UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
DENGAN
METODE EXAMPLE NON EXAMPLES
SENI ASIATI
SMP Negeri 266 Jakarta
Abstract This classroom
action research, entitled "Efforts to Improve Learning Outcomes Indonesian
with non Examples Example Methods in Class VII D SMP Negeri 266 North
Jakarta.". The issues are the focus of study in this research is; Is non
Examples Example methods to improve learning outcomes Indonesian Seventh Grade
Students of SMP Negeri 266 D Jakarta.
Based
on the formulation of the problem that has been prepared, then the purpose of
this research is to improve the skills of writing poetry with regard to the
natural beauty of the seventh grade students of SMP Negeri 266 D North Jakarta.
This
research was conducted mealaui classroom action research procedure includes
four stages, namely; 1. Planning (planning), 2. Implementation (action), 3.
Observation (observation), and 3. Reflection (Reflection). The study was
conducted in two cycles each cycle was conducted in three sessions.
From
the analysis of the data, the conclusions obtained from this research is to
increase the ability of students to write poetry that can be seen from the
increasing student learning outcomes. It can be seen from the evidence of
quantitative and qualitative evidence. Quantitative evidence: In the first
cycle of students who reach KKM value of 12 students (33%), the value of
children younger than KKM 24 children (32.7%). The average value of the first
cycle is 66.25.
In
the second cycle, the value of students who achieve KKM 32 children (89%),
student scores less than KKM 4 students (11%). An increase 56% in the second
cycle. Qualitative evidence shows: (1) the student is doing the learning
beminat (2) students are more daring expression (3) the learning environment
more natural and fun. Observation of students performed at each meeting and in
every cycle.
Evidence
shows that the use of non Examples Example methods can improve creative writing
poetry with respect to natural beauty.
Keywords:
Learning Outcomes Indonesian, non Example Example Method, Class Action
Research, Writing Poetry
Abstrak Penelitian tindakan kelas ini
berjudul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Metode Example non Examples”. Adapun masalah yang menjadi fokus kajian dalam
penelitian ini adalah; Apakah Metode
Example non Examples dapat
meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia. Berdasarkan
rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menulis
puisi berkenaan dengan keindahan
alam.Penelitian ini dilakukan melalui prosedur penelitian
tindakan kelas yang meliputi empat tahapan yaitu; 1. Perencanaan (planning), 2.
Pelaksanaan (action), 3. Observasi (observation), dan 3. Refleksi (reflection).
Penelitian
dilakukan dalam dua siklus setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan.
Dari
hasil analisis data, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
peningkatan kemampuan menulis puisi yang dilihat dari meningkatnya hasil
belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari bukti kuantitatif dan bukti kualitatif. Bukti
Kuantitatif: Pada siklus pertama nilai siswa yang mencapai KKM 12 siswa (33%), nilai anak
yang kurang dari KKM 24 anak (32.7 %).
Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 66.25.
Pada
siklus kedua, nilai siswa yang mencapai KKM 32 anak (89 %), nilai siswa yang
kurang dari KKM 4 siswa (11 %). Terjadi peningkatan 56% pada siklus kedua.
Bukti kualitatif menunjukkan: (1) siswa lebih beminat menjalani pembelajaran
(2) siswa lebih berani berekspresi (3) suasana belajar lebih alami dan
menyenangkan. Observasi terhadap siswa dilakukan disetiap pertemuan dan
disetiap siklus. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa penggunaan Metode Example non Examples dapat meningkatkan kemampuan menulis
kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.
Kata
kunci: Hasil Belajar,
Bahasa Indonesia, Example non Example, Menulis, Puisi
Pendahuluan
Kurikulum 2006
(KTSP) menuntut agar guru mengenal secara intens kecakapan, kompetensi,
kekurangan, tingkah laku,bakat, dan latar belakang dari siswa didik. Guru
dituntut kompetens pula mengimplementasikan materi-materi pembelajaran ke dalam
dunia nyata. Idealnya, seorang guru mampu memosisikan dirinya sebagai
fasilitator, motivator, kreator atau informan. Bukan sekedar “The banking
concept of education.”Sebagai fasilitator, diharapkan guru berkemampuan
mentransfer ilmu pengetahuan secara optimal pada subjek didik. Sebagai
motivator, guru hendaknya mampu memotivasi para siswa dengan memberi stimulasi
positif yang akhirnya dapat membawa suatu perubahan kompetensi dan perilaku
signifikan pada subek didik. Sebagai kreator, diharap peningkatan kompetensi
menulis puisi dengan berbagai metode pembelajarn yang merangsang siswa.
Guru diharapkan
mampu berkreativitas setiap waktu dan suasana berbeda. Sebagai informan,
seyogianya guru berkompetens menginformasikan ilmu pengetahuan yang bersifat
kekinian sehingga subjek didik tertantang untuk beraktivitas,
berkreativitas,berinovasi dalam menimba pengetahuan dan mampu mengaplikasikan
ke dalam sikap, sifat, tindakan, serta perbuatan nyata.Demikian dengan subjek
didik. Mereka dituntut untuk lebih proaktif di dalam proses pembelajaran. Siswa
dikondisikan aktif untuk“menjemput bola, bukanlah menunggu mendapatkanbola.”
Siswa suka rela, mau serta mampu mengekspresikan aktivitas, kreativitas dan
inovasiyang dimiliki secara optimal. Guru hendaknya lebih peka di dalam memilah
milih metode pembelajaran serta mengaplikasikan. Aplikasi metode yang efektif
dan relatif inovatif akan memotivasi serta merespons siswa mengarah ke tujuan
seperti yang telah rencanakan.
Dalam era global, teknologi dan ilmu pengetahuan telah
menyentuh segala aspek pendidikan sehingga informasi lebih mudah di peroleh,
hendaknya menjadikan anak lebih aktif berpartisipasi sehingga melibat kan
intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar. Keaktifan di sini berarti
fisik secara aktif dan tidak terfokus pada suatu sumber informasi yaitu guru.
Keberhasilan tujuan pendidikan terutama di tentukan
oleh proses belajar mengajar yang di alami oleh siswa. Sisiwa yang belajar akan
mengalami perubahan baik pengetahuan, pemahaman, penalaran, keterampilan, nilai
dan sikap. Agar perubahan tersebut dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan
berbagai faktor untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan yaitu mengefektifan
pemahaman dari konsep.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari
berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik,
pembelajaran, peserta. Semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta.
Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai
model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini
dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga
merupakan subjek dalam pembelajaran.
Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu
bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran
yang dapat digunakan oleh pendidik. Model-model pembelajaran sosial merupakan
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta
didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik memperoleh
pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian, peserta
didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
Perlu adanya keseimbangan atau antara peran siswa sebagai
subjek didik, guru sebagai fasilitator, dan maksimalisasimedia ajar, serta
pemilihan metode yang efektif didalam pembelajaran. Bahkan harmonisasi
danoptimalisasi sangat dibutuhkan sesuai tujuan yangtelah direncanakan. Untuk
mencapai tujuan itu,diperlukan keseimbangan antara teori dan praktikdalam
pembelajaran. “Teori tanpa praktik nonsense sedang praktik tanpa teori adalah
ngawur.” Kontek ini berimbas pula pada
proses pembelajaran menulis,khususnya puisi.
Pada umumnya,
proses pembelajaran menulis puisi cenderung bersifat teori dan mengesampingkan
bentuk-bentuk praktisnya. Beberapa jalan yang dapat ditempuh untuk konteks
tersebut, (Suharianto,2009:7) memberi beberapa kriteria: (a) Membuka diri
terhadap kehidupan dan belajar memahami nilai-nilai atau hikmah untuk dipetik
manfaatnya; (b) Memperbanyak pengetahuan dengan jalan intensif membaca
buku-buku dari berbagai ilmu; (c) Memperluas ilmu jiwa yang menitikberatkan
wawasan tentang manusia; serta (d) Mempelajari puisi agar pengetahuan tentang
puisi lebih bermakna. Pemahaman seperti tersebut terasa sulit untuk
diimplementasikan pada siswa tingkat pendidikan menengah pertama di kelasVII
khususnya siswa kelas VII.D SMP Negeri 266 Jakarta Utara. Supaya ‘minimal’
tujuan dari proses pembelajaran yang telah direncanakan dapat‘tercapai’, sikap,
kemampuan dan kemauan guru sebagai profesional sangat diperlukan. Terutama
didalam memotivasi dan menstimulasi belajar siswa didik, pun meningkatkan
kreativitas, aktivitas dan inovasi mereka.Ketepatan pemililihan metode
pembelajaran, maksimalisasi media kekinian, estetis,serta rekreatif menjadi
peran vital keberhasilan untuk mencapai tujuan seperti yang telah diasakan.
Berdasarkan
hasil latihan menulis siswa, wawancara terhadap guru, dan angket yang diisi oleh
siswa, kompetensi menulis kreatif puisi. Lebih 87% siswa kelas VII.D SMP
Negeri 266 Jakarta Utara belum terampil menulis puisi atau hasil yang
diharapkan masih jauh dari yang diharapkan guru. Kendala yang dialami para siswa tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa kurang mendapatkan berlatih
dalam menulis puisi, (2) siswa tidak tertarik menuangkan gagasan dan
perasaannya dalam bentuk puisi, (3) siswa mengalami kesulitan dalam hal
pemilihan kata, (4) menggunakan majas, (5) guru kesulitan dalam membangkitkan
minat belajar siswa, (6) guru belum mengoptimalkan media dan metode yang tepat
dalam pembelajaran.
Dengan kenyataan di atas, peneliti
memandang perlunya dilakukan perbaikan terhadap pembelajaran menulis puisi agar
siswa dapat menuangkan gagasan, keinginan, cita-cita, dan harapan dalam bentuk
puisi dengan memperhatikan aspek-aspek keindahan puisi. Untuk itu guru perlu
menggunakan metode yang lebih variatif dan inovatif. Penggunaan
model examples non examples marupakan suatu alternatif sebagai bentuk
meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa sehingga hasil belajar bahasa
Indoensia khususnya kompetensi dasar menulis puisi dapat tercapai maksimal.
Dalam hal ini untuk untuk memecahkan masalah tersebut di tawarkan salah satu
model pembelajaran yaitu model pembelajaran examples
non examples.
Berdasarkan
latar belakang dan pembatasan masalah di
atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: Apakah metode example non examples dapat meningkatkan
keterampilan menulis kreatif puisi
berkenaan dengan keindahan alam. Berdasarkan
rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menulis puisi
berkenaan dengan keindahan alam.
Manfaat yang hendak dicapai dalam
penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk
siswa: 1) Meningkatkan keterampilan menulis puisi berkenaan
dengan keindahan alam, 2) Meningkatkan minat siswa dalam menulis puisi berkenaan
dengan keindahan alam. Untuk guru : 1) Meningkatkan profesionalisme guru
dalam proses pembelajaran, 2) Mencapai
kompetensi dasar mata pelajaran yang diharapkan, dan 3) Mampu
mengembangkan kreativitas menulis sastra terutama puisi pada siswa.
Menurut Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad (2008:12), hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh kegiatan belajar. Dalam pembelajaran guru
menetapkan tujuan belajar, siswa yang berhasil belajar adalah yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan permbelajaran.
Menurut Rochyandi, Yadi
(2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah:
“Tipe pembelajaran
yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan
pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan
hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.”
Model examples non examples merupakan salah satu pendekatan
Group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik.
Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model
pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh
penghargaan kooperatif daripada individu.(Muslimin Ibrahin, 2000 : 3)
Pembelajaran
examples non examples adalah salah satu contoh model
pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan
sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah
untuk guru membantu dalam proses
mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media
diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.
Selanjutnya Slavin dan Chotimah (2007 : 1) dijelaskan
bahwa examples non examples adalah
model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat
diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.
Menulis adalah kegiatan menyusun dan
mengkomunikasikan gagasan dengan medium bahasa yang dilakukan penulis kepada
pembaca sehingga terjadi interaksi keduanya deni tercapainya suatu tujuan. Atar
Semi (1990:13-14) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses. Dari
proses tersebut, menulis juga melibatkan berbagai keterampilan menyusun pikiran
dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk susunan yang tepat.
Aktivitas menulis merupakan suatu
bentuk manifestasi kemampuan berbahasa yang paling akhir dikuasai siswa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan
berbahasa yang lain, menulis lebih sulit dikuasai (Nurgiantoro, 2008:294).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai
unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
tulisan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KKBI), Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra,
rima, serta penyusunan larik dan bait; atau gubahan dalam bahasa yg bentuknya
dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan
pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan
makna khusus.
Nur’aini (2008:39) menyimpulkan
bahwa puisi adalah karya sastra yang menggunakan kata-kata indah, singkat,
padat, dan kaya makna Singkat karena
diungkapkan tidak panjang lebar seperti prosa. Padat, maksudnya puisi digarap
dengan pilihan kata yang mengandung kekuatan rasa dan makna. Yakni dengan
memilih kata yang mempunyai majas, lambang, rima, sajak dan ungkapan yang
menarik. Jadi, puisi berbeda dengan bahasa keseharian.
Menulis ialah melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat memahami lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 2008:22).
Pembelajaran
menulis puisi adalah bagian dari pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi
sastra merupakan proses antara guru dan siswa, yang menjadikan proses
pengenalan, pemahaman dan penghayatan. Pada akhirnya dalam menulis karya sastra
akan mampu menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sastra
khususnya puisi dalam kegiatan belajar belum diupayakan secara maksimal, karena
sebenarnya pembelajaran puisi merupakan kegiatan karya seni yang memerlukan
kemampuan khusus. Namun pembelajaran puisi dengan memperhatikan unsur-unsur
intrinsik pembangun puisi sering mengalami kendala.Kendala tersebut antara lain
: 1) kemapuan kosakata siswa yang masih minim, 2) kurang media yang membantu
siswa dalam menulis puisi 3) minimnya contoh puisi yang benar. Guru bahasa
Indonesia sendiri belum tentu memiliki kemampuan menulis puisi yang baik dan
benar. Minimnya contoh puisi dengan kosakta yang tepat membuat siswa tidak
memiliki acuan atau gambaran tentang menulis puisi yang tepat. Kendala-kendala
di atas menyebabkan siswa belum dapat menulis puisi dengan baik sesuai
kompetensi dasar yang ditentukan.
Herman J.
Waluyo ( 2003:1) mengatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata kias.
Pendapat lain
mengenai pengertian puisi disampaikan oleh Pradopo (2002:7), yang menyatakan
bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang
merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.Puisi merupakan
rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud
yang paling berkesan. Sementara itu, unsur-unsur estetika puisi dapat diketahui
melalui unsur-unsur estetika (keindahan), misalnya gaya bahasa dan
komposisinya. Puisi sebagai karya sastra, memiliki fungsi estetika dominan dan
di dalamnya terdapat unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi
(pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan
bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau
aspek kepuitisan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 266 Jakarta Utara yang
beralamat di Jalan Cilincing Bhakti VI No. 29 Cilincing Jakarta Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun
pelajaran 2016/2017 pada bulan Januari 2017 s.d April 2017 atau di semester
genap. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII. D yang
berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki –laki
dan 20 siswa perempuan. Mata pelajaran yang menjadi sasaran penelitian adalah
mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
pada materi menulis cerpen.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang mempunyai
definisi sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atan meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas (Boeriswati, 2006:4). Penelitian ini
merupakan sebuah action research class (penelitian tindakan kelas) untuk
memberikan altematif lain dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, khususnya
pembelajaran menulis puisi, sekaligus meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa. Adapun desani penelitian
yang digunakan terdiri dari empat tahap, yairu mulai dari perencanaan,
tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Penelitian
ini direncanakan dua siklus
masing-masing siklus tiga kali pertemuan. Indikator keberhasilan 90% siswa mencapai
kriteria ketuntasan minimal.
Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus yaitu, siklus I dan siklus II. Setiap siklus
dilaksanakan selama tiga pertemuan. Setiap
siklus dilakukan beberapa tahapan, yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c)
pengamatan, (d) refleksi.
Instrumen penelitian ini berupa tes kreatif menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam. Saat pemberian pretest peneliti meminta siswa menulis
puisi berkenaan dengan keindahan alam. Setiap siswa menulis puisi dengan tema
alam Indonesia. Siswa dibebaskan untuk menulis puisi sesuai dengan imajinasi
mereka. Tes ini dilakukan ketika memulai penelitian siklus I untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam menulis puisi.
Selain pretest peneliti juga memberikan post test sebagai
penentu meningkat atau tidaknya kemampuan kreatif menulis puisi siswa di akhir
siklus. Pada siklus pertama peneliti meminta siswa menulis puisi dengan tema
keindahan alam Indonesia dengan menggunakan media gambar melalui tayangan slide
power point. Pada siklus kedua peneliti meminta siswa menulis puisi dengan tema
keindahan alam Indonesia menggunakan media gambar melalui tayangan slide dan
beberapa contoh puisi yang dibuat bersama-sama. Hasil pekerjaan siswa dinilai
berdasarkan tabel penilaian menulis puisi.
Untuk
melakukan penilaian dalam menulis kreatif puisi, peneliti menggunakan tabel
penilaian. Model penilaian keterampilan menulis puisi siswa yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori penilaian aspek menulis dalam buku karangan
Burhan Nurgiantoro (2008:15) yang berjudul Penilaian dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra yang terdiri dari pembobotan masing-masing unsur, yaitu:
Teknik analisis data dilakukan secara
kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif yaitu kemampuan menulis puisi yang dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu suatu metode penelitian
yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa,
aktivitas siswa selama pembelajaran serta keterampilan guru dalam pembelajaran.
Analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan
belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada setiap
siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi atau tes akhir siklus berupa
soal tes tertulis menulis kreatif puisi.
Teknik
analisis data yang digunakan menggunkan rumus :
a.
Penghitungan
nilai kemampuan menulis puisi :
Skor
Perolehan X
100 =
Skor Maksimal (50)
b.
Data ketuntasan
belajar dianalisa dengan rumus:
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut :
P = ∑ siswa yang tuntas
belajar X 100%
∑ siswa
Keterangan :
P = Persentase
∑ = Jumlah
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan berdasarkan kriteria
ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu,
tuntas dan tidak tuntas dengan kriteria
sebagai berikut:
Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan
|
Kualifikasi
|
|
Individu
|
Klasikal
|
|
≥ 75
|
≥ 85%
|
Tuntas
|
≤ 75
|
≤ 85%
|
Tidak Tuntas
|
(KKM SMP Negeri 266 Jakarta Mata
Pelajaran Bahasa IndoensiaTahun Ajaran 2014/2015)
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria
penilaian kualitatif yang dikelompokkan
dalam empat kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang sebagai
berikut:
Tabel Kriteria Tingkat Keberhasilan
Belajar Siswa (%)
Pencapaian Tujuan
Pembelajaran
|
Kualitatif
|
Tingkat Keberhasilan
Pembelajaran
|
85 – 100 %
|
Sangat Baik (SB)
|
Berhasil
|
65 - 84 %
|
Baik (B)
|
Berhasil
|
55 – 64 %
|
Cukup (C)
|
Tidak Berhasil
|
0 – 54 %
|
Kurang (C)
|
Tidak Berhasil
|
(Aqib,2009:161)
Hasil belajar siswa yang diperoleh nantinya akan dikonversikan
dalam bentuk persen (%) dan
dikelompokkan dalam empat kategori. Apabila mencapai kriteria 85-100% pembelajaran masuk dalam
kategori sangat baik dan ini berarti
pembelajaran sudah berhasil. Pada kriteria 65-84% pembelajaran masuk
dalamkategori baik dan pembelajaran juga dikatakan sudah berhasil. Sedangkan,
kriteria 55-64% masuk dalam kategori cukup dan pembelajaran tidak berhasil.
Pada kriteria 0-54% masuk dalam kategori kurang dan pembelajaran tidak
berhasil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tes
awal dapat diuraikan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi berkenaan dengan
keindahan alam, ternyata hanya 3 orang siswa yang mencapai ketuntasan minimal
75 atau 8% dari 36 siswa. Nilai terendah dari tes awal ini adalah 46 dan nilai
tertinggi 80. Rata-rata kelas untuk menulis puisi adalah 57.9, sehingga perlu
dilakukan sebuah tindakan untuk memperbaiki kemampuan menulis puisi siswa kelas
VII.D dengan metode dan perlakuan yang tepat sehingga didapatkan tujuan
pembelajaran menulis puisi.
Siswa belum
mampu menggunkan diksi atau pilihan kata yang tepat dalam menulis larik puisi
rata-rata perolehan pada aspek ini adalah 55 yang artinya masih jauh dari
kriteria ketuntasan minimal. Siswa juga masih belum mampu menyampaikan amanat
dalam puisi dengan baik, rata-rata dalam aspek ini adalah 56.1. Aspek pertama
yaitu mengembangkan tema siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 56.7. untuk
aspek keempat dan kelima yaitu persajakan dan gaya bahasa 61.9 dan 60. Untuk
itu dengan menggunkan metode example non examples yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan kelas ini diharapkan siswa meningkat kemampuan menulis
puisi berkenaan dengan keindahan alam.
Tabel
Interval data frekuensi tes awal
No
|
Frekuensi nilai
|
Jumlah
|
Prosentase
|
Kriteria
|
1
|
85 – 90
|
0
|
0%
|
Tuntas
|
2
|
75
- 84
|
5
|
14%
|
Tuntas
|
3
|
65
- 74
|
2
|
5.5%
|
Tidak tuntas
|
4
|
45 - 64
|
29
|
80.5
|
Tidak tuntas
|
Diagram
untuk tes awal
Berdasarkan pembahasan-pembahasan dari hasil menulis
puisi siswa pada siklus I, catatan peneliti, dan catatan kolaborator dapat
direfleksikan:
1. Nilai terendah siswa dalam menulis puisi pada siklus I
adalah 48 dari skor maksimal aspek menulis puisi, yaitu 100.
2. Sebanyak 24 siswa atau 67% siswa memiliki nilai menulis
puisi di bawah kriteria ketuntasan
minimal mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan kriteria ketuntasan maksimal yaitu 75.
3. Dilihat dari unsur-unsur intrinsik puisi yang harus
dikuasai, belum semua siswa dapat menulis puisi dengan sempurna. Masih ada skor
4 sebagai skor terendah untuk kemampuan mengembangkan tema, penggunaan diksi,
dan persajakan dalam menulis puisi dari skor sempurna 10.
Selain itu, ada jug skor 5 sebagai skor terendah untuk kemampuan menyampaikan
amanat dari rata-rata 62.5 dengan skor sempurna 10. Skor 5 sebagai skor
terendah dalam menggunakan gaya bahasa dari rata-rata 65 dengan skor sempurna
10.
4. Dari data kemampuan siswa membangun unsur-unsur intrinsik
dalam menulis puisi dapat disimpulkan bahwa kemampuan mereka masih jauh dari
apa yang diharapkan guru. Hal itu dapat dilihat dari masih adanyanya skor
terendah dari setiap aspek yang dinilai.
Dari gambaran kemampuan menulis puisi siswa dan skor
rata-rata kelas, maka kemampuan menulis puisi siswa kelas VII.D masih belum
memenuhi kriteria penilaian kemampuan menulis puisi yang diharapkan. Dengan
nilai terendah 48 dari rata-rata kelas 75, kemampuan menulis puisi pada siklus
I ini dianggap masih rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah
perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.
Guru harus merencanakan siklus selanjutnya agar kemampuan
menulis puisi siswa menghasilkan skor yang diharapkan. Masukan dari kolaborator
dapat menjadi acuan peneliti dalam menentukan apa yang harus dilakukan peneliti
pada siklus selanjutnya atau siklus II.
Tabel hasil
kemampuan menulis puisi Siklus I
No
|
Aspek
|
Keterangan
|
1
|
Jumlah siswa
|
36
|
2
|
Jumlah Nilai
|
2385
|
3
|
Nilai Tertinggi
|
84
|
4
|
Nilai Terendah
|
48
|
5
|
Rata-rata
|
66.25
|
6
|
Siswa yang tuntas
|
12 orang
|
7
|
Siswa yang tidak tuntas
|
24 orang
|
8
|
Persentase ketuntasan
|
33 %
|
9
|
Kategori
|
Tidak Tuntas
|
Diagram ketuntasan belajar siklus I
Tabel frekuensi dan prosentase hasil belajar siklus I
Nilai
|
Siklus I
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
|
48 – 54
|
12
|
33.3 %
|
55 – 61
|
9
|
25 %
|
62 – 68
|
2
|
5.5 %
|
69 – 75
|
0
|
0%
|
76 – 82
|
12
|
33 %
|
83 - 89
|
1
|
2.7%
|
Total
|
36
|
100%
|
Berikut
adalah data hasil kemampuan menulis puisi siswa berkenaan dengan keindahan alam
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel hasil
kemampuan menulis puisi siklus II
No
|
Aspek
|
Keterangan
|
1
|
Jumlah siswa
|
36
|
2
|
Jumlah Nilai
|
2758
|
3
|
Nilai Tertinggi
|
88
|
4
|
Nilai Terendah
|
52
|
5
|
Rata-rata
|
76.6
|
6
|
Siswa yang tuntas
|
31 orang
|
7
|
Siswa yang tidak tuntas
|
5
|
8
|
Persentase ketuntasan
|
86 %
|
9
|
Kategori
|
Tuntas
|
Tabel frekuensi dan prosentase hasil belajar siklus II
Nilai
|
Siklus I
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
|
48 – 54
|
1
|
2.7 %
|
55 – 61
|
2
|
5.5 %
|
62 – 68
|
2
|
5.5 %
|
69 – 75
|
0
|
0%
|
76 – 82
|
26
|
72.2 %
|
83 - 89
|
5
|
13.8%
|
Total
|
36
|
100%
|
Rekapituasi
data hasil kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam tes awal,
siklus I dan siklus II dijabarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel
rekapitulasi tes awal, siklus
I, dan siklus II
Keterangan
|
Tes awal
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Jumlah nilai
|
2086
|
2286
|
2762
|
Rata-rata
|
57.9
|
63.5
|
76.7
|
Nilai tertinggi
|
80
|
84
|
88
|
Nilai terendah
|
46
|
48
|
50
|
Siswa tuntas
|
3 orang
|
12 orang
|
31 orang
|
Siswa tidak tuntas
|
33 orang
|
24 orang
|
5 orang
|
Persentase ketuntasan
|
8 %
|
33 %
|
86 %
|
Tabel
di atas merupakan rekapitulasi data yang diperoleh siswa dalam menulis puisi
pada penelitian ini. Dimulai dari tes awal, siklus I, dan siklus II. Nilai tes
awal diambil saat pertama kali penelitian ini dilaksanakan. Jadi, saat itu
siswa belum mengalami perlakuan. Nilai siklus I diambil setelah siswa diberikan
perlakuan oleh guru. Adapun nilai siklus II diambil setelah siswa diberikan
perlakuan, namun nilai yang dihasilkan pada siklus I masih belum memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh guru sebagai peneliti.
Pada
tes awal, nilai terendah siswa adalah 46 yang diperoleh 1 orang siswa. Nilai
terendah pada siklus I adalah 48 yang diperoleh 1 orang siswa dan nilai
terendah yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 52 yang diperoleh 1 orang
siswa. Berarti nilai terendah pada siklus II ini telah memenuhi standar yang
ditetapkan. Selain nilai terendah. tentunya ada nilai tertinggi. Pada tes awal,
nilai tertinggi adalah yang diperoleh 1
orang siswa. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 84 dan nilai tertinggi pada
siklus II adalah 88.
Ketika
perlakuan berjalan, siswa
mengalami peningkatan dan penurunan pada nilai yang diperolehnya.
Hal ini terlihat setelah peneliti membandingkan nilai siswa dari tes awal,
siklus I, dan siklus II. Pada siklus 1, sebanyak 3 siswa atau 8,82% siswa mengalami
penurunan nilai. Adapun pada siklus II,
hanya ada 1
siswa atau 2,94%
siswa yang mengalami penurunan
nilai. Selain ilu, siswa mengalami peningkalan nilai. Pada siklus I, sebanyak
30 siswa atau
88,23% siswa mengalami peningkatan nilai dan pada siklus
II, sebanyak 31 siswa atau 91,17% siswa mengalami peningkatan nilai.
Selain
dua hal di atas, ternyata ada beberapa siswa yang tidak mengalami perubahan
nilai. Maksudnya, siswa tidak mengalami penurunan ataupun peningkatan pada nilai
yang diperolehnya. Pada siklus I, terdapat 1 siswa atau 2,94% siswa yang
memiliki nilai tetap dan pada siklus II, terdapat 2 siswa atau 5,88% siswa yang
memiliki nilai tetap.
Tabel frekuensi hasil belajaran siklus I
dan siklus II
Nilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
48 – 54
|
12
|
33.3 %
|
1
|
2.7 %
|
54 – 61
|
9
|
25 %
|
2
|
5.5 %
|
62 – 68
|
2
|
5.5 %
|
2
|
5.5 %
|
69 – 75
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
76 – 82
|
12
|
33 %
|
26
|
72.2 %
|
83 – 89
|
1
|
2.7%
|
5
|
13.8%
|
Total
|
36
|
100%
|
36
|
100%
|
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ada kenaikan
frekuensi dan prosentase pada siklus I dan siklus II. Pada siklus II sudah tidak ada siswa yang
mendapat nilai 41 – 50. Prosentase kenaikan pada siklus II terlihat pada siswa
yang mendapat nilai 71 – 80 pada siklus I ada 9 siswa dan pada siklus ii ada 22
siswa. Metode example non example dapat digunakan untuk mengajarkan pelajaran
menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam.
Tabel hasil rerata,
ketuntasan, nilai terendah, dan nilai tertinggi
Siklus
|
Rerata
|
Ketuntasan
|
Nilai
terendah
|
Nilai
tertinggi
|
I
|
63.5
|
12
|
48
|
84
|
II
|
76.7
|
31
|
52
|
88
|
Gambar
4.6 Diagram prosentase nilai siklus I dan siklus II
SIMPULAN DAN
SARAN
Dari
hasil penelitian mengenai peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia melalui
model example non examples
pada siswa kelas VII D, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: adanya
peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II. Pada siklus I
diperoleh nilai rata-rata 66.25 dengan persentase ketuntasan mencapai 33% atau
12 siswa tuntas belajar, siklus II diperoleh nilai rata-rata 76.7 dengan
persentase ketuntasan mencapai 86% atau 31 siswa tuntas belajar, dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) mendapatkan nilai ≥ 75.
Saran yang dapat diberikan untuk guru Sebelum
memulai pembelajaran guru perlu mempersiapkan sarana dan prasarana yang
mendukung pembelajaran agar dapat berlangsung optimal. Saat melaksanakan
pembelajaran guru juga harus dapat menciptakam suasana belajar yang
menyenangkan dan kondusif agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran. Dan juga, guru dapat melaksanakan penelitian lanjutan dari
penelitian ini dengan aspek/materi lain, untuk mengembangkan pembelajaran
bahasa Indonesia sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Saran untuk siswa kesulitan penguasaan kelas
dalam pembelajaran menggunakan metode example non example disebabkan
karena siswa belum terbiasa dalam melakukan kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga kegiatan diskusi
kelompok tidak dapat berjalan optimal dan motivasi siswa dalam melakukan
diskusi juga masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan untuk
mempersiapkan lembar kerja kelompok yang sistematis sehingga pembagian tugas
dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok jelas, memberikan motivasi
pada awal pembelajaran, diskusi kelompok dan saat presentasi kelompok, dan juga
dalam pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model Example non examples
selalu dibuat dengan variasi semenarik mungkin agar siswa merasa senang dalam
mengikuti pembelajaran yang berlangsung
Daftar pustaka
Atmowiloto, Arswendo. (2009). Mengarang Itu Gampang.
Jakarta: PT Gramedia.
Depdikdas. (2007). Kamus Bahasa Besar Indanesia. Jakarta:
Balai Pustaka Pustaka Utama.
Irawan, Yudi. (2010). Menjadi Penulis Hebat. Jakarta; Multi
Kreasi Satudelapan
Jingga,GM. (2012). Yuk Menulis
Yuuuk. Yogyakarta: Araska
Endraswara, Suwandi. (2013). Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra.
Yogyakarta: Kota Kembang.
Kartanegara, M. (2015). Seni
Mengukir Kata: Kiat-Kiat Menulis Efektif Kreatif. Bandung: Mizan Learning
Center (MLC).
Lie, A. (2012). Cooeratif
Learning. Jakarta: Grasindo.
Marahimin, Ismail. (2015). Menulis secara
popular. Jakarta: pustaka Jaya
Mirriam,
C. dan Golberg. (2006). Daripada Bete, Nulis Aja!: Panduan Nulis Asyik di
mana Saja, Kapan Saja, Jadi Penulis bekenpun Bisa! Diterjemahkan Lusy
Widjaja. Bandung: Kaifa.
Musthapa. B. Biarkan Anak-Anak Bermain. Englishiana
Journal. Edisi Februari 2008.
Nurgiyantoro, B. (2011). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Sukardi, Edy. (2012). Pembelajaran menulis. Jakarta: Uhamka
Press.
Syaiful, Aswan. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Teeuw. A. (2001). Membaca
dan Menilai Sastra: Kumpulan Karangan. Jakarta: Gramedia
Biodata Penulis
Nama :
Hj.Seni Asiati, M.Pd
NIP :
196903101995122003
Pangkat/Gol : Pembina/IV A
Tempat/Tgl Lahir : Cipans, 10 Maret 1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Jabata : Guru
Riwayat Pendidikan : S1 FPBS Bahasa Indonesia tamat tahun
1994
S2 Pendidikan Bahasa Indonesia tamat tahun
2013
Pengalaman sebagai Mitra Bestari : JLMP LPMP DKI tahun 2016
Instansi tempat tugas : SMPN 266 Jakarta
Alamat Instansi : Jalan Cilincing Bhakti VI/
No.29 Jakarta Utara
Alamat rumah : Jalan Karang Kendal Rt 01.08 No.109
Rorotan Cilincing Jakarta Utara
HandPhone : 081806867897/ 081399119669
Email : seniasiati@gmail.com
Jakarta,
10 Februari 2017
Penulis,
HJ.Seni
Asiati, M.Pd