Thursday, October 2, 2014


RUMAH NENEK DI LUBUK SEKETI LAHAT


PuLaNg KamPung Yukk


Kali ini ceritaku tentang "Pulang Kampung" lebaran ke dusun Bapak dan Mama di Lahat. Setelah 30 tahun, akhirnya aku dan semua saudara plus anak-anakku dan ponakan, melangkahkan kaki ke tempat kelahiran orangtuaku. Sebenarnya rencana 'Pulang Kampung", sehabis aku menunaikan haji atau tahun 2016. Namun, bapak yang sebelum Ramadhan sakit dan dirawat di ICU Harapan Kita, selama satu minggu, meminta bila ia sehat untuk "Pulang kampung". Permintaan yang sungguh luar biasa mengingat, aku dan adik-adik belum mempersiapkan materi atau bekal untuk pulkam.
Akhirnya rencana besar untuk Pulkam pun aku rundingkan bersama adikku Ita dan Budi. Kakakku Ida tidak kami libatkan karena ia pastinya tidak bisa secara materi (ia dapat tugas menjaga rumah orangtuaku). Diputuskanlah kalau bapak akan naik pesawat dan bersamaku. Bapak senang sekali dengan rembukan kami ini, mulailah aku browsing mencari tiket pesawat (tentunya dengan harga yang murah dong). Bapak hanya mau naik "Garuda" (aduh kebayang dong tiket yang harus dikeluarkan di hari "Lebaran" pula). Alhamdulillah tiket Garuda seharga Rp 1.480 ribu /orang, aku dapatkan. senangnya bapak ketika sepulang kerja kusodorkan tiket pulang kampung naik "Garuda" terbayarlah semua lelah, penat, bokek, karna kocek berkurang  untuk mewujudkan semua keinginan bapak (apapun untuk Bapak). Masih terbayang bagaimana bapak di ruang ICU, malah kami tadinya merasa tak akan berjumpa lagi dengan bapak.
Sebelum Ramadhan Bapak dirawat di ICU Harapan Kita

Selfi dengan Bapak di pesawat

Senangnya Bapak di Pesawat
(Garuda yah pak)

Menunggu waktu Pulkam, rasanya lama sekali buat Bapak. Setiap hari Bapak menunggu sambil selalu bercerita dengan semua cucunya tentang masa kecilnya di kampung tercinta. Sepanjang Ramadhan cerita kami sekeluarga adalah "PULKAM".
Akhirnya penantian panjang pun usai sudah. Hari pertama lebaran Iedul Fitri, rombongan pertama yang menggunakan dua mobil berangkat hari itu pagi itu 28 Agustus seusai sholat Ied. Mobil pertama adalah mobilku, dan mobil kedua adikku.  Bismillah berangkat rombongan pertama, tinggallah aku dan Bapak di rumah karena kami akan berangkat besok menggunakan pesawat. Esoknya 29 Agustus 2014 aku dan Bapak pun berangkat. Bapak sudah tak sabar deh, pagi-pagi dengan setelan yang aku samakan (pakai pink dong) sudah siap dengan semua perabotannya. Aku bilang kita akan makan di bandara. Duh senangnya Bapak.
                                           Makan gratis di Citi Bank Privilege

Sampai di  Palembang , adik sepupuku Izwan sudah menjemput di bandara Soeltan Badarudin II. Malam itu kami menginap di rumah adik Bapak, mamang Ibrahim di daerah Rs Siti Khodijah. Pagi-pagi kami sudah siap untuk melanjutkan perjalanan ke Lahat (kota kabupaten yang dekat dengan kampung).  Jarak Palembang Lahat bila ditempuh dengan mobil pribadi + 6 jam. Yah lumayanlah buat Bapak (tapi Bapak terlihat senang tuh), aku sempat khawatir Bapak tidak kuat mengingat kondisi jarak yang ditempuh. Ada sebuah bukit yang selalu dilalui bila akan ke Lahat. Namanya bukit tunjuk, Dulu waktu kecil, nenek selalu cerita kisah bukit tunjuk. Kisah Si pahit Lidah (legenda palembang). Bukit itu yang menandakan kami sudah akan sampai ke kota Lahat. Sebelumnya rombongan aku dan Bapak yang naik mobil adik sepupuku Dahlan bersama adik Bapak, Mang Rahim dan Bibi  Cik Imah (adik Bapak juga) akan bertemu rombongan adik2 ku dan anak2 ku di rumah kakak sepupuku Ayuk Darmi di daerah Muara Enim. Jadilah pukul 14 waktu Muara Enim kami berjumpa di rumah Ayuk Darmi (mantan Camat). Lengkaplah rombongan Balek Dusun. Senangnya hari ini.
                                          Bukit Tunjuk bersama kedua buah hati

Dusun atau kampung pertama yang akan kami sambangi adalah Dusun SP. Dusun ini adalah dusun orang atau dusun adik sepupu Mamahku. Dusun mamahku sendiri namanya tanjung Bindu dekat juga dengan Dusun SP. Setelah rombongan berkumpul semua akhirnya kami putuskan setelah ini mampir dulu di kota Lahat di rumah Ayu Sus. Bapak akan istirahat sedangkan kami melanjutkan ke dusun mamah di SP. 
Malam itu kami menginap di dusun SP sambil menyusun rencana untuk esok hari, syukuran bahwa kami datang ke dusun setelah sekian lama. Mamah terpaksa mengadakan syukuran di dusun SP bukan dusun tempat mamah dilahirkan yaitu Tanjung Bindu, karena di Tanjung Bindu Mamah sudah tidak punya keluarga. Keluarga mamah sudah pindah atau bahasa setempat 'ngaleh' ke dusun SP (belakangan mamah menemukan saudara sepupunya yang ternyata masih ada di dusun Tanjung Bindu). 

Back Home Pasien Covid

Good bye Wisma Atlet Hari ke-14 di Wisma Atlet "Menunggu Surat" Senin, 4 Januari 2021 Ini hari ke-14 di Wisma Atlet. Katanya kami ...