  sebagai berikut:  
1.      mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk keperluan secara sistematis, mengembangkan dan menganalisis ide seperti yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar, pertemuan workshop/rapat,
2.      memudahkan untuk melihat kembali sekaligus mengulang-ulang gagasan, membuat banyak pilihan berbagai rute keputusan yang mungkin mempermudah proses brainstorming karena gagasan yang selama ini tidak mudah direkam menjadi mudah dituangkan dikertas,
3.      dapat melihat gambaran besar dari suatu ide, sehingga membantu otak bekerja terhadap gagasan tersebut,
4.      menyederhanakan struktur ide yang semula rumit, menjadi lebih mudah,
5.      menyeleksi informasi sesuatu yang dianggap penting,
6.      mempercepat pemahaman saat pembelajaran karena dapat melihat keterkaitan antartopik yang satu dengan lainnya,
7.      mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh unsur kreativitas.  
8.      Menarik dan mudah tertangkap mata (eye catching),
9.      dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah, dapat melihat sejumlah data dengan mudah,
10.  meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan, memaksimalkan sistem kerja otak, memacu kreativtas,
11.  sederhana dan mudah dikerjakan, sewaktu-waktu dapat me – recall data yang ada dengan mudah

            Mind mapping yang dibuat oleh siswa dapat dibuat semenarik mungkin dengan permainan berbagai warna menarik. Berbagai cara membuat mind mapping yang dapat dilakukan oleh siswa. Mind mapping adalah permainan warna karena itu beberapa teknik mind mapping berikut dapat menjadi alternatif mind mapping. Siswa dapat berkreasi dari mind mapping yang terdapat di berbagai contoh yang ada.
Menurut Iwan Sugiarto dalam Daniel Hendra Purwoko (2012:18), langkah pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping adalah sebagai berikut.
a)      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b)      Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
c)      Membagi siswa dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 sampai 4 siswa.
d)     Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan antara lain kertas gambar, spidol warna, pensil, dan penghapus.
e)      Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai materi yang disampaikan dengan menggunakan metode Mind Mapping.
f)       Guru membagi materi yang akan dibuat dengan metode Mind Mapping.
g)      Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing untuk kemudian membuat materi dalam metode Mind Mapping.

Contoh mind mapping  berdasarkan cerpen dalam buku teks halaman 79

Gambar 2.1 Contoh mind mapping
2.    Keterampilann Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung yang bermediakan tulisan. Burhan Nurgiyantoro (2009: 296) “Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca”. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Henry Guntur Tarigan, 1993: 21). 
       Keterampilan menulis merupakan Keterampilan yang kompleks. Rames (Sarwiji Suwandi, 2005) mengemukakan sejumlah komponen yang harus dihadapi oleh seseorang ketika menulis. Komponen-komponen itu adalah pemahaman tujuan menulis, pemahaman tentang bakal atau calon pembaca, pemahaman isi (antara relevansi, kejelasan, orisinalitas, dan kelogisan), pemahaman tentang proses menulis, pemahaman pemilihan kata (diksi), pemahaman tentang aspek pengorganisasian, pemahaman tentang gramatika, pemahaman tentang teknik penulisan, dan sebagainya. 
Lebih lanjut, Harris (Burhan Nurgiyantoro, 2009: 306) mengemukakan unsur-unsur yang perlu dinilai dalam sebuah karangan, antara lain:
a)      Content (isi, gagasan yang dikemukakan)
b)      Form (organisasi isi)
c)      Grammar (tata bahasa dan pola kalimat)
d)     Style (gaya: pilihan struktur dan kosakata)
e)      Mechanics (ejaan)
           
            Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide, gagasan, pengalaman, dan perasaan kepada orang lain dengan mengorganisasikan lambang bahasa secara teratur agar dapat dipahami orang lain sehingga apa yang dimaksudkan penulis juga tercapai. 

3.    Cerita pendek
                        Keterampilan menulis teks cerita pendek merupakan suatu keterampilan mengembangkan sebuah ide dan gagasan dalam menuliskan sebuah kisah, baik itu fiksi maupun nonfiksi yang di dalamnya terkandung tiga struktur cerita pendek yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan teks cerita pendek, yakni ketepatan penggunaan pilihan kata (diksi), ketepatan penggunaan konjungsi dan keefektifan kalimat, dan ketepatan dalam penggunaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Selain memperhatikan struktur dan juga aspek kebahasaan, hal lain yang perlu diperhatikan dalam cerita pendek adalah unsur pembangun cerita yang mencakup kesesuaian: (1) Orientasi (tokoh, penokohan, dan latar); (2) Komplikasi (plot: konflik dan klimaks); Resolusi (relaian dan selesaian); dan Koda (tema dan amanat).
B.  Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Sri Sulastri (2017)  dalam penelitian tindakan kelasnyan yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Photostory terhadap Keterampilan Menulis Teks Cerita Pendek Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 35 Jakarta. Pada penelitian terdapat relevansi dengan penelitian yang dilakukan yaitu keterampilan menulis cerpen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penggunaan media Photostory berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis teks cerita pendek.
2.     Ririn Setyawati (2011) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerpen melalui Teknik Simulasi Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 1 Sewon. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran dengan menggunakan teknik simulasi, mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas VIII H SMP Negeri I Sewon.
3.    Penelitian tindakan kelas yang disusun oleh H. Abdul Rojak guru SMP geri 3 Cirebon yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Mind Mapping pada siswa kelas IX B SMPN Cirebon . Hasil dari penelitian tindakan kelas ini ternya model mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX B.
4.    Kerangka Berpikir
            Berdasarkan pengamatan di kelas pelajaran bahasa Indonesia pada materi keterampilan menulis cerita pendek, siswa kurang dapat menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk cerita. Sehingga  memerlukan tindakan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek.
Selama ini proses pembelajaran sastra masih menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Pembelajaran cenderung satu arah (didominasi oleh aktivitas ceramah guru) sehingga guru dijadikan sebagai satu-satunya sumber belajar oleh siswa, padahal belajar sastra itu sangat bergantung pula pada imajinasi dan kreativitas siswa itu sendiri.
Pembelajaran menulis teks cerita pendek yang merupakan bagian dari pembelajaran bahasa tidak luput dari permasalahan di atas, padahal untuk mengajarkan keunikan (kekhasan) bahasa teks cerita pendek tidaklah mudah. Tak heran, banyak siswa mengalami kesulitan dalam memilih sebuah topik, apalagi menuangkan gagasannya ke dalam kalimat dan paragraf, sehingga siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan sebuah karya cerita pendek.
Kurang tepatnya model pembelajaran/ strategi yang diterapkan guru dalam pembelajaran menulis teks cerpen (hanya berpedoman pada buku teks) patut menjadi salah satu titik perhatian yang harus diselesaikan karena pembelajaran cenderung teoritis informatif, bukan apresiatif produktif, yang menyebabkan siswa menjadi tidak kreatif. Dengan demikian, penggunaan metode pembelajaranpun diasumsi dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran yang berlangsung. 
Mind mapping sebagai salah satu strategi pembelajaran yang diasumsi dapat meningkatkan aktivitas menulis. Mind mapping merupakan suatu stategi dalam mencatat pokok-pokok materi dengan menggunakan gambar dan warna yang menarik. Mind mapping dengan pokok cerita dan tokoh diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas IX. Siswa diharapkan tidak mengalami kesulitan lagi dalam mengungkapkan ide dan gagasannya berdasarkan pokok-pokok cerita dan tokoh yang dituangkan dalam mind mapping yang dibuatnya.
5.    Hipotesis Tindakan
       Berdasarkan latar belakang dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hiptesis dari penelitian adalah sebagai berikut: penerapan mind mapping pocetok dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas IX.
            Penggunaan metode Mind Mapping siswa dapat meningkatkan keaktifan seluruh otak, memfokuskan pikiran pada pokok bahasan, memberi gambaran yang jelas pada  perincian materi menulis cerita pendek, memungkinkan siswa mengelompokkan konsep serta dapat membandingkannya, sehingga kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek akan meningkat.
                                                                   BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Setting Penelitian
1.        Tempat Penelitian
     Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 231 Jakarta yang beralamat di jalan Raya Gereja Tugu Semper Jakarta Utara. Sekolah ini merupakan sekolah reguler yang memiliki 3 jenjang yang terdiri dari kelas 7 yang terdiri dari  10 rombongan belajar, kelas 8 yang terdiri dari 9 rombongan belajar, dan kelas 9 yang terdiri dari 8 rombongan belajar.
Pemilihan sekolah dan kelas IX A sebagai tempat penelitian adalah karena pertama, berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia ditemukan adanya kendala dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek. Kedua, sekolah ini sebelumnya belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang selain itu peneliti merupakan guru di sekolah ini dan mengajar di kelas IXA sehingga memudahkan penelitian yang dilakukan. 
2.        Waktu penelitian
     Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019-2020 atau pada bulan September sampai dengan Desember 2019 selama tiga bulan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil karena materi yang diajarkan yaitu cerita pendek  dilokasikan diajarkan  di semester ganjil.
B.       Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini diambil berdasarkan data dan observasi yang dilakukan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan guru serumpun. Subjek adalah siswa kelas IX A yang berjumlah 35 siswa terdiri dari 19 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.
C.      Desain Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, dkk, 2007: 58). Subyantoro (2009: 114) dalam bukunya menulis bahwa “PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki praktis pembelajaran dengan memanfaatkan penghayatan guru akan masalah pendidikan dengan cara kolaboratif dan reflektif.” PTK dilaksanakan dengan prosedur berdaur, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Metodologi yang digunakan longgar, instrumen dan analisisnya tidak harus ketat seperti pada penelitian formal.
     Sementara itu, Hopkins (Rochiati Wiriaatmadja, 2005: 11) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtantif, yakni suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atu suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses dan perbaikan.
     Prinsip utama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang berkelanjutan tersebut digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam siklus tersebut, penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planing). Tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis (Suharsimi Arikunto, dkk., 2007: 104).
Adapun siklus penelitian tindakan yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto: 2008: 16)

D.      Teknik Pengumpulan Data
            Teknik  pengumpulan  data  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini  untuk mengumpulkan data proses dan hasil. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1.        Teknik observasi, yaitu pengamatan dari peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objek.
2.        Teknik wawancara, merupakan kegiatan mengumpulkan data dengan cara langsung berhadapan dengan narasumber tetapi dapat pula tidak langsung.
3.        Teknik tes, Tes merupakan pengumpulan data sifatnya mengevaluasi hasil proses mendapatkan kondisi awal sebelum proses (pre-test dan post-test).
E.       Instrumen Penelitian
1.        Observasi
Lembar menggambarkan sejauh mana peningkatan kemampuan komunikasi dan konsentrasi observasi dalam penelitian berisi tentang catatan yang peserta didik dalam mempelajari serta memahami materi yang diberikan.
Tabel 3.1  Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Siswa
No
Indikator
1
Aktif bertanya jawab selama apersepsi
2
Aktif bertanya jawab selama pemberian materi
3
Bekerja mandiri dalam menulis cerpen
4
Mengerjakan tugas dengan serius dan sungguh-sungguh
5
Menanggapi pertanyaan teman dalam diskusi
6
Bersikap positif (sopan dan patuh)
7
Bekerja sama dengan teman dalam diskusi
8
Bertanggung jawab dalam pekerjaan (tepat waktu)
9
Bersikap terbuka dan mau menerima saran
10
Aktif mencari jawaban yang luas dan memuaskan

Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru
No
Aspek Penilaian
Ya
Tidak
1
Menyiapkan rencana pembelajaran dengan Mind Mapping.


2
Membuka pelajaran, memperhatikan kebersihan ruang kelas, dan kehadiran siswa


3
Guru menyajikan materi dengan baik dan menarik


4
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok


5
Guru menjelaskan mengenai materi yang disampaikan dengan menggunakan metode
Mind Mapping.


6
Guru membagi materi yang akan dibuat dengan metode Mind Mapping.


7
Guru mengomentari hasil kerja siswa dan memberikan penguatan.


8
Menyimpulkan pelajaran dengan baik


9
Memberikan penugasan untuk pertemuan selanjutnya


10
Menutup pelajaran



Tabel 3.3  instrumen Penilaian Menulis Cerpen
Aspek Penilaian
Kriteria
Skor
1.      Kesesuaian pokok cerita dengan isi
Pokok cerita  sangat sesuai dengan tema cerita .
4
Pokok cerita  sesuai dengan tema cerita.
3
Pokok cerita  cukup sesuai dengan tema cerita.
2
Pokok cerita  kurang sesuai dengan tema cerita.
1
2.      Struktur Cerpen

Orientasi
Sangat baik dalam pengenalan tokoh dan watak tokoh serta  latar yang mendukung cerita, dalam tahapan
4
baik dalam pengenalan tokoh  dan watak tokoh serta latar yang mendukung cerita, dalam tahapan.
3
Cukup baik dalam menceritakan pengenalan tokoh danwatak tokoh serta  latar yang mendukung cerita, dalam tahapan.
2
Kurang baik dalam pengenalan tokoh danwatak tokoh serta  latar yang mendukung cerita, dalam tahapan.
1
Komplikasi
Pemunculan masalah sangat baik sehingga kesan dimana dan bagaimana situasi tersebut terjadi terlihat sangat baik dan mengalir dengan natural.
4
Pemunculan masalah baik sehingga kesan dimana dan bagaimana situasi tersebut terjadi terlihat baik.
3
Pemunculan masalah cukup baik sehingga kesan dimana dan bagaimana situasi tersebut terjadi terlihat cukup baik.
2
Pemunculan masalah kurang baik sehingga kesan dimana dan bagaimana situasi tersebut terjadi terlihat mengada-ada.
1
Klimaks
Tahapan klimaks saling berhubungan sehingga  sangat menarik untuk dibaca dan menumbuhkan rasa ingin tahu pembaca.
4
Tahapan klimaks saling berhubungan sehingga  menarik untuk dibaca dan menumbuhkan rasa ingin tahu pembaca.
3
Tahapan klimaks saling berhubungan  sehingga cukup  menarik untuk dibaca dan menumbuhkan rasa ingin tahu pembaca.
2
Tahapan klimaks saling berhubungan sehingga  kurang  menarik untuk dibaca dan penyajian yang membosankan
1
Resolusi
Penyelesaian masalah sangat baik dan runtun.
4
Penyelesaian masalah baik dan runtun.
3
Penyelesaian masalah cukup baik dan runtun.
2
Penyelesaian masalah kurang baik dan tidak runtun.
1
Koda
Pesan pengarang dalam cerita sangat jelas dan mengajarkan nilai kehidupan dengan sangat baik.
4
Pesan pengarang dalam cerita jelas dan mengajarkan nilai kehidupan dengan baik.
3
Pesan pengarang dalam cerita cukup jelas dan mengajarkan nilai kehidupan dengan cukup baik.
2
Pesan pengarang dalam cerita kurang jelas dan ajaran kehidupan kurang tercermin dalam cerita.
1
3.      Kebahasaan
Penggunaan bahasa dan pemilihan diksi sangat terampil dapat memilih kata yang sesuai dan mewakili
sesuatu yang diungkapkan terbukti dengan cerpen yang enak dibaca.
4
Penggunaan bahasa dan pemilihan diksi terampil dapat memilih kata yang sesuai dan mewakili sesuatu yang diungkapkan terbukti dengan cerpen yang enak dibaca.
3
Penggunaan bahasa dan pemilihan diksi cukup terampil ada kesalahan sedikit dalam ejaan dan tanda baca dapat memilih kata yang sesuai dan mewakili sesuatu yang diungkapkan terbukti dengan cerpen yang enak dibaca.
2
Penggunaan bahasa dan pemilihan diksi kurang terampil kata-kata yang dipilih kurang  sesuai dan kurang mewakili sesuatu yang diungkapkan terbukti dengan cerpen yang enak dibaca.
1
Skor Maksimal
28

Penilaian akhir
Skor perolehan X 100 = Nilai
Skor Maksimal

                                    Rentang nilai

Skor
Kriteria
<  69
Kurang
70 – 79
Cukup
80 – 89
Baik
90 – 100
Amat baik


2.        Analisis Data
            Analisis data hasil belajar yang berupa skor  dilakukan  dengan  statistik  sederhana  meliputi  rata-rata  kelas  dan  persentase keberhasilan  yang  diperoleh  siswa  yang  menggambarkan  peningkatan  hasil pembelajaran dengan  memperhatikan rubrik penilaian penulisan cerpen yang meliputi : tiga aspek yaitu (1) kesesuaian pokok cerita dengan isi, (2) struktur teks cerpen, dan (3) kebahasaan.
3.        Indikator Keberhasilan Penelitian
            Penelitian tindakan kelas ini yang merupakan upaya peneliti untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek terutama pada materi menulis cerita pendek dengan tiga aspek dengan menggunakan mind mapping pocetok.
            Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil Indikator  keberhasilan  tindakan  terhadap  kemampuan  menulis  cerpen  siswa  kelas  IX A  SMP Negeri 231 jakarta Utara adalah apabila  lebih  dari 75% siswa dapat  menulis cerpen berdasarkan mind mapping pokok cerita dan tokoh yang telah disusunnya, atau < 75% siswa mencapai nilai kriterian ketuntasan minnimal yang ditetapkan atau <76 .="" o:p="">
4.        Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1.    Penelitian awal (Pra-Siklus)
Berdasarkan kondisi awal pada siswa kelas IX di SMPN 231 tempat penulis mengajar, didapat data keterampilan menulis siswa yang masih rendah. Kemampuan menulis ini terutama ketika siswa menyusun kalimat dalam bentuk teks. Pada penulisan cerita pendek, siswa masih banyak yang kurang pemahaman mengembangkan pokok cerita menjadi cerita pendek yang sesuai dengan struktur cerita pendek. Struktur cerita pendek yang dimaksud adalah: 1) orientasi, pengenalan tokoh dan latar dalam cerita ketika memulai penceritaan kurang ddalam ditulis siswa, 2) perumitan masalah (konfliks), bagian ini memuat masalah yang dialami tokoh dan siswa kurang menggali masalah menjadi konfliks yang ingin diketahui oleh pembaca, 3) komplikasi, bagian yang diuraikan selanjutnya yaitu masalah makin menghebat. Pada bagian ini siswa hanya mengulas sedikit konfliks tanpa mengembangkannya menjadi peristiwa yang menimbulkan ketertarikan untuk membaca, 4) resolusi, bagian penyelesaian masalah ini emrupakan bagian penutup dari rangkaian konfliks yang menjadi komplikasi. Siswa pada bagian ini kurang tajam dalam penyelesaian cerita dan terkesan memaksa juga datar, 5) koda, bagian terakhir adalah pesan amanat yang ingin disampaikan oleh penulis cerita pendek dalam hal ini adalah siswa. Koda menandai berakhirnya sebuah cerita. Sebuah ceritam koda dapat ditampilkan dengan cara tersirat maupun tersurat. Hasil observasi dan penilian cerita pendek yang ditulis siswa  SMPN 231 kelas IX sebelum penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyuguhkan pesan dari sebuah cerita sudah baik. Hanya ada beberapa siswa yang kurang dalam menyuguhkan koda. Berdasarkan data tersebut maka, penulis perlu melakukan suatu tindakan yang dapat menyelesaikan permasalahan pada kemampuan menulis cerita pendek siswa tersebut. Adapun tindakan yang akan dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus direncanakan selama tiga kali pertemuan.
            Alur siklus yang dilakukan sesuai dengan alur dalam penelitian tindakan kelas, yaitu perencanan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
a.    Perencanaan Tindakan
            Tahap perencanaan penelitian adalah mempersiapkan hal yang berhubungan proses pembelajaran yaitu.
1)   Melakukan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) bahasa Indonesia untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX.
2)   Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Kompetensi Dasar 4.6 Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan.
3)   Menyusun metode dan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu kolaboratif.
4)   Menyusun instrumen kisi-kisi dan instrumen soal untuk penilaian.
b.    Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah melaksanakan rencana pembelajaran dan penilaian yang telah dirancang sebelumnya sebanyak 4 pertemuan dengan waktu selama pertemuan 2 x 40 menit untuk satu silkus. Materi yang dibahas adalah menulis teks cerpen dengan mind mapping pokok cerita dan tokoh.
Tindakan yang dilakukan sebagai berikut
Pertemuan pertama
Kegiatan Pendahuluan
1.      Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.      Guru memeriksa kehadiran siswa di ruang kelas.
3.      Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.      Guru menggali pengalaman dan mengaitkan materi pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan Inti
1.        Guru meminta siswa membuat kerangka cerpen untuk memudahkan siswa dalam praktik menulis cerpen, dengan tetap memperhatikan struktur teks cerpen.
2.        Siswa menulis teks cerita pendek dengan kerangka yang telah ditulis secara individu dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggungjawab (pretest).
3.        Siswa dapat melihat contoh cerpen yang terdapat dalam buku teks yang ada.
Kegiatan Penutup
5.      Siswa mengumpulkan hasil menulis teks cerita pendek yang ditulisnya.
6.      Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini dengan sikap santun, aktif, kreatif dan bertanggung jawab.
7.      Siswa mengidentifikasikan kesulitan dan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran teks cerita pendek dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggung jawab.
8.      Siswa lain menanggapi tanggapan dalam materi menulis cerpen yang ada dan memberikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
9.      Siswa diberikan umpan balik dan penguatan.
10.  Siswa mendapatkan informasi tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dan diminta membawa pensil warna.
Pertemuan kedua
Kegiatan Pendahuluan
1.      Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.      Guru memeriksa kehadiran siswa di ruang kelas.
3.      Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.      Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, manfaat yang didapat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan juga metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
5.      Guru bersama siswa melakukan tanya jawab perihal materi yang telah dipaparkan.
6.      Siswa membentuk kelompok, setiap kelompok terdapat tiga orang siswa yang akan bekerjasama memahami teks cerpen.
Kegiatan Inti
1.    Untuk membangun konteks pembelajaran, dengan sikap peduli dan santun siswa membaca cerita pendek yang dibagikan guru bertema kehidupan.
2.    Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan konteks pembelajaran (ide pokok, struktur, dan karakteristik sesuai indikator pembelajaran yang disusun guru).
3.    Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan pendidikan karakter yang dikembangkan.
4.    Guru membagikan teks cerpen dan siswa dalam kelompok menelaah struktur cerpen yang dibagikan.
5.    Dengan sikap responsif dan peduli siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagian-bagian struktur  teks cerita pendek.
2.    Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan struktur teks cerita pendek berkenaan dengan pokok cerita dan tokoh.
Kegiatan Penutup
1.    Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
2.    Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami teks cerita pendek.
3.      Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami penyusunan teks cerita pendek.
4.      Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
5.      Guru meminta siswa dalam kelompoknya untuk membawa kertas karton, pensil warna, dan alat menggambar.
Pertemuan ketiga
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.    Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.    Menyanyikan lagu kebangsaan.
3.    Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas.
4.    Guru mengulas materi pada pembelajaran sebelumnya.
5.    Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu mengidentifikasi pokok cerita dan tokoh dalam cerita pendek.
6.    Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, manfaat yang didapat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan juga metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
7.    Untuk menarik minat dan menggugah kesadaran siswa agar  menumbuhkan karakter positif dalam diri remaja,  siswa diajak bertanya jawab tentang cerita-cerita menarik yang pernah dialami secara langsung oleh guru.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.      Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan konteks pembelajaran (ide pokok, struktur, dan karakteristik sesuai indikator).
2.      Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan pendidikan karakter.
3.      Siswa lain menanggapi dengan responsif dan santun.
4.      Dengan sikap responsif dan peduli siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagian-bagian struktur  teks cerita pendek.
5.      Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan struktur teks cerita pendek.
Kegiatan Penutup
6.      Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
7.      Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami teks cerita pendek.
8.      Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami penyusunan teks cerita pendek.
9.      Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran untuk mencari bahan atau media pembelajaran teks cerita pendek.
Pertemuan ketiga
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.        Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.        Menyanyikan lagu kebangsaan.
3.        Guru memeriksa kehadiran  dan kebersihan ruang kelas.
4.        Guru mengulas materi pada pembelajaran sebelumnya.
5.        Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
6.        Siswa menerima informasi kompetensi dasar, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
7.        Untuk menarik minat dan menggugah kesadaran siswa agar  menumbuhkan karakter positif dalam diri remaja,  siswa diajak bertanya jawab tentang cerita-cerita menarik yang pernah dialami secara langsung oleh guru.
Kegiatan Inti
1.        Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan pesan-pesan moral yang disampaikan dalam cerita pendek.
2.        Guru membangun konteks pembelajaran, dengan sikap peduli dan santun siswa mengamati materi yang ditayangkan dalam power point tentang pengantar menulis teks cerita pendek dengan mind mapping pokok cerita dan tokoh.
3.        Dengan sikap responsif, santun, dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran dan pelaksanaannya.
4.        Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa membaca dan mengamati beberapa gambar contoh mind mapping yang berhubungan dengan cerita pendek.
5.        Siswa membentuk kelompok tiap kelompok ada 3-4 siswa, dan membuat pokok cerita dan menentukan tokoh dengan tema kehidupan dan membuat mind mapping sebuah cerita di kertas karton.
6.        Hasil mind mapping yang dikerjakan dipaparkan di depan kelas dan siswa lain menanggapinya secara lisan/
7.        Guru dan siswa bersama-sama membahas struktur dan isi teks cerita pendek yang kemungkinan dapat disusun dari mind mapping pokok cerita dan tokoh yang disusun kelompok.
8.        Dengan sikap responsif siswa diberikan sebuah tugas untuk mencari bahan menulis cerita pendek dengan cara membuat mind mapping pokok cerita dan tokoh dari peristiwa yang dialami atau informasi dari media massa.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Guru bersama siswa melakukan umpan balik.
2.    Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran membuat mind mapping cerita pendek.
3.    Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan keempat (post tes)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.        Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.        Guru memeriksa kehadiran dan kebersihan di ruang kelas.
3.        Menyanyikan lagu kebangsaan.
4.        Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi, tujuan, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5.        Guru menggali pengalaman  siswa  yang berkesan dan yang pernah didengar dan mengaitkan dengan  materi pembelajaran sebelumnya mengenai struktur teks cerita pendek.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.    Siswa menulis teks cerita pendek dengan tema bebas secara individu dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggungjawab (posttest sesuai mind mapping yang sudah dibuat sebelumnya).
2.    Siswa menulis cerita pendek sesuai struktur cerita pendek yang telah dipelajari dengan menggunakan memperhatikan kebahasaan yaitu ejaan dan tanda baca yang sesuai.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Siswa mengumpulkan hasil menulis teks cerita pendek.
2.    Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini dengan sikap santun, aktif, kreatif dan bertanggungjawab.
3.    Siswa mengidentifikasikan kesulitan dan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran teks cerita pendek dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggung jawab. Siswa diberikan umpan balik dan penguatan.
c.    Observasi
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi terhadap pelaksanaan penelitian antara lain sebagai berikut.
1.    Peneliti bersama guru kolaborator mengamati prilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas;
2.    Peneliti melakukan bimbingan pada siswa yang kesulitan dalam pengerjaan tugas.
3.    Peneliti melakukan penilaian sikap pada siswa dan mencatat semua kejadian yang terjadi dalam lembar pengamatan.
d.   Refleksi
            Hasil dari pelaksanaan tindakan dan observasi  yang dilakukan didapatlah beberapa masukan untuk didiskusikan. Hasil dari refleksi ini menentukan kelanjutan dari tindakan yang dapat dilakukan selanjutnya untuk siklus berikutnya. Apabila hasil yang diharapkan belum maksimal, maka peneliti akan melanjutkan pada siklus berikutnya hingga mencapai hasil yang diharapkan.
5.    Jadwal Penelitian
Tabel 3.4 Jadwal penelitian tindakan kelas
Bulan
Kegiatan
September 2019
Melakukan pengumpulan data dengan pretes menulis cerita pendek
Oktober 2019
Melakukan tindakan dengan mind mapping pokok cerita dan tokoh dalam pembelajaran Kompetensi Dasar 3.6 dan 4.6
November 2019
Pengumpulan data hasil penelitian
Desember 2019
Melaporkan hasil penelitian kepada guru serumpun


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 231 Jakarta
SMP Negeri 231 Jakarta, sekolah ini berada di tepi Jalan Raya Geraja Tugu Semper Jakarta Utara dan tepat berseberangan dengan Perpustakaan Jakarta Utara. Suasana di sekitar sekolah ini pun tergolong kondusif karena tidak begitu dekat dengan pasar dan jalan raya untuk lalu lintas umum. Di sebelah kiri, kanan, dan belakang gedung sekolah masih banyak pepohonan dan taman sekolah sehingga pemandangan di sekitarnya terlihat indah dan mendukung pembelajaran.
Adapun sarana yang telah dimiliki SMP Negeri 231 Jakarta saat ini, yaitu 27 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang TU (Tata Usaha), 1 ruang kesehatan, ruang perpustakaan, musholla, 1 kamar mandi khusus guru,  gudang sekolah, 1 kantin sekolah, dan 1 lapangan upacara dan olahraga.  Setiap lantai terdapat WC untuk siswa.
Jumlah guru SMP Negeri 231 Jakarta pada tahun ajaran 2019/2020 sebanyak 37 orang dengan 3 orang berjenjang S2 dan 34 orang berjenjang S1. Selain itu, ada pula 10 orang karyawan yang menangani tata usaha dan 4 orang penjaga sekolah yang membantu menjaga ketertiban dan kenyamanan sekolah, 2 orang satpam atau penjaga sekolah.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek diketahui dengan terlebih dahulu peneliti mengadakan survei awal pada hari Senin, 2 September 2019, di ruang kelas IX A SMP Negeri 231 Jakarta Utara. Peneliti memfokuskan untuk mengamati permasalahan mendasar yang dihadapi siswa dan guru pada pembelajaran menulis, khususnya teks cerita pendek. 
Berdasarkan observasi tersebut, ditemukan masih banyaknya siswa yang cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru, misalnya siswa berbicara sendiri dengan teman sebangku, siswa mengantuk saat guru tengah menjelaskan materi, dan sebagainya. Saat guru memberikan tugas menulis teks cerita pendek, suasana kelas menjadi semakin ramai. Sebagian besar siswa memohon kepada guru untuk membatalkan pemberian tugas tersebut dijadikan pekerjan rumah karena kurang ide, tidak fokus, dan malas berpikir. Akan tetapi, guru tetap melanjutkan penugasan menulis teks cerita pendek tersebut. Alhasil, siswa hanya menuliskan beberapa baris saja karena sebagian siswa mengaku belum mendapatkan ide. Tipografi penulisannya pun masih datar dan masih menggunakan bahasa yang sederhana, serta isi antarbaris belum menunjukkan keterpaduan yang utuh dalam satu bait. 
Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru serumpun yaitu guru bahasa Indonesia mengenai pembelajaran menulis teks cerita pendek. Dari kegiatan wawancara tersebut diketahui bahwa guru mengalami kesulitan dalam mengajak siswa agar tertarik menulis teks cerpen. Oleh karenanya, guru cenderung meminta siswa untuk membaca teks cerpen dan menulis kembali teks cerpen yang telah dibaca. Kalaupun siswa mau menulis teks cerpen, mereka menyadur teks cerpen yang telah ada di buku pelajaran. Namun, tidak semua siswa demikian. Masih ada beberapa siswa yang berminat dalam menulis tekscerpen meski hasil teks ceritanya masih sederhana. Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam menemukan ide dan mencari kata pertama dalam teks cerpennya. Selain itu, nilai menulis siswa sebelum memperoleh tindakan menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks cerpen siswa masih rendah.
Oleh karena itu, peeliti pun berkeinginan memperbaiki kemampuan menulis teks cerpen siswa sehingga ada perubahan yang signifikan. Peneliti bersama guru kemudian merancang strategi pembelajaran mind mapping pokok cerita dan tokoh atau peneliti singkat (pocetok) untuk memunculkan suasana baru dalam pembelajaran menulis teks cerpen. Metode pembelajaran yang digunakan adalah kolaboratif, siswa bekerja dalam kelompok. Harapan dari kolaboratif ini, siswa dapat berinteraksi dan bekerjasama dalam meentukan pokok cerita dan tokoh yang akan dibuat dalam mind mapping. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII. Guru kelas VII dijadikan kolaborator karena pada pembelajaran kelas VII terdapat kompetensi dasar menulis cerita fantasi.
CPelaksanaan Penelitian
Tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek sekaligus untuk meningkatkan kualitas proses dan hasilnya dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Pada setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan dan dilakukan 4 (empat) kegiatan, yaitu perencanaaan, pelaksanaan, pengamatan, serta analisis dan refleksi.
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 4 September 2019 di Pada kesempatan ini, peneliti berdiskusi dengan guru, terutama hal-hal yang akan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. Hal-hal yang didiskusikan, antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang akan dilakukan; (2) peneliti menjelaskan sistematika strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks cerpen; (3) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus untuk 3 x 40 menit; (4) mendiskusikan aspek-aspek yang akan dinilai selama pembelajaran teks cerpen; (5) menetapkan teks cerita pendek yang akan dibagikan guru sebagai contoh; dan (6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Dalam diskusi tersebut, disepakati bahwa siklus I  mulai dilaksanakan pada hari Jumat, 6 September  2019. 
b.    Pelaksanaan tindakan
Pertemuan  pertama (Jumat,   6 September 2019) 3 x 40 menit
Kegiatan Pendahuluan ( 15 menit)
1.    Siswa menyiapkan diri dan berdoa sebelum memulai pembelajaran.
2.    Guru memeriksa kehadiran kebersihan ruang kelas.
3.    Menyanyikan lagu kebangsaan.
4.    Siswa merepon pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
5.    Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
6.    Guru menggali pengalaman dan mengaitkan materi pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan Inti ( 90 menit)
1.    Guru membagikan kertas kerja dengan petunjuk pengerjaan untuk menulis cerita pendek
2.    Siswa menulis teks cerita pendek dengan tema bebas secara individu dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggung jawab (pretest).
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Ketua kelas mengumpulkan hasil menulis teks cerita pendek yang telah dikerjakan.
2.    Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini  dan mengidentifkasi kesulitan yang dihadapi dalam penulisan cerita pendek dengan sikap santun, aktif, kreatif , dan bertanggung jawab.
3.    Siswa diberikan umpan balik dan penguatan.
4.    Siswa mendapatkan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya tentang teks cerita pendek.
Pertemuan kedua (Rabu, 11 September 2019)
Kegiatan Pendahuluan ( 15 menit)
1.    Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.    Guru memeriksa kehadiran dan kebersihan di ruang kelas.
3.    Menyanyikan lagu kebangsaan.
4.    Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5.    Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, manfaat yang didapat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan juga metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
6.    Guru bersama siswa melakukan tanya jawab perihal materi yang telah dipaparkan.
7.    Siswa membentuk kelompok, setiap kelompok terdapat 3 – 4 orang siswa yang akan bekerjasama memahami teks cerita pendek yang dibagikan guru.
8.    Duduk berdasarkan kelompok yang sudah terbentuk dan menyiapkan alat tulis yang akan digunakan.

Kegiatan Inti (90 menit)
1.        Untuk membangun konteks pembelajaran, dengan sikap peduli dan santun siswa membaca cerita pendek yang dibagikan guru bertema kehidupan.
2.        Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan konteks pembelajaran (ide pokok, struktur, dan karakteristik sesuai indikator pembelajaran yang disusun guru).
3.        Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan pendidikan karakter yang dikembangkan.
4.        Siswa dalam kelompok lain menanggapi dengan responsif dan santun.
5.        Dengan sikap responsif dan peduli siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagian-bagian struktur  teks cerita pendek.
6.        Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan struktur teks cerita pendek berkenaan dengan pokok cerita dan tokoh.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.        Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
2.        Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami teks cerita pendek.
3.        Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami penyusunan teks cerita pendek.
4.        Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
5.        Guru meminta siswa dalam kelompoknya untuk membawa kertas karton, pensil warna, dan alat menggambar.
Pertemuan ketiga (Jumat, 13 September 2019)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.    Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.    Menyanyikan lagu kebangsaan.
3.    Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas.
4.    Guru mengulas materi pada pembelajaran sebelumnya.
5.    Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu mengidentifikasi pokok cerita dan tokoh dalam cerita pendek.
6.    Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, manfaat yang didapat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan juga metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
7.    Untuk menarik minat dan menggugah kesadaran siswa agar  menumbuhkan karakter positif dalam diri remaja,  siswa diajak bertanya jawab tentang cerita-cerita menarik yang pernah dialami secara langsung oleh guru.
8.    Siswa menanganggapi cerita yang didengar dari temannya.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.    Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan konteks pembelajaran (ide pokok, struktur, dan karakteristik sesuai indikator, kebahasaan yang meliputi ejaan, tanda baca, dan penggunaan diksi).
2.    Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan pesan yang terkanding dalam cerita yang dibacanya.
3.    Siswa lain menanggapi dengan responsif dan santun.
4.    Dengan sikap responsif dan peduli siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagian-bagian struktur  teks cerita pendek.
5.    Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan struktur teks cerita pendek.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
2.    Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami teks cerita pendek.
3.    Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami penyusunan teks cerita pendek.
4.    Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran untuk mencari bahan atau media pembelajaran teks cerita pendek.
Pertemuan ketiga (Rabu, 18 September 2019)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.    Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.    Menyanyikanlagu kebangsaan.
3.    Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas.
4.    Guru mengulas materi pada pembelajaran sebelumnya.
5.    Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
6.    Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi teks cerita pendek, tujuan pembelajaran, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
7.    Untuk menarik minat dan menggugah kesadaran siswa agar  menumbuhkan karakter positif dalam diri remaja,  siswa diajak bertanya jawab tentang cerita-cerita menarik yang pernah dialami secara langsung oleh guru.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.    Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan pesan-pesan moral yang disampaikan dalam cerita pendek.
2.    Guru membangun konteks pembelajaran, dengan sikap peduli dan santun siswa mengamati materi yang ditayangkan dalam power point tentang pengantar menulis teks cerita pendek dengan mind mapping pokok cerita dan tokoh.
3.    Dengan sikap responsif, santun, dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran dan pelaksanaannya.
4.    Siswa membuat mind mapping  pokok cerita dan tokoh di kertas karton yang telah disiapkan cerita pendek bertema kehidupan
5.    Hasil mind mapping yang dikerjakan ditempel di mading kelas dan siswa lain memberikan tanda bintang untuk pokok cerita yang baik.
6.    Guru memilih beberapa mind mapping yang dijadikan contoh untuk pembahasan struktur cerita pendek.
7.    Guru dan siswa bersama-sama membahas struktur dan isi teks cerita pendek yang kemungkinan dapat disusun dari mind mapping pokok cerita dan tokoh yang disusun.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Guru bersama siswa melakukan umpan balik.
2.    Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran membuat mind mapping cerita pendek.
3.    Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan keempat (post tes) 20 September 2019
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.    Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.    Menyanyikan lagu kebangsaan
3.    Guru memeriksa kehadiran siswa di ruang kelas.
4.    Siswa menerima informasi kompetensi dasar teks cerpen, materi menulis cerpen berdasarkan pokok cerita dan tokoh, tujuan, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5.    Guru menggali pengalaman  siswa  dalam menulis teks cerpen, guru membangun konteks tentang pokok cerita yang dapat membangun sebuah cerita.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.    Siswa menulis teks cerita pendek dengan tema bebas secara individu dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggungjawab (posttest sesuai mind mapping yang sudah dibuat pada pembelajaran sebelumnya).
2.    Siswa menulis cerita pendek sesuai struktur cerita pendek yang telah dipelajari dengan menggunakan memperhatikan kebahasaan yaitu ejaan dan tanda baca yang sesuai.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Siswa mengumpulkan hasil menulis teks cerita pendek.
2.    Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini dengan sikap santun, aktif, kreatif dan bertanggungjawab.
3.    Siswa mengidentifikasikan kesulitan dan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran teks cerita pendek dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggung jawab. Siswa diberikan umpan balik dan penguatan.
c. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan pengamatan dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan strategi mind mapping pokok cerita dan tokoh. Pengamatan difokuskan pada situasi pelaksanaaan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru, dan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran. Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang aktif melakukan pengamatan dari bangku paling belakang melalui pedoman observasi yang telah dibuat. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui keaktifan, semangat, dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan strategi mind mapping pocetok.
Berdasarkan pengamatan terhadap  siswa dan guru selama proses pembelajaran menulis teks cerita pendek berlngsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebagai berikut:


1.    Siswa yang aktif bertanya jawab selama apersepsi sebanyak 17 orang atau mencapai 48,57%. 
2.    Siswa yang aktif bertanya jawab selama pemberian materi ajar sebanyak 19 orang atau mencapai 54,28%. 
3.    Siswa yang bekerja mandiri dalam menulis teks cerita pendek sebanyak 29 orang siswa atau mencapai 82,85%. 
4.    Siswa yang mengerjakan tugas dengan serius dan sungguh-sungguh sebanyak 19 orang siswa atau mencapai 54,28%. 
5.    Siswa dalam menanggapi pertanyaan teman dalam diskusi kelompok ada  12 orang siswa atau mencapai  34,28% yang serius dan semangat dalam menanggapi pertanyaan.
6.    Siswa yang bersikap positif (sopan dan patuh) terhadap guru sebanyak 33 orang atau mencapai 91,42%. 
7.    Siswa bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya dalam berdiskusi sudah mulai tampak atau 27 siswa atau 77.14%.
8.    Siswa sudah bertanggung jawab terhadap pekerjaan atau 20 siswa 57,14%.
9.    Siswa bersikap terbuka dan mau menerima saran atau ada 23 siswa atau 65.71%
10.              Siswa sudah aAktif mencari jawaban yang luas dan memuaskan 27 siswa atau 77.14%.
Pengamatan terhadap keaktifan siswa ini dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru kolaborator yang membantu dalam penelitian. Siswa di kelas 9 B selama penelitian atau 4 pertemuan tidak ada yang izin atau sakit sehingga sampai 4 pertemuan semua siswa alengkap. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada diagram 4.1 berikut.
Diagram 4.1  Observasi keaktifan siswa di kelas pada siklus I
            Sementara itu, berdasarkan hasil keterampilan menulis cerita pendek siswa pada pertemuan keempat diperoleh data sebagai berikut:
1. Kesesuaian Pokok Cerita
Hasil  skor tugas menulis teks cerita pendek pada siklus I menunjukkan 7 orang siswa (20%) mendapatkan kriteria amat baik, 17 orang siswa (48,57%) masuk dalam  kriteria baik, dan 11 orang siswa (31,42%) mendapat kriteria cukup.
2. Struktur teks cerita pendek
Hasil tugas menulis teks cerita pendek pada siklus I ini menunjukkan sedikit sekali siswa yang memperoleh kriteria baik, bahkan tidak ada yang mendapat skor amat baik.  Sejumlah 18 orang siswa (51,42%) saja yang mendapatkan kriteria baik dan 17 orang siswa (48,58%) mendapat kriteria cukup. Struktur orientasi atau pengenalan tokoh yang masih banyak siswa yang mendapat skor cukup atau 29 siswa (82,85%). Sisanya atau 7 siswa mendapat skor baik ( 17.15%). Aspek komplikasi juga kurang dapat digambarkan siswa dengan baik atau 15  siswa (42.85%) mendapat skor kurang, 12 siswa (34.28%)  mendapat skor cukup, dan 8 siswa (22.85%) mendapat skor baik. Aspek Klimaks cerita skor yang didapat siswa kurang baik 23 siswa (65.71%), ada 7 siswa (22.85%) sudah cukup baik dalam mengolah emosi pembaca, dan 5 siswa (1.42%) sudah baik dalam aspek klimaks cerita. Aspek resolusi seimbang dalam penyelesaian cerita, banyak siswa menyelesaikan cerita dengan happy ending atau akhir yang gembira atau 15 siswa (42.85%) sudah baik mengakhiri cerita dan 20 siswa  (57.15%)cukup baik mengakhiri cerita. Aspek terakhir dari struktur teks cerpen adalah koda. Pada bagian ini siswa masih banyak menyelipkan pesan secara tersurat dalam teks cerpen.
3) Kebahasaan
            Hasil kebahasaan yaitu penggunaan ejaa, tanda baca, dan pemilihan diksi pada siklus I menunjukkan 7 orang siswa (20%) masuk dalam kriteria baik dan 14 orang siswa (40%) mendapat kriteria cukup, dan 11 siswa (31.42%)  masih banyak kesalahan dalam penggunaan ejaan dan terutama pemilihan kata atau diksi. Lebih jelasnya, dapat dilihat melalui grafik 4.2 berikut.
Grafik 4.2 Hasil Menulis cerpen siklus I
d. Refleksi
Tahap refleksi diawali dengan mengadakan analisis hasil tindakan siklus I. Setelah dilakukan tindakan dengan penerapan mind mapping pokok cerita dan tokoh, peneliti menemukan adanya sedikit peningkatan kemampuan menulis teks cerita pendek pada siswa dengan nilai rata-rata. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan sikap positif yang ditunjukkan siswa selama pembelajaran menulis teks cerita pendekpada siklus I ini. Sikap positif tersebut dapat terlihat dari antusiasme siswa saat diminta untuk menggambar mind mapping pokok cerita di kertas karton dengan menggunakan berbagai warna.. 
            Berkaitan dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa masih sedikitnya persentase peningkatan keterampilan menulis teks cerita pendek siswa, peneliti berupaya menggali faktor penyebab fenomena tersebut, kemudian melakukan refleksi bersama guru kolaborator. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
1)        Para siswa belum menunjukkan keaktifan dan kesungguhan dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek karena masih banyaknya siswa yang memilih tidak bertanya saat pembelajaran, bahkan beberapa siswa justru kurang berkreasi dalam membuat mind mapping;
2)        Para siswa kurang mampu mengembangkan pokok cerita dan tokoh yang akan ditulis dalam teks cerita pendek karena terbatasnya kosakata yang dikuasai siswa untuk mengembangkan pokok cerita. Selain itu, siswa masih kesulitan menggambarkan tokoh serta latar;
3)        Masih banyaknya siswa yang kurang mampu mengolah kata menjadi kalimat teks cerita pendek karena minimnya kemampuan siswa untuk mengkreasikan kata-kata yang sebenarnya ke dalam kata kias maupun gaya bahasa yang baik; dan
4)        Kemampuan menulis teks cerita pendek siswa masih rendah karena masih terdapat siswa yang memperoleh nilai 63 ke bawah atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan nilai 76. Hal ini disebabkan kurang diperhatikannya pengembangan pokok cerita, struktur teks cerpen, dan kebahasaan oleh siswa sehingga teks cerita pendek yang mereka buat kurang menarik. Selain itu, perolehan nilai siswa yang rendah juga dikarenakan minimnya kosa kata yang dikuasai siswa. Selain itu siswa juga kurang memahami struktur teks cerita pendek dan pengembangan pokok cerita dan tokoh kurang dipahami.
            Menyikapi beberapa hambatan tersebut, peneliti dan guru  kolaborator perlu menyusun perencanaan kembali untuk dilakukan pada tindakan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui pada siklus I.
2.        Deskripsi Siklus II
            Tahap tindakan dalam siklus II berbeda dengan tindakan pada siklus I walaupun ada tindakan dalam siklus I walaupun ada tindakan dalam siklus I yang tetap dilakukan pada siklus II. Tindakan pada siklus II berorientasi pada perbaikan kekurangan yang terdapat pada siklus II. Siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan orang lain, sehingga siswa akan terlatih untuk berpikir kritis dan berinisiatif. Tindakan ini dilakukan agar siswa dapat belajar dalam situasi santai tanpa tekanan, namun mengena karena siswa langsung dihubungkan dengan konteksnya.
a. Perencanaan Tindakan
            Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I, disepakati bahwa siklus II perlu dilakukan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Senin, 23 September 2019.  Dalam kesempatan ini, peneliti dan guru kolaborator menyampaikan kembali hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran menulis teks cerita pendekyang telah dilaksanakan pada siklus I. Selain itu, peneliti juga menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran teks cerita pendek dengan strategi mind mapping pokok cerita dan tokoh yang telah dilaksanakan. Peneliti merekomendasikan agar siswa yang tidak mengerjakan tugas dan tidak bekerja sama dalam kelompok akan diberi sanksi mendidik yaitu menceritakan mind mapping yang ditulis temannya. 
Untuk memperbaiki beberapa kekurangan siklus I, pada siklus II ini disepakati hal-hal sebagai berikut, antara lain: 
1.    guru akan lebih banyak berinteraksi dan mengendalikan siswa; 
2.    metode pembelajaran yang akan digunakan adalah diskusi, tanya jawab dan tetap menyediakan media pembelajaran tentang struktur teks cerpen dan bagaimana menulis cerpen berdasarkan pokok cerita dan tokoh.guru akan memberi sanksi siswa yang tidak mengerjakan tugas (sanksi mendidik);  dan
3.    pada awal pertemuan, guru akan memberi rewards kepada siswa yang memperoleh nilai teks cerita pendek terbaik pada siklus I.
4.    Kelompok yang dibentuk oleh siswa dengan melihat kedekatan tempat duduk sehingga pengaturan tempat duduk tidak lama.
b. Pelaksanaan Tindakan
            Tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siklus II sebagai berikut:
Pertemuan pertama ( Rabu, 25 September 2019)
Kegiatan Pendahuluan
1.      Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.      Guru memeriksa kehadiran dan kebersihan ruang kelas.
3.      Menyanyikan lagu kebangsaan.
4.      Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5.      Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, manfaat yang didapat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan juga metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
6.      Guru bersama siswa melakukan tanya jawab perihal materi yang telah dipaparkan.
7.      Siswa membentuk kelompok, setiap kelompok terdapat tiga orang siswa dan siswa memilih sendiri teman yang menjadi kelompoknya.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.        Untuk membangun konteks pembelajaran, dengan sikap peduli dan santun siswa membaca cerita pendek yang dibagikan guru bertema kehidupan.
2.        Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan konteks pembelajaran (ide pokok, struktur, dan karakteristik sesuai indikator pembelajaran yang disusun guru).
3.        Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan pendidikan karakter yang dikembangkan yaitu mengenai pokok cerita yang dapat dikembangkan menjadi cerita pendek..
4.        Siswa dalam kelompok lain menanggapi dengan responsif dan santun.
5.        Dengan sikap responsif dan peduli siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagian-bagian struktur  teks cerita pendek.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
2.    Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami teks cerita pendek.
3.    Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami penyusunan teks cerita pendek.
4.    Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
5.    Guru meminta siswa dalam kelompoknya untuk membawa kertas karton, pensil warna, dan alat menggambar.
Pertemuan kedua ( Jumat, 27 September 2019)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.    Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.    Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas.
3.    Guru mengulas materi pada pembelajaran sebelumnya.
4.    Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu mengidentifikasi pokok cerita dan tokoh dalam cerita pendek.
5.    Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, manfaat yang didapat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan juga metode dan model pembelajaran yang akan digunakan.
6.    Untuk menarik minat dan menggugah kesadaran siswa agar  menumbuhkan karakter positif dalam diri remaja,  siswa diajak bertanya jawab tentang cerita-cerita menarik yang pernah dialami secara langsung oleh guru.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.    Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan konteks pembelajaran (ide pokok, struktur, dan karakteristik sesuai indikator).
2.    Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan menumbuhkan karakter bertanggung jawab pada siswa
3.    Memberikan contoh mind mapping yang menarik baik daris egi penyuguhkan gambar maupun warna yang dibuat.
4.    Siswa bertanya jawab mengenai contoh mind mapping yang diberikan.
5.    Siswa lain menanggapi dengan responsif dan tertib.
6.    Dengan sikap responsif dan peduli siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagian-bagian struktur  teks cerita pendek yang  dan bergiliran memberikan pendapat mengenai pokok cerita yang dapat dibuat dengan teman yang ditentukan guru..
7.    Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan struktur teks cerita pendek.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
2.    Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami teks cerita pendek.
3.    Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami penyusunan teks cerita pendek.
4.    Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran untuk mencari bahan atau media pembelajaran teks cerita pendek.
Pertemuan ketiga ( Rabu, 2 Oktober 2019)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.    Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.    Guru memeriksa kehadiran siswa di dalam kelas.
3.    Guru mengulas materi pada pembelajaran sebelumnya.
4.    Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5.    Siswa menerima informasi kompetensi dasar, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
6.    Untuk menarik minat dan menggugah kesadaran siswa agar  menumbuhkan karakter positif dalam diri remaja,  siswa diajak bertanya jawab tentang cerita-cerita menarik yang pernah dialami secara langsung oleh guru.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.    Guru memunculkan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memahami isi teks cerita pendek remaja dan pesan-pesan moral yang disampaikan dalam cerita pendek.
2.    Guru membangun konteks pembelajaran, dengan sikap peduli dan santun siswa mengamati materi yang ditayangkan dalam power point tentang pengantar menulis teks cerita pendek dengan mind mapping pokok cerita dan tokoh.
3.    Dengan sikap responsif, santun, dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran dan pelaksanaannya.
4.    Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa membaca dan mengamati beberapa gambar contoh mind mapping yang berhubungan dengan cerita pendek.
5.    Siswa membentuk kelompok tiap kelompok ada 3-4 siswa, dan membuat pokok cerita dan menentukan tokoh dengan tema kehidupan dan membuat mind mapping sebuah cerita di kertas karton.
6.    Hasil mind mapping yang dikerjakan dipaparkan di depan kelas dan siswa lain menanggapinya secara lisan/
7.    Guru dan siswa bersama-sama membahas struktur dan isi teks cerita pendek yang kemungkinan dapat disusun dari mind mapping pokok cerita dan tokoh yang disusun kelompok.
8.    Dengan sikap responsif siswa diberikan sebuah tugas untuk mencari bahan menulis cerita pendek dengan cara membuat mind mapping pokok cerita dan tokoh dari peristiwa yang dialami atau informasi dari media massa.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Guru bersama siswa melakukan umpan balik.
2.    Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran membuat mind mapping cerita pendek.
3.    Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan keempat (post tes) Jumat, 4 Oktober 2019
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1.    Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2.    Guru memeriksa kehadiran siswa di ruang kelas.
3.    Siswa menerima informasi kompetensi dasar, materi, tujuan, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.    Guru menggali pengalaman  siswa  yang berkesan dan yang pernah didengar dan mengaitkan dengan  materi pembelajaran sebelumnya mengenai struktur teks cerita pendek.
Kegiatan Inti (90 menit)
1.    Siswa menulis teks cerita pendek dengan tema bebas secara individu dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggungjawab (posttest sesuai mind mapping yang sudah dibuat sebelumnya).
2.    Siswa menulis cerita pendek sesuai struktur cerita pendek yang telah dipelajari dengan menggunakan memperhatikan kebahasaan yaitu ejaan dan tanda baca yang sesuai.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1.    Siswa mengumpulkan hasil menulis teks cerita pendek.
2.    Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini dengan sikap santun, aktif, kreatif dan bertanggungjawab.
3.    Siswa mengidentifikasikan kesulitan dan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran teks cerita pendek dengan sikap santun, kreatif, dan bertanggung jawab. Siswa diberikan umpan balik dan penguatan.
c. Pengamatan (Observasi)
            Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat berlangsungnya pembelajaran  menulis teks cerita pendek dengan menggunakan mind mapping pokok cerita dan tokoh. Seperti halnya siklus I, kegiatan pengamatan difokuskan pada situasi pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa selama pembelajaran.
Peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan siswa baik dalam diskusi kelompok maupun pastisipasi dalam kegiatan di kelas. Siswa sudah dapat melakukan diskusi dengan tertib dan bertanggung jawab. Hanya sesekali mereka berdebat itu pun masih dalam kelompok. Beberapa siswa terlihat antusias untuk membuat mind mapping dengan berbagai kreasi warna dan model.  
            Berdasarkan pengamatan tersebut diperoleh kesimpulan pengamatan tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebagai berikut:
1)      Siswa yang aktif bertanya jawab selama apersepsi sebanyak 27 orang atau mencapai 77.14%.  
2)      Siswa yang aktif bertanya jawab selama pemberian materi ajar sebanyak 29 orang atau mencapai 82,85%. 
3)      Siswa yang bekerja mandiri dalam menulis teks cerita pendek sebanyak 35 orang siswa atau mencapai 100%. 
4)      Siswa yang mengerjakan tugas dengan serius dan sungguh-sungguh sebanyak 32 orang siswa atau mencapai 91.42%. 
5)      Siswa dalam menanggapi pertanyaan teman dalam diskusi kelompok ada  33 orang siswa atau mencapai 94.28% yang serius dan semangat dalam menanggapi pertanyaan.
6)      Siswa yang bersikap positif (sopan dan patuh) terhadap guru sebanyak 34 orang atau mencapai 97,14%. 
7)      Siswa bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya dalam berdiskusi sudah mulai tampak atau 32 siswa atau 91.42%. 
8)      Siswa sudah bertanggung jawab terhadap pekerjaan atau 33 siswa 94.28%
9)      Siswa bersikap terbuka dan mau menerima saran atau ada 30 siswa atau 85.71%
10)  Siswa sudah aktif mencari jawaban yang luas dan memuaskan 30 siswa atau 85.71%.
Secara jelas dapat dilihat dalam grafik 4.3 hasil pengamatan terhadap siswa di siklus II.
Grafik 4.3 Keaktifan siswa siklus II
Sementara itu, berdasarkan pengamatan terhadap hasil menulis teks cerita pendek siklus II diperoleh data sebagai berikut:
1. Kesesuaian Pokok Cerita
Hasil tugas menulis teks cerita pendek pada siklus I menunjukkan 27 orang siswa (77,14%) mendapatkan kriteria amat baik, 17 orang siswa (48,57%) masuk dalam  kriteria baik, dan 1 orang siswa (2,87%) mendapat kriteria cukup. Tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang. Rata-rata perolehan untuk aspek ini adalah 85.
2. Struktur teks cerita pendek
Hasil tugas menulis teks cerita pendek pada siklus I ini menunjukkan sudah banyak  siswa yang memperoleh kriteria baik, bahkan tidak ada yang mendapat skor kurang.  Sejumlah 8 orang siswa (51,42%)  mendapatkan kriteria amat baik dan 27 orang siswa (48,58%) mendapat kriteria baik. Rata-rata nilai untuk aspek struktur teks cerita pendek adalah 78.  Perincian untuk aspek struktur teks cerpen sebagai berikut: Struktur orientasi atau pengenalan tokoh yang masih banyak siswa yang mendapat skor cukup atau 29 siswa (82,85%). Sisanya atau 7 siswa mendapat skor baik ( 17.15%). Aspek komplikasi juga kurang dapat digambarkan siswa dengan baik atau 15  siswa (42.85%) mendapat skor kurang, 12 siswa (34.28%)  mendapat skor cukup, dan 8 siswa (22.85%) mendapat skor baik. Aspek Klimaks cerita skor yang didapat siswa kurang baik 23 siswa (65.71%), ada 7 siswa (22.85%) sudah cukup baik dalam mengolah emosi pembaca, dan 5 siswa (1.42%) sudah baik dalam aspek klimaks cerita. Aspek resolusi seimbang dalam penyelesaian cerita, banyak siswa menyelesaikan cerita dengan happy ending atau akhir yang gembira atau 15 siswa (42.85%) sudah baik mengakhiri cerita dan 20 siswa  (57.15%)cukup baik mengakhiri cerita. Aspek terakhir dari struktur teks cerpen adalah koda. Pada bagian ini siswa masih banyak menyelipkan pesan secara tersurat dalam teks cerpen.
3) Kebahasaan
            Hasil kebahasaan yaitu penggunaan ejaa, tanda baca, dan pemilihan diksi pada siklus I menunjukkan 7 orang siswa (20%) masuk dalam kriteria amat baik dan 14 orang siswa (40%) mendapat kriteria baik , dan 8 siswa (22.85%)   cukup, dan 3 siswa (85.71%) masih banyak kesalahan dalam penggunaan ejaan dan terutama pemilihan kata atau diksi. Lebih jelasnya, dapat dilihat melalui grafik 4.4 berikut.

Grafik 4.4 Hasil menulis cerpen siklus II
d. Refleksi
            Berkaitan dengan hasil observasi di atas, maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1.    Keaktifan siswa dari keseluruhan aktivitas pembelajaran menulis teks cerita pendek mengalami peningkatan. Mereka mulai aktif dan antusias terhadap apersepsi dan mau untuk lebih fokus terhadap materi menulis teks cerita pendekyang dijelaskan oleh guru, mencatat hal-hal yang siswa anggap penting, seperti struktur teks dan artinya, serta telah mampu menyebutkan pokok cerita yang mereka buat. Hal ini dapat terlihat dari jumlah persentase siswa yang mengalami peningkatan secara signifikan, yaitu sebesar 88,46%.
2.    Kemampuan siswa dalam mengembangkan pokok cerita dan tokoh  yang akan ditulis dalam teks cerita pendek meningkat. Hal ini dapat dilihat dari persentase nilai perolehan  nilai siswa dengan rata-rata 84,29 dengan kategori Baik.
3.    Kemampuan siswa dalam mengembangkan cerita berdasarkan struktur teks cerita pendek meningkat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata 85,71 atau pada setiap aspek  mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan siklus I. Siswa sudah mampu menyusun struktrur teks cerita pendek dangan baik dan runtun.
4.    Kemampuan siswa dalam penggunaan ejaan, tanda baca, dan diksi sudah baik dengan perolehan rata-rata 82,62 atau dalam kategori baik. .
            Mengingat capaian pada siklus II telah sesuai dengan indikator yang dirumuskan, maka penelitian ini diakhiri. Adapun hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II di atas dapat dibuat rekapitulasi seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Keterampilan Menulis Cerpen  Siklus I dan II
No
Aspek Penilaian
Siklus I
Siklus II
1
Pokok Cerita
67.14
84,29
2
Struktur Teks Cerpen
70.14
85,71
3
Kebahasaan
66,19
82,62

Perbandingan rerata  yang dicapai pada siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan pada ketiga indikator. Peningkatan paling banyak terdapat pada indikator pertama, kemampuan siswa dalam mengembangkan pokok cerita dan tokoh dari siklus I ke siklus II, yakni 17,15 Peningkatan yang tinggi juga terjadi pada indikator ke tiga yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan, tanda baca, dan diksi yaitu sebesar 16,43. Walaupun indikator ke dua, kemampuan siswa dalam mengembangkan dan menyusun struktur teks cerita pendek peningkatan belum banyak, tetapi sudah lebih baik dibandingkan siklus I.
 Dengan demikian, secara keseluruhan dapat dinyatakan ada peningkatan persentase pada semua indikator dari siklus I ke siklus II.  Hal ini berarti penerapan mind mapping pocetok pada pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa kelas IXSMP Negeri 231 Jakarta dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan peneliti dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, meliputi: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) pengamatan (observasi); dan (d) analisis dan refleksi. Masing-masing siklus dilakanakan dalam satu kali pertemuan selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit).
            Sebelum dilaksanakannya penelitian, peneliti melakukan pengamatan (survei awal) dan wawancara kepada guru dan beberapa siswa untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Selanjutnya, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta untuk menerapkan mind mapping dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek. Pemilihan mind mapping sebagai strategi dalam pembelajaran tersebut dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) mind mapping dapat memberikan stimulus pada siswa untuk mengembangkan cerita berdasarkan pokok-pokok cerita; dan (2) gambaran dalam pentuk mind map dengan berbagai warna dapat memebri rangsangan dalam mengembangkan cerita sehingga lebih memudahkan siswa menuangkan pikiran, perasaan, dan imajinasinya.
Oleh karena itu, secara tidak langsung pembelajaran menulis teks cerita pendek dapat berjalan efektif dengan menggunakan strategi mind mapping. 
Peneliti berkolaborasi dengan guru kemudian menyusun rencana untuk siklus I. Siklus I ini menerapkan mind mapping. Pelaksanaan siklus I ini ternyata masih ditemukan beberapa kelemahan, yakni sebagian siswa masih bingung untuk mencari kata-kata yang tepat untuk mengawali teks cerita pendek mereka, beberapa siswa justru bermain sendiri saat berada di luar kelas, dan masih banyaknya siswa yang merasa tidak mampu menulis teks cerita pendek sehingga dibuatkan temannya dan beberapa malah menyadur teks cerita pendekyang ada pada buku teks. Oleh karena itu, diadakan pula siklus II untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I. Siklus II ini menguatkan penelitian yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pada pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa kelas IX  SMP Negeri 231 Jakarta.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa penerapan mind mapping pocetok dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek di kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta telah berhasil. Keberhasilan strategi mind mapping dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis teks cerita pendekdapat dilihat dari indikator-indikator berikut. 
1. Kualitas Proses Pembelajaran Menulis teks cerita pendek
Tindakan-tindakan berupa penerapan metode pembelajaran mind mapping yang dilaksanakan tiap siklus mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan siswa
Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis teks cerita pendekmengalami peningkatan. Hal ini terlihat dalam indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat pada setiap siklus. Indikator tersebut meliputi keaktifan siswa saat apersepsi dan pemberian materi ajar oleh siswa, serta sikap yang ditunjukkan terhadap guru.
Siswa yang semula susah diatur dalam arti tidak patuh pada guru, setelah penelitian ini, siswa tersebut mau memperbaiki sikapnya. Ini dikarenakan adanya tindakan tegas oleh guru terhadap siswa yang tidak mematuhi peraturannya. Meski terlihat otoriter, ternyata cara ini ampuh untuk mengendalikan ataupun meminimalkan sikap siswa yang sewenang-wenang terhadap guru.
b. Keterampilan guru dalam mengelola kelas
Keterampilan guru dalam mengelola kelas merupakan salah satu faktor terpenting dalam berhasil tidaknya suatu pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru, antara lain: (1) memberikan perhatian kepada siswa secara menyeluruh (tidak pilih kasih); (2) mengombinasikan metode pembelajaranceramah dan contoh-contoh dengan metode pembelajaranlain dalam penyampaian materi sehingga siswa tidak cepat bosan mengikuti pembelajaran; (3) memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, seperti memberikan rewards bagi siswa yang memperoleh nilai menulis teks cerita pendekterbaik; dan (4) memberi tindakan tegas (hukuman) bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas.
2. Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis teks cerita pendek
Kualitas hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendekdapat dilihat dari nilai menulis teks cerita pendekyang diperoleh siswa. Teks cerita pendeksiswa mengalami peningkatan pada beberapa aspek berikut: (1) pengembangan pokok cerita; (2) Struktur teks cerpen; dan (3) kebahasaan.
a. Keaslian isi
Siswa mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan imajinasi saat mereka melihat/mengamati objek teks cerpennya dalam konteks yang nyata. Siswa sudah mampu menulis cerita pendeknya secara mandiri (tanpa bantuan orang lain) dan tidak menyadur teks cerpen, serta tidak minta dibuatkan oleh temannya.
c. Struktur teks cerpen
Siswa sudah mampu memilih kata sederhana dan mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai  urutan struktur pada cerpennya. Oleh karena itu, teks cerita pendek mereka pun sudah terlihat indah dan enak dinikmati (dibaca).
d. Kebahasaan
Unsur kebahasaan teks cerita pendek ternyata jarang digunakan oleh siswa dalam teks cerpennya. Akan tetapi, beberapa siswa sudah mampu menyisipkan kata yang digunakan dalam teks cerita pendek walaupun kata-kata yang mereka gunakan masih sederhana (tidak terlalu sulit) karena penggunaan gaya bahasa yang masih sedikit adanya peningkatan proses maupun hasil menulis teks cerita pendek di atas, dapat dilihat melalui tabel nilai pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa.
Berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa penerapan mind mapping pocetok dalam keterampilan menulis teks cerita pendek pada siswa kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta dapat meningkatkan. Hal ini dapat dilihat dari persentase siswa yang menunjukkan adanya peningkatan hasil menulis teks cerita pendek selama pelaksanaan tindakan.
Tabel 4.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Cerpen
Tahap
KKM
Rata-rata
Ketuntasan (%)
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Pra siklus
75
56
32
80
43
Siklus 1
75
68
17,14
82,8
52,2
Siklus 2
75
84
97.14
91,1
73,3

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan deskripsi pada hasil penelitian tindakan kelas di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 
1. Penerapan mind mapping pocetok  dapat meningkatkan keterampilan menulis teks cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 231 JakartaTahun Ajaran 2019/2020. Ini ditunjukkan dari persentase keaktifan dan kesungguhan siswa dalam menulis teks cerita pendekyang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif dan bersungguh-sungguh sebesar 65,38% meningkat menjadi 88,46% pada siklus II.
2. Penerapan mind mapping dapat meningkatkan keterampilan menulis teks cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 231 Jakarta Tahun Ajaran 2019/2020. Hal ini  ditandai dengan meningkatnya persentase kemampuan siswa mengembangkan pokok ceria dan tokoh yang ditulis dalam teks cerpen, yakni sebesar 67,14% pada siklus I menjadi 84,29% pada siklus II. Sementara itu, persentase kemampuan siswa dalam menyusun cerita pendek berdasarkan struktur cerita pendek juga meningkat, yakni dari 70,14% pada siklus I menjadi 85,71% pada siklus II. Selain itu, siswa yang telah mencapai ketuntasan (≥75) juga mengalami peningkatan, yakni pada siklus I sebesar 17,14% pada siklus II menjadi 97,14%. 
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran tergantung pada beberapa faktor, salah satunya adalah penggunaan metode pembelajaran oleh guru dan minat siswa terhadap pembelajaran tersebut. Layaknya sebuah makanan mewah dan mahal, namun bila koki menyajikan makanan begitu saja di atas meja, maka calon konsumen pun enggan untuk melahap makanan tersebut. Begitu pula dengan penyajian materi (pembelajaran). Agar siswa tertarik dan antusias terhadap materi yang akan diajarkan, maka guru harus memahami karakteristik belajar siswa dan mampu mengombinasikan strategi pembelajaran yang sudah biasa digunakan dengan metode pembelajaranyang jarang dilakukan, seperti mind mapping pocetok. Selain pembelajaran menjadi tidak kaku dan tidak membosankan, tujuan pembelajaran yang dirumuskan pun dapat tercapai. 
C. Saran
Berkaitan dengan hasil yang dicapai penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut ini.
1. Mengingat strategi pembelajaran mind mapping efektif untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran menulis teks cerita pendek, maka sangat perlu untuk diterapkan dalam pembelajaran. 
2. Sekolah hendaknya memberikan keleluasaan bagi para guru untuk mengajak siswa tidak hanya belajar secara teori, tetapi juga permainan dengan memaksimalkan media, untuk menciptakan suasana pembelajaran yang berbeda dan lebih menyenangkan.
3. Guru hendaknya mengajar dengan metode dan strategi pembelajaran yang bervariatif agar siswa tidak bosan dalam pembelajaran dan selalu memberikan motivasi kepada siswa, misalnya saja dengan pemberian rewards kepada siswa yang berprestasi sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
5. Siswa hendaknya lebih banyak berlatih menulis dan menggali ide dari berbagai sumber, jangan hanya dari buku teks dan penjelasan guru ketika di sekolah saja. 
Daftar Pustaka

Alamsyah, M. 2014. Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi dengan Mind Mapping. Sleman: Mitra Pelajar.
Andayani, K., Pratiwi, Y. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Kreatif dan Inovatif.
          Malang: UM Press. 
Fitriana,  D.  I.  2011.  Peningkatan  Keterampilan Menulis  Cerpen  Melalui  Media  Berita dengan  Metode  Latihan  Terbimbing    Pada  Siswa  Kelas  X.3  SMA  Negeri  1 Rembang  Purbalingga.  (online).  http://eprints.uny.ac.id.  Diakses pada tanggal 14 September 2019.
Suriyani, Nursaid, dan Zulfikarni. 2013.  Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen
   dengan Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 Sman 6 Padang. (online).  http://ejournal.unp.ac.id diakses pada tanggal 14 September 2019.
Swadarma, D. 2013. Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


Foto-foto Kegiatan

Back Home Pasien Covid

Good bye Wisma Atlet Hari ke-14 di Wisma Atlet "Menunggu Surat" Senin, 4 Januari 2021 Ini hari ke-14 di Wisma Atlet. Katanya kami ...