Sunday, February 19, 2017

JURNAL ILMIAH BAHASA INDONESIA


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
DENGAN METODE EXAMPLE NON EXAMPLES

SENI ASIATI

SMP Negeri 266 Jakarta
                                                                          

Abstract This classroom action research, entitled "Efforts to Improve Learning Outcomes Indonesian with non Examples Example Methods in Class VII D SMP Negeri 266 North Jakarta.". The issues are the focus of study in this research is; Is non Examples Example methods to improve learning outcomes Indonesian Seventh Grade Students of SMP Negeri 266 D Jakarta.
Based on the formulation of the problem that has been prepared, then the purpose of this research is to improve the skills of writing poetry with regard to the natural beauty of the seventh grade students of SMP Negeri 266 D North Jakarta.
This research was conducted mealaui classroom action research procedure includes four stages, namely; 1. Planning (planning), 2. Implementation (action), 3. Observation (observation), and 3. Reflection (Reflection). The study was conducted in two cycles each cycle was conducted in three sessions.
From the analysis of the data, the conclusions obtained from this research is to increase the ability of students to write poetry that can be seen from the increasing student learning outcomes. It can be seen from the evidence of quantitative and qualitative evidence. Quantitative evidence: In the first cycle of students who reach KKM value of 12 students (33%), the value of children younger than KKM 24 children (32.7%). The average value of the first cycle is 66.25.
In the second cycle, the value of students who achieve KKM 32 children (89%), student scores less than KKM 4 students (11%). An increase 56% in the second cycle. Qualitative evidence shows: (1) the student is doing the learning beminat (2) students are more daring expression (3) the learning environment more natural and fun. Observation of students performed at each meeting and in every cycle.
Evidence shows that the use of non Examples Example methods can improve creative writing poetry with respect to natural beauty.

Keywords: Learning Outcomes Indonesian, non Example Example Method, Class Action Research, Writing Poetry

Abstrak  Penelitian tindakan kelas ini berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Metode Example non Examples”. Adapun masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah; Apakah Metode Example non Examples dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam.Penelitian ini dilakukan melalui prosedur penelitian tindakan kelas yang meliputi empat tahapan yaitu; 1. Perencanaan (planning), 2. Pelaksanaan (action), 3. Observasi (observation), dan 3. Refleksi (reflection). Penelitian dilakukan dalam dua siklus setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
Dari hasil analisis data, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menulis puisi yang dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari bukti kuantitatif dan bukti kualitatif. Bukti Kuantitatif: Pada siklus pertama nilai siswa yang mencapai KKM 12 siswa (33%), nilai anak yang kurang dari KKM 24 anak (32.7 %).  Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 66.25.
Pada siklus kedua, nilai siswa yang mencapai KKM 32 anak (89 %), nilai siswa yang kurang dari KKM 4 siswa (11 %). Terjadi peningkatan 56% pada siklus kedua. Bukti kualitatif menunjukkan: (1) siswa lebih beminat menjalani pembelajaran (2) siswa lebih berani berekspresi (3) suasana belajar lebih alami dan menyenangkan. Observasi terhadap siswa dilakukan disetiap pertemuan dan disetiap siklus. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa penggunaan Metode Example non Examples  dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.

Kata kunci: Hasil Belajar, Bahasa Indonesia, Example non Example,  Menulis, Puisi


Pendahuluan

Kurikulum 2006 (KTSP) menuntut agar guru mengenal secara intens kecakapan, kompetensi, kekurangan, tingkah laku,bakat, dan latar belakang dari siswa didik. Guru dituntut kompetens pula mengimplementasikan materi-materi pembelajaran ke dalam dunia nyata. Idealnya, seorang guru mampu memosisikan dirinya sebagai fasilitator, motivator, kreator atau informan. Bukan sekedar “The banking concept of education.”Sebagai fasilitator, diharapkan guru berkemampuan mentransfer ilmu pengetahuan secara optimal pada subjek didik. Sebagai motivator, guru hendaknya mampu memotivasi para siswa dengan memberi stimulasi positif yang akhirnya dapat membawa suatu perubahan kompetensi dan perilaku signifikan pada subek didik. Sebagai kreator, diharap peningkatan kompetensi menulis puisi dengan berbagai metode pembelajarn yang merangsang siswa.
Guru diharapkan mampu berkreativitas setiap waktu dan suasana berbeda. Sebagai informan, seyogianya guru berkompetens menginformasikan ilmu pengetahuan yang bersifat kekinian sehingga subjek didik tertantang untuk beraktivitas, berkreativitas,berinovasi dalam menimba pengetahuan dan mampu mengaplikasikan ke dalam sikap, sifat, tindakan, serta perbuatan nyata.Demikian dengan subjek didik. Mereka dituntut untuk lebih proaktif di dalam proses pembelajaran. Siswa dikondisikan aktif untuk“menjemput bola, bukanlah menunggu mendapatkanbola.” Siswa suka rela, mau serta mampu mengekspresikan aktivitas, kreativitas dan inovasiyang dimiliki secara optimal. Guru hendaknya lebih peka di dalam memilah milih metode pembelajaran serta mengaplikasikan. Aplikasi metode yang efektif dan relatif inovatif akan memotivasi serta merespons siswa mengarah ke tujuan seperti yang telah rencanakan.
Dalam era global, teknologi dan ilmu pengetahuan telah menyentuh segala aspek pendidikan sehingga informasi lebih mudah di peroleh, hendaknya menjadikan anak lebih aktif berpartisipasi sehingga melibat kan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar. Keaktifan di sini berarti fisik secara aktif dan tidak terfokus pada suatu sumber informasi yaitu guru.
Keberhasilan tujuan pendidikan terutama di tentukan oleh proses belajar mengajar yang di alami oleh siswa. Sisiwa yang belajar akan mengalami perubahan baik pengetahuan, pemahaman, penalaran, keterampilan, nilai dan sikap. Agar perubahan tersebut dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan berbagai faktor untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan yaitu mengefektifan pemahaman dari konsep.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran.
Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik. Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
Perlu adanya keseimbangan atau antara peran siswa sebagai subjek didik, guru sebagai fasilitator, dan maksimalisasimedia ajar, serta pemilihan metode yang efektif didalam pembelajaran. Bahkan harmonisasi danoptimalisasi sangat dibutuhkan sesuai tujuan yangtelah direncanakan. Untuk mencapai tujuan itu,diperlukan keseimbangan antara teori dan praktikdalam pembelajaran. “Teori tanpa praktik nonsense sedang praktik tanpa teori adalah ngawur.”  Kontek ini berimbas pula pada proses pembelajaran menulis,khususnya puisi.
Pada umumnya, proses pembelajaran menulis puisi cenderung bersifat teori dan mengesampingkan bentuk-bentuk praktisnya. Beberapa jalan yang dapat ditempuh untuk konteks tersebut, (Suharianto,2009:7) memberi beberapa kriteria: (a) Membuka diri terhadap kehidupan dan belajar memahami nilai-nilai atau hikmah untuk dipetik manfaatnya; (b) Memperbanyak pengetahuan dengan jalan intensif membaca buku-buku dari berbagai ilmu; (c) Memperluas ilmu jiwa yang menitikberatkan wawasan tentang manusia; serta (d) Mempelajari puisi agar pengetahuan tentang puisi lebih bermakna. Pemahaman seperti tersebut terasa sulit untuk diimplementasikan pada siswa tingkat pendidikan menengah pertama di kelasVII khususnya siswa kelas VII.D SMP Negeri 266 Jakarta Utara. Supaya ‘minimal’ tujuan dari proses pembelajaran yang telah direncanakan dapat‘tercapai’, sikap, kemampuan dan kemauan guru sebagai profesional sangat diperlukan. Terutama didalam memotivasi dan menstimulasi belajar siswa didik, pun meningkatkan kreativitas, aktivitas dan inovasi mereka.Ketepatan pemililihan metode pembelajaran, maksimalisasi media kekinian, estetis,serta rekreatif menjadi peran vital keberhasilan untuk mencapai tujuan seperti yang telah diasakan.
Berdasarkan hasil latihan menulis siswa, wawancara terhadap guru, dan angket yang diisi oleh siswa, kompetensi menulis kreatif puisi. Lebih 87% siswa kelas VII.D SMP Negeri 266 Jakarta Utara belum terampil menulis puisi atau hasil yang diharapkan masih jauh dari yang diharapkan guru.  Kendala yang dialami para siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa kurang mendapatkan berlatih dalam menulis puisi, (2) siswa tidak tertarik menuangkan gagasan dan perasaannya dalam bentuk puisi, (3) siswa mengalami kesulitan dalam hal pemilihan kata, (4) menggunakan majas, (5) guru kesulitan dalam membangkitkan minat belajar siswa, (6) guru belum mengoptimalkan media dan metode yang tepat dalam pembelajaran.
Dengan kenyataan di atas, peneliti memandang perlunya dilakukan perbaikan terhadap pembelajaran menulis puisi agar siswa dapat menuangkan gagasan, keinginan, cita-cita, dan harapan dalam bentuk puisi dengan memperhatikan aspek-aspek keindahan puisi. Untuk itu guru perlu menggunakan metode yang lebih variatif dan inovatif. Penggunaan model examples non examples marupakan suatu alternatif sebagai bentuk meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa sehingga hasil belajar bahasa Indoensia khususnya kompetensi dasar menulis puisi dapat tercapai maksimal. Dalam hal ini untuk untuk memecahkan masalah tersebut di tawarkan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran examples non examples.
Berdasarkan latar belakang  dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: Apakah metode example non examples dapat meningkatkan keterampilan  menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam.
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk siswa: 1) Meningkatkan keterampilan  menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam, 2) Meningkatkan minat siswa dalam menulis  puisi berkenaan dengan keindahan alam. Untuk guru : 1) Meningkatkan profesionalisme  guru  dalam  proses pembelajaran, 2) Mencapai kompetensi dasar mata pelajaran yang diharapkan, dan 3) Mampu mengembangkan kreativitas menulis sastra terutama puisi pada siswa.
Menurut Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad (2008:12), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh kegiatan belajar. Dalam pembelajaran guru menetapkan tujuan belajar, siswa yang berhasil belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan permbelajaran.
Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah:
“Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.”

Model examples non examples merupakan salah satu pendekatan Group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan  lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu.(Muslimin Ibrahin, 2000 : 3)
Pembelajaran examples non examples adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru  membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.
Selanjutnya Slavin dan Chotimah (2007 : 1) dijelaskan bahwa examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.
Menulis adalah kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan dengan medium bahasa yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi keduanya deni tercapainya suatu tujuan. Atar Semi (1990:13-14) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses. Dari proses tersebut, menulis juga melibatkan berbagai keterampilan menyusun pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk susunan yang tepat.
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan berbahasa yang paling akhir dikuasai siswa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, menulis lebih sulit dikuasai (Nurgiantoro, 2008:294). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; atau gubahan dalam bahasa yg bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Nur’aini (2008:39) menyimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang menggunakan kata-kata indah, singkat, padat, dan kaya makna  Singkat karena diungkapkan tidak panjang lebar seperti prosa. Padat, maksudnya puisi digarap dengan pilihan kata yang mengandung kekuatan rasa dan makna. Yakni dengan memilih kata yang mempunyai majas, lambang, rima, sajak dan ungkapan yang menarik. Jadi, puisi berbeda dengan bahasa keseharian.
Menulis ialah melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat memahami lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 2008:22).
Pembelajaran menulis puisi adalah bagian dari pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra merupakan proses antara guru dan siswa, yang menjadikan proses pengenalan, pemahaman dan penghayatan. Pada akhirnya dalam menulis karya sastra akan mampu menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sastra khususnya puisi dalam kegiatan belajar belum diupayakan secara maksimal, karena sebenarnya pembelajaran puisi merupakan kegiatan karya seni yang memerlukan kemampuan khusus. Namun pembelajaran puisi dengan memperhatikan unsur-unsur intrinsik pembangun puisi sering mengalami kendala.Kendala tersebut antara lain : 1) kemapuan kosakata siswa yang masih minim, 2) kurang media yang membantu siswa dalam menulis puisi 3) minimnya contoh puisi yang benar. Guru bahasa Indonesia sendiri belum tentu memiliki kemampuan menulis puisi yang baik dan benar. Minimnya contoh puisi dengan kosakta yang tepat membuat siswa tidak memiliki acuan atau gambaran tentang menulis puisi yang tepat. Kendala-kendala di atas menyebabkan siswa belum dapat menulis puisi dengan baik sesuai kompetensi dasar yang ditentukan.
Herman J. Waluyo ( 2003:1) mengatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias.
Pendapat lain mengenai pengertian puisi disampaikan oleh Pradopo (2002:7), yang menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Sementara itu, unsur-unsur estetika puisi dapat diketahui melalui unsur-unsur estetika (keindahan), misalnya gaya bahasa dan komposisinya. Puisi sebagai karya sastra, memiliki fungsi estetika dominan dan di dalamnya terdapat unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisan.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 266 Jakarta Utara yang beralamat di Jalan Cilincing Bhakti VI No. 29 Cilincing Jakarta Utara.  Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2016/2017 pada bulan Januari 2017 s.d April 2017 atau di semester genap.  Subjek penelitian adalah siswa kelas VII. D yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki –laki dan 20 siswa perempuan. Mata pelajaran yang menjadi sasaran penelitian adalah mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya  pada materi menulis cerpen.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang mempunyai definisi sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas (Boeriswati, 2006:4). Penelitian ini merupakan sebuah action research class (penelitian tindakan kelas) untuk memberikan altematif lain dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, khususnya pembelajaran menulis puisi, sekaligus meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Adapun desani penelitian yang digunakan terdiri dari empat tahap, yairu mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Penelitian ini  direncanakan dua siklus masing-masing siklus tiga kali pertemuan. Indikator keberhasilan 90% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yaitu, siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan selama tiga pertemuan. Setiap siklus dilakukan beberapa tahapan, yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, (d) refleksi.
           Instrumen penelitian ini berupa tes kreatif menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam. Saat pemberian pretest peneliti meminta siswa menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam. Setiap siswa menulis puisi dengan tema alam Indonesia. Siswa dibebaskan untuk menulis puisi sesuai dengan imajinasi mereka. Tes ini dilakukan ketika memulai penelitian siklus I untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis puisi.
            Selain pretest peneliti juga memberikan post test sebagai penentu meningkat atau tidaknya kemampuan kreatif menulis puisi siswa di akhir siklus. Pada siklus pertama peneliti meminta siswa menulis puisi dengan tema keindahan alam Indonesia dengan menggunakan media gambar melalui tayangan slide power point. Pada siklus kedua peneliti meminta siswa menulis puisi dengan tema keindahan alam Indonesia menggunakan media gambar melalui tayangan slide dan beberapa contoh puisi yang dibuat bersama-sama. Hasil pekerjaan siswa dinilai berdasarkan tabel penilaian menulis puisi.
            Untuk melakukan penilaian dalam menulis kreatif puisi, peneliti menggunakan tabel penilaian. Model penilaian keterampilan menulis puisi siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penilaian aspek menulis dalam buku karangan Burhan Nurgiantoro (2008:15) yang berjudul Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra yang terdiri dari pembobotan masing-masing unsur, yaitu:
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif  yaitu kemampuan menulis puisi yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa, aktivitas siswa selama pembelajaran serta keterampilan guru dalam pembelajaran.
Analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada setiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi atau tes akhir siklus berupa soal tes tertulis menulis kreatif puisi.
Teknik analisis data yang digunakan menggunkan rumus :
a.    Penghitungan nilai  kemampuan menulis puisi :
Skor Perolehan          X  100        =
 Skor Maksimal (50)


b.    Data ketuntasan belajar dianalisa dengan rumus:
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :
P =  ∑ siswa yang tuntas belajar X  100%
           ∑  siswa

Keterangan :
P         =  Persentase
∑         = Jumlah
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu, tuntas  dan tidak tuntas dengan kriteria sebagai berikut: 
      Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan
Kualifikasi
Individu
Klasikal

≥ 75
≥ 85%
Tuntas
≤ 75
≤ 85%
Tidak Tuntas
           (KKM SMP Negeri 266 Jakarta Mata Pelajaran Bahasa IndoensiaTahun Ajaran 2014/2015) 

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria penilaian  kualitatif yang dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang sebagai berikut:






Tabel Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa (%)

Pencapaian Tujuan Pembelajaran
Kualitatif
Tingkat Keberhasilan Pembelajaran
85 – 100 %
Sangat Baik (SB)
Berhasil
65 -  84 %
Baik (B)
Berhasil
55 – 64 %
Cukup (C)
Tidak Berhasil
0 – 54 %
Kurang (C)
Tidak Berhasil
(Aqib,2009:161)

Hasil belajar siswa yang diperoleh nantinya akan dikonversikan dalam  bentuk persen (%) dan dikelompokkan dalam empat kategori. Apabila mencapai  kriteria 85-100% pembelajaran masuk dalam kategori sangat baik dan ini berarti  pembelajaran sudah berhasil. Pada kriteria 65-84% pembelajaran masuk dalamkategori baik dan pembelajaran juga dikatakan sudah berhasil. Sedangkan, kriteria 55-64% masuk dalam kategori cukup dan pembelajaran tidak berhasil. Pada kriteria 0-54% masuk dalam kategori kurang dan pembelajaran tidak berhasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tes awal dapat diuraikan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam, ternyata hanya 3 orang siswa yang mencapai ketuntasan minimal 75 atau 8% dari 36 siswa. Nilai terendah dari tes awal ini adalah 46 dan nilai tertinggi 80. Rata-rata kelas untuk menulis puisi adalah 57.9, sehingga perlu dilakukan sebuah tindakan untuk memperbaiki kemampuan menulis puisi siswa kelas VII.D dengan metode dan perlakuan yang tepat sehingga didapatkan tujuan pembelajaran menulis puisi.
Siswa belum mampu menggunkan diksi atau pilihan kata yang tepat dalam menulis larik puisi rata-rata perolehan pada aspek ini adalah 55 yang artinya masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal. Siswa juga masih belum mampu menyampaikan amanat dalam puisi dengan baik, rata-rata dalam aspek ini adalah 56.1. Aspek pertama yaitu mengembangkan tema siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 56.7. untuk aspek keempat dan kelima yaitu persajakan dan gaya bahasa 61.9 dan 60. Untuk itu dengan menggunkan metode example non examples yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan siswa meningkat kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam.
Tabel Interval data frekuensi tes awal
No
Frekuensi nilai
Jumlah
Prosentase
Kriteria
1
85 – 90
0
0%
Tuntas
2
75  - 84
5
14%
Tuntas
3
65  - 74
2
5.5%
Tidak tuntas
4
45 -  64
29
80.5
Tidak tuntas









Diagram untuk tes awal
Berdasarkan pembahasan-pembahasan dari hasil menulis puisi siswa pada siklus I, catatan peneliti, dan catatan kolaborator dapat direfleksikan:
1.    Nilai terendah siswa dalam menulis puisi pada siklus I adalah 48 dari skor  maksimal aspek menulis puisi, yaitu 100.
2.    Sebanyak 24 siswa atau 67% siswa memiliki nilai menulis puisi di bawah kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan kriteria ketuntasan maksimal yaitu 75.
3.    Dilihat dari unsur-unsur intrinsik puisi yang harus dikuasai, belum semua siswa dapat menulis puisi dengan sempurna. Masih ada skor 4 sebagai skor terendah untuk kemampuan mengembangkan tema, penggunaan diksi, dan persajakan dalam menulis puisi dari skor sempurna 10. Selain itu, ada jug skor 5 sebagai skor terendah untuk kemampuan menyampaikan amanat dari rata-rata 62.5 dengan skor sempurna 10. Skor 5 sebagai skor terendah dalam menggunakan gaya bahasa dari rata-rata 65 dengan skor sempurna 10.
4.    Dari data kemampuan siswa membangun unsur-unsur intrinsik dalam menulis puisi dapat disimpulkan bahwa kemampuan mereka masih jauh dari apa yang diharapkan guru. Hal itu dapat dilihat dari masih adanyanya skor terendah dari setiap aspek yang dinilai.
Dari gambaran kemampuan menulis puisi siswa dan skor rata-rata kelas, maka kemampuan menulis puisi siswa kelas VII.D masih belum memenuhi kriteria penilaian kemampuan menulis puisi yang diharapkan. Dengan nilai terendah 48 dari rata-rata kelas 75, kemampuan menulis puisi pada siklus I ini dianggap masih rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.
Guru harus merencanakan siklus selanjutnya agar kemampuan menulis puisi siswa menghasilkan skor yang diharapkan. Masukan dari kolaborator dapat menjadi acuan peneliti dalam menentukan apa yang harus dilakukan peneliti pada siklus selanjutnya atau siklus II.
Tabel hasil kemampuan menulis puisi Siklus I
No
Aspek
Keterangan
1
Jumlah siswa
36
2
Jumlah Nilai
2385
3
Nilai Tertinggi
84
4
Nilai Terendah
48
5
Rata-rata
66.25
6
Siswa yang tuntas
12 orang
7
Siswa yang tidak tuntas
24 orang
8
Persentase ketuntasan
33 %
9
Kategori
Tidak Tuntas

Diagram ketuntasan belajar siklus I

Tabel frekuensi dan prosentase hasil belajar siklus I
Nilai
Siklus I
Frekuensi
Prosentase
48 – 54
12
33.3 %
55 – 61
9
25 %
62 – 68
2
5.5 %
69 – 75
0
0%
76 – 82
12
33 %
83 - 89
1
2.7%
Total
36
100%


Berikut adalah data hasil kemampuan menulis puisi siswa berkenaan dengan keindahan alam dapat dilihat dalam tabel berikut.
                 Tabel hasil kemampuan menulis puisi siklus II
No
Aspek
Keterangan
1
Jumlah siswa
36
2
Jumlah Nilai
2758
3
Nilai Tertinggi
88
4
Nilai Terendah
52
5
Rata-rata
76.6
6
Siswa yang tuntas
31 orang
7
Siswa yang tidak tuntas
5
8
Persentase ketuntasan
86 %
9
Kategori
Tuntas

Tabel frekuensi dan prosentase hasil belajar siklus II
Nilai
Siklus I
Frekuensi
Prosentase
48 – 54
1
2.7 %
55 – 61
2
5.5 %
62 – 68
2
5.5 %
69 – 75
0
0%
76 – 82
26
72.2 %
83 - 89
5
13.8%
Total
36
100%

Rekapituasi data hasil kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam tes awal, siklus I dan siklus II dijabarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel rekapitulasi tes awal, siklus I, dan siklus II
Keterangan
Tes awal
Siklus I
Siklus II
Jumlah nilai
2086
2286
2762
Rata-rata
57.9
63.5
76.7
Nilai tertinggi
80
84
88
Nilai terendah
46
48
50
Siswa tuntas
3 orang
12 orang
31 orang
Siswa tidak tuntas
33 orang
24 orang
5 orang
Persentase ketuntasan
8 %
33 %
86 %

Tabel di atas merupakan rekapitulasi data yang diperoleh siswa dalam menulis puisi pada penelitian ini. Dimulai dari tes awal, siklus I, dan siklus II. Nilai tes awal diambil saat pertama kali penelitian ini dilaksanakan. Jadi, saat itu siswa belum mengalami perlakuan. Nilai siklus I diambil setelah siswa diberikan perlakuan oleh guru. Adapun nilai siklus II diambil setelah siswa diberikan perlakuan, namun nilai yang dihasilkan pada siklus I masih belum memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh guru sebagai peneliti.
Pada tes awal, nilai terendah siswa adalah 46 yang diperoleh 1 orang siswa. Nilai terendah pada siklus I adalah 48 yang diperoleh 1 orang siswa dan nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 52 yang diperoleh 1 orang siswa. Berarti nilai terendah pada siklus II ini telah memenuhi standar yang ditetapkan. Selain nilai terendah. tentunya ada nilai tertinggi. Pada tes awal, nilai tertinggi adalah  yang diperoleh 1 orang siswa. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 84 dan nilai tertinggi pada siklus II adalah 88.
Ketika perlakuan  berjalan,  siswa  mengalami  peningkatan  dan penurunan pada nilai yang diperolehnya. Hal ini terlihat setelah peneliti membandingkan nilai siswa dari tes awal, siklus I, dan siklus II. Pada siklus 1, sebanyak 3 siswa atau 8,82% siswa mengalami penurunan nilai. Adapun pada  siklus   II,   hanya  ada   1   siswa  atau  2,94%  siswa  yang mengalami penurunan nilai. Selain ilu, siswa mengalami peningkalan nilai. Pada siklus I,   sebanyak   30   siswa   atau   88,23%   siswa   mengalami peningkatan nilai dan pada siklus II, sebanyak 31 siswa atau 91,17% siswa mengalami peningkatan nilai.
Selain dua hal di atas, ternyata ada beberapa siswa yang tidak mengalami perubahan nilai. Maksudnya, siswa tidak mengalami penurunan ataupun peningkatan pada nilai yang diperolehnya. Pada siklus I, terdapat 1 siswa atau 2,94% siswa yang memiliki nilai tetap dan pada siklus II, terdapat 2 siswa atau 5,88% siswa yang memiliki nilai tetap.
Tabel  frekuensi hasil belajaran siklus I dan siklus II
Nilai
Siklus I
Siklus II

Frekuensi
Prosentase
Frekuensi
Prosentase
48 – 54
12
33.3 %
1
2.7 %
54 – 61
9
25 %
2
5.5 %
62 – 68
2
5.5 %
2
5.5 %
69 – 75
0
0%
0
0%
76 – 82
12
33 %
26
72.2 %
83 – 89
1
2.7%
5
13.8%
Total
36
100%
36
100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ada kenaikan frekuensi dan prosentase pada siklus I dan siklus II.  Pada siklus II sudah tidak ada siswa yang mendapat nilai 41 – 50. Prosentase kenaikan pada siklus II terlihat pada siswa yang mendapat nilai 71 – 80 pada siklus I ada 9 siswa dan pada siklus ii ada 22 siswa. Metode example non example dapat digunakan untuk mengajarkan pelajaran menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam.
Tabel hasil rerata, ketuntasan, nilai terendah, dan nilai tertinggi
Siklus
Rerata
Ketuntasan
Nilai terendah
Nilai tertinggi
I
63.5
12
48
84
II
76.7
31
52
88

Gambar 4.6 Diagram prosentase nilai siklus I dan siklus II
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian mengenai peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model example non examples pada siswa kelas VII D, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:  adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 66.25 dengan persentase ketuntasan mencapai 33% atau 12 siswa tuntas belajar, siklus II diperoleh nilai rata-rata 76.7 dengan persentase ketuntasan mencapai 86% atau 31 siswa tuntas belajar, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mendapatkan nilai ≥ 75. 
Saran yang dapat diberikan untuk guru Sebelum memulai pembelajaran guru perlu mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran agar dapat berlangsung optimal. Saat melaksanakan pembelajaran guru juga harus dapat menciptakam suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Dan juga, guru dapat melaksanakan penelitian lanjutan dari penelitian ini dengan aspek/materi lain, untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. 
Saran untuk siswa kesulitan penguasaan kelas dalam pembelajaran menggunakan metode example non example disebabkan karena siswa belum terbiasa dalam melakukan kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga kegiatan diskusi kelompok tidak dapat berjalan optimal dan motivasi siswa dalam melakukan diskusi juga masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan untuk mempersiapkan lembar kerja kelompok yang sistematis sehingga pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok jelas, memberikan motivasi pada awal pembelajaran, diskusi kelompok dan saat presentasi kelompok, dan juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model Example non examples selalu dibuat dengan variasi semenarik mungkin agar siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung

Daftar pustaka
Atmowiloto, Arswendo. (2009). Mengarang Itu Gampang. Jakarta: PT Gramedia.
Depdikdas. (2007). Kamus Bahasa Besar Indanesia. Jakarta: Balai Pustaka Pustaka Utama.
Irawan, Yudi. (2010). Menjadi Penulis Hebat. Jakarta; Multi Kreasi Satudelapan
Jingga,GM. (2012). Yuk Menulis Yuuuk. Yogyakarta: Araska
Endraswara, Suwandi. (2013). Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang.
Kartanegara, M. (2015). Seni Mengukir Kata: Kiat-Kiat Menulis Efektif Kreatif. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).
Lie, A. (2012). Cooeratif Learning. Jakarta: Grasindo.
Marahimin, Ismail. (2015). Menulis secara popular. Jakarta: pustaka Jaya
Mirriam, C. dan Golberg. (2006). Daripada Bete, Nulis Aja!: Panduan Nulis Asyik di mana Saja, Kapan Saja, Jadi Penulis bekenpun Bisa! Diterjemahkan Lusy Widjaja. Bandung: Kaifa.
Musthapa. B. Biarkan Anak-Anak Bermain. Englishiana Journal. Edisi Februari 2008.
Nurgiyantoro, B. (2011). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Sukardi, Edy. (2012). Pembelajaran menulis. Jakarta: Uhamka Press.
Syaiful, Aswan. (2010). Strategi Belajar  Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Teeuw. A. (2001). Membaca dan Menilai Sastra: Kumpulan Karangan. Jakarta: Gramedia

Biodata Penulis

Nama                         : Hj.Seni Asiati, M.Pd
NIP                             : 196903101995122003
Pangkat/Gol              : Pembina/IV A
Tempat/Tgl Lahir      : Cipans, 10 Maret 1969
Jenis Kelamin          : Perempuan
Status Perkawinan  : Menikah
Agama                       : Islam
Jabata                        : Guru
Riwayat Pendidikan            : S1 FPBS Bahasa Indonesia tamat tahun 1994
                                       S2 Pendidikan Bahasa Indonesia tamat tahun 2013
Pengalaman sebagai Mitra Bestari          : JLMP LPMP DKI tahun 2016
Instansi tempat tugas          : SMPN 266 Jakarta
Alamat Instansi                    : Jalan Cilincing Bhakti VI/ No.29 Jakarta Utara
Alamat rumah                       : Jalan Karang Kendal Rt 01.08 No.109
                                                  Rorotan Cilincing Jakarta Utara
HandPhone                          : 081806867897/ 081399119669
Email                                      : seniasiati@gmail.com


                                                                                    Jakarta, 10 Februari 2017
                                                                                    Penulis,
           


                                                                                    HJ.Seni Asiati, M.Pd

                                                

Back Home Pasien Covid

Good bye Wisma Atlet Hari ke-14 di Wisma Atlet "Menunggu Surat" Senin, 4 Januari 2021 Ini hari ke-14 di Wisma Atlet. Katanya kami ...