Monday, January 9, 2017

BATAM-SINGAPORE-MALAYSIA-THAILAND-TANJUNG BATU-TANJUNG PINANG-P,PENYENGAT

BATAM - SINGAPORE BACKPACKER


Sabtu, 24 Desember 2016

Harusnya berangkat pagi dengan pesawat Batik Air pukul 09.10. Ternyata pihak maskapai memundurkan penerbangan sore hari pukul17.15.wah kebayang harus lapor sana sini gara-gara ini.


Gembolan yang menemani perjalanan kami, dua koper besar dan tiga tas jinjing satu tas ransel. Beranak pinak nanti di kepulangan. Hehehehe


                                     Mejeng dulu di Bandara Soetha ada edisi khusus Natal.


Ceritaku ini mungkin sebuah kisah perjalanan ibu-ibu yang ber-Backepacker dengan bawaan koper besar dan rombongan keluarganya yang hampir setengah lusin. Alhamdulillah anakku Raynaldi diterima di kepolisian Ri. Puji syukur aku dan keluarga besar panjatkan atas perkenannya cita-cita anakku menjadi polisi seperti kakeknya tercapai. Namun, ada yang membuatku sedih. Anakku harus mengikuti pendidikan  di SPN Tanjung Batu Kepri. Lokasi tepatnya ada di Pulau Kundur Kepulauan Riau. Niat untuk menengok sudah lama terbersit dari hatiku. Aku ingin tahu tempat anakku ditempa menjadi prajurit.
Sabtu, 24 Desember 2016
Desember 2016 akhirnya libur tiba. Seharusnya tiket pesawat sudah kami beli untuk penerbangan tanggal 24 Desember 2016 pukul 09.00 WIB. Dua hari sebelum keberangkatan maskapai penerbangan menmundurkan jadwal menjadi pukul 17.15. terbayang janji bertemu dengan anakku di Batam mundur juga. Harusnya aku ambil saja penerbangan dengan maskapai pengganti yang disediakan dengan resiko pesawat lebih kecil. Pukul 18.30 pesawat mendarat di bandara Hang Nadim Batam. Aku berterima kasih dengan mantan siswaku Dewi Mulyawati yang sesuai dengan namanya sungguh “mulya” mau mengantar aku ke hotel.  Ada cerita tentang booking hotel ini, karena salah memilih booking online, jadilah hotel membatalkan pesananku. Kedatangan tidak sesuai jadwal cek in. Kondisisaat itu hari libur Natal dan hotel yang aku booking terletak di daerah yang ramai yaitu di Nagoya. Resiko dari pembtalan itu aku harus berkeliling di daerah Nagoya dan sekitar Batam mencari hotel yang sesuai dengan kocek. Rata-rata hotel penuh terutama yang berbintang dan hotel kelasmelati menaikkan harga yang lumayan untuk kelas hotel yang difasilitasi kipas angin. Hotel yang tadi tarif normal Rp 150 ribu naik menjadi Rp 300 ribu. Untungnya Dewi mengerti kesulitanku dengan bawaan yang banyak. Akhirnya Dewi dan suaminya menawarkan untuk bermalam di rumahnya. Sampai rumah Dewi sudah malam, kasihan pasangan suami istri itu harus rela terpangkas malamnya gara-gara mantan guru yang salah perhitungan. Maafkan Bunda yah Wi, terima aksih buat semuanya.
Rumah Dewi yang dengan keikhlasan terasa lapang dan nyenyak tidur.


Anakku Raynaldi akhirnya harus merasakan menginap di rumah bukan di hotel. Maafkan mama yah De. Harusnya abang Ray nginap di hotel. Liburan abang jadi berantakan.
Minggu, 25 Desember 2016
Dua malam dan tiga hari kami tinggal di rumah Dewi. Hari pertama atau tanggal 25 Desember Dewi mengajak berkeliling Batam. Kami mencarter mobil, karena mobil Dewi tidak muat untuk kami berlima. Destinasi Batam yang kami datangi adalah sebuah resort KTM. Resort ini menghadirkan pemandangan laut yang cantik dengan latar Pulau Sentosa di Singapura. Mampir shalat Dzhuhur di Masjid palin besar di Pulau Batam. Masjid Jabal Rahmah yang memiliki menara masjid seperti Monas yang bisa dicapai dengan lift.
Sorenya kami harus melapor ke polsek tempat anakku melapor lumayan jauh Polsek tempatnya melapor dan ini juga salah perhitungan. Hari sudah sore dan hujan pula, kesempatan berfoto di jembatan Balerang tidak mendapat view yang bagus. Hujan menggaburkan keinginan berlama-lama di jembatan Balerang.
Senin, 26 Desember 2016
Hari ketiga atau tanggal 26 Desember, pagi-pagi aku harus berpisah dengan anakku Raynaldi. Ia akan menuju Tanjung Batu sedangkan rombongan kami yang terdiri dari aku, anakku Natasha, adikku Budi, istri Budi Lina, dan keponakanku Ilham akan menyeberang menuju negeri tetangga Singapore. Kota Singapore menjadi destinasi pertama untuk kami jelajahi. Penyeberangan dilakukan di pelabuhan Sekupang Batam. Ongkos satu orang yang kami beli di pertokoan Nagoya Rp 310.000 untuk pulang pergi kalau membeli untuk pergi saja jadi mahal harganya sekitar Rp 220 ribu sekali jalan. Kapal yang kami naiki adalah Sindo Expres dengan keberangkatan 9.10. 
Kapal Feri yang membawa rombongan kami ke melintasi laut menuju Singapore

Memasuki kapal cek in keberangkatan dulu di konter Sindo, karena baru pertama kali jadilah masih harus tanya sana-sini periksa paspor dan cek bagasi. Nah, ini yang harusnya tidak kami lakukan untuk pelajaran kalau naik kapal jangan taruh koper di bagasi, jeda waktu untuk mengambil lumayan lama. Bawa saja koper yang kita bawa masuk ke kabin. Selanjutnya masuk ke ruang tunggu dan menunggu sampai waktu keberangkatan. Seperti di bandara semua bawaan yang kami bawa melalui pintu pemeriksaan maklum melintasi negara orang. Pemeriksaan pasport  di imigrasi Indonesiatidak ada kendala yang berarti hanya keponakanku ditanya kelengkapan karena masih di bawah umur, untungnya aku sudah mengantisipasi membuat surat kuasa bahwa keponakanku ini pergi bersamaku.

Kapal Sindo yang kami naiki lumayan bersih dengan AC yang super dingin. Waktu tempuh dari pelabuhan Sekupang hanya 45 menit sudah sampai di pelabuhan Harbour Front (ferry terminal Singapore) kami langsung menuju kearah pintu keluar. Pemeriksaan imigrasi yang memakan waktu hampir 2 jam. Antrean para pemegang paspor berbaris bak semut yang bergerombol. Benar sesuai perkiraan bapak Dewi, kalau pemeriksaan imigrasi benar-benar luar biasa lama. Libur akhir tahun dan banyak yang ingin berlibur di Singapore, selain itu banyak pekerja yang mengurus exit permit agar bisa bekerja lagi di Singapore dan Malaysia juga membuat antrean menjadi panjang.
menikmati kapal feri
                                     Welcome Singapore Budi dan Lina

Satu persatu dimulai dari keponakanku Ilham diperiksa paspor. Semua aman-aman saja, adikku Budi ditanya dimana akan menginap. Untungnya aku sudah booking hotel di daerah Kallang, hostel “Kallang River Backpacker”. Cek pemesanan dilakukan oleh petugas imigrasi Singapore. Keluar dari pemeriksaan kami harus melewati pemeriksaan bagasi kembali. Kali ini sungguh apes. Koper adikku Budi harus diperiksa di kantor Custom Singapore. Adikku membawa hampir satu slop rokok Indonesia yang memang dilarang oleh pemerintah Singapore. Padahal aku tahu membawa rokok dilarang dan aku lupa memberitahu adikku. Apalagi pemeriksaan di imigrasi Indonesia lolos, aku pikir aman-aman saja. Terbayang takutnya kami karena baru ini aku menghadapi persoalan seperti ini.
Aku dan istri adikku Lina menunggu di pintu keluar dengan perasaan was-was. Lina apalagi, sibuk bertanya sanksi apa yang akan dilakukan oleh pemerintah Singapore. Satu jam sudah berlalu dan adikku belum juga muncul. Akhirnya penantian kami usai ketika adikku dengan wajah cemberut dan muka lesu keluar dari ruangan custom. Adikku harus membayar denda karena membawa barang yang dilarang, bukan main-main denda yang dibebankan 118 Dollar Singapore atau setara dengan Rp 1.2 juta uang Indonesia. Perjalanan harus kami lanjutnya dengan perbincangan seputar denda adikku.
Dari pelabuhan kami membeli karcis MRT. Tadinya aku menyuruh anakku bertanya bagaimana membeli karcis. Malu bertanya sesat kemudian. Ilmu ini kami lakukan pula di Singapore. Setelah bertanya kesana kemari karena anakku salah bertanya tentang karcis MRT, akhirnya kami dapat membeli tiket khusus turis. Lupa kalau kami ini “Turis” hahahahaha. Satu orang harus membeli karcis yang harganrya $ 26 atau kalau rupiah perdollar Singapore Rp 9.300 maka harga tiket MRT Rp 241.800, tiket ini bisa kami gunakan sepuasnya untuk naik MRT selama dua hari. Oh ya kartu MRT bisa kami kembalikan karena ternyata ada deposit di kartu itu sebesar $ 10 atau Rp 9.300.

Perjalanan kami lanjutkan, aku ajak semua pasukan untuk naik MRT ke hostel yang sudah dibooking untuk menyimpan semua bawaan. Repot keliling dengan koper besar dua dan tas gembolan tiga. Jalan untuk naik MRT jauhnya memang luar biasa. Sebelum masuk ke stasiun MRT kami harus menggesek kartu ke pintu masuk. Dari Harbour Frount kami harus mencari MRT ydengan warna linehijau untuk sampai ke Kallang. Di terminal feri MRT berwarna PURPLE LINE stop outram park, turun dan change Green Line, selanjutnya naik MRT arah Pasir Ris stop Kallang. Alhamdulillah walau tidak tahu dimana hostel tempat kami menginap ternyata keluar stasiun MRT terlihat plang Hostel “Kallang River Backpacker.
Tiba di hotel cek in masih belum kami lakukan. Cek in pukul 14.00. kami tiba di hostel pukul 12.30. harus menunggu 1 jam. Proses menunggu cek in kami manfaatkan melihat area sekitar Kallang. Untungnya Hostel tempat kami menginap dekat dengan MRT. Selain itu front officenya ramah. Pesannan kamarku untuk 4 orang tapi kami ber 5 dan si abang yang orang Melayu bilang : "You reservasi ber 4 tapai you datang ber 5, sudahlah yang 1 orang I tutup mata". Alhamdulillah dipermudah dan biaya menginap juga murah hanya Rp 350.000 kami pesan melalui TRaveloka. 
                                       Hostel ini bisa direkomendasikan buat turis dengan biaya cekak
Hari pertama di Singapore, kami habiskan dengan berkeliling ke Melion Park, Garden Bay the Bay, dan menikmati Bugis Street dengan tujuan SHOPINGGGGGG.



             menikmati Marina Bay yang penuh sensasi


Gaya turis minum air "Merlion Park" Ikon Singapore

Pulang dari keliling Singapore kaki sudah lelah, mengejar MRT dan keliling pindah koridor. Perlu alas kaki khusus agar menikmati Singapore tanpa beban kaki yang mulai terasa pegal. Adik iparku Lina sampai merelakan sepatu wedgesnya ditingga di Singapore dan memakai sandal jepit. Turis lokal yang ga biasa jalan jauh terpaksa deh. Malah kadang di sepanjang koridor MRT Lina melepas sepatunya karena sakit dan pegal.
 MRT yang lumayan membantu turis jadi tidak tersasar
Santai di Marina Bay

Selasa, 27 Desember 2016
Hari kedua di negeri Singa. Pagi-pagi kami sudah sibuk packing untuk melanjutkan perjalanan ke Malaysia. Sebenarnya rencana ini karena kami baru tahu ada saudara bapak yang tinggal di Kuantan Malaysia. Setelah cekout pukul 09.00 waktu Singapore. Perjalanan menuju Malaysia kami lanjutkan naik MRT dulu. Tujuannya Bugis untuk menuju terminal rapid menuju Johor. turun di Bugis, kami tak tahu arah terminal yang dimaksud. Tanya sana-sini tak ada yang tahu, hingga aku lihat seorang bapak-bapak yang menenteng tas plastik layaknya orang Singapore. Bapak itulah yang menunjukkan jalan ke terminal Rapid. dari MRT ke arah kanan terus saja kira-kira 500 M. Harga tiket ke Johor Baru $3.3 atau setera dengan harga rupiah Rp 33.000,tiket harus kita pegang karena nanti di imigrasi kami harus turun menyerahkan lembar keluar dari negara Singapore yang kami dapatkan ketika masuk ke negara Singapore.


Back Home Pasien Covid

Good bye Wisma Atlet Hari ke-14 di Wisma Atlet "Menunggu Surat" Senin, 4 Januari 2021 Ini hari ke-14 di Wisma Atlet. Katanya kami ...