Sabtu, 24 Desember 2016
Harusnya berangkat pagi dengan pesawat Batik Air pukul 09.10. Ternyata pihak maskapai memundurkan penerbangan sore hari pukul17.15.wah kebayang harus lapor sana sini gara-gara ini.
Gembolan yang menemani perjalanan kami, dua koper besar dan tiga tas jinjing satu tas ransel. Beranak pinak nanti di kepulangan. Hehehehe
Mejeng dulu di Bandara Soetha ada edisi khusus Natal.
Ceritaku ini mungkin sebuah kisah
perjalanan ibu-ibu yang ber-Backepacker dengan bawaan koper besar dan rombongan
keluarganya yang hampir setengah lusin. Alhamdulillah anakku Raynaldi diterima
di kepolisian Ri. Puji syukur aku dan keluarga besar panjatkan atas perkenannya
cita-cita anakku menjadi polisi seperti kakeknya tercapai. Namun, ada yang
membuatku sedih. Anakku harus mengikuti pendidikan di SPN Tanjung Batu Kepri. Lokasi tepatnya
ada di Pulau Kundur Kepulauan Riau. Niat untuk menengok sudah lama terbersit
dari hatiku. Aku ingin tahu tempat anakku ditempa menjadi prajurit.
Sabtu, 24 Desember 2016
Desember 2016 akhirnya libur tiba.
Seharusnya tiket pesawat sudah kami beli untuk penerbangan tanggal 24 Desember
2016 pukul 09.00 WIB. Dua hari sebelum keberangkatan maskapai penerbangan
menmundurkan jadwal menjadi pukul 17.15. terbayang janji bertemu dengan anakku
di Batam mundur juga. Harusnya aku ambil saja penerbangan dengan maskapai
pengganti yang disediakan dengan resiko pesawat lebih kecil. Pukul 18.30
pesawat mendarat di bandara Hang Nadim Batam. Aku berterima kasih dengan mantan
siswaku Dewi Mulyawati yang sesuai dengan namanya sungguh “mulya” mau mengantar aku ke hotel. Ada cerita tentang booking hotel ini, karena
salah memilih booking online, jadilah hotel membatalkan pesananku. Kedatangan tidak
sesuai jadwal cek in. Kondisisaat itu hari libur Natal dan hotel yang aku
booking terletak di daerah yang ramai yaitu di Nagoya. Resiko dari pembtalan
itu aku harus berkeliling di daerah Nagoya dan sekitar Batam mencari hotel yang
sesuai dengan kocek. Rata-rata hotel penuh terutama yang berbintang dan hotel
kelasmelati menaikkan harga yang lumayan untuk kelas hotel yang difasilitasi
kipas angin. Hotel yang tadi tarif normal Rp 150 ribu naik menjadi Rp 300 ribu.
Untungnya Dewi mengerti kesulitanku dengan bawaan yang banyak. Akhirnya Dewi
dan suaminya menawarkan untuk bermalam di rumahnya. Sampai rumah Dewi sudah
malam, kasihan pasangan suami istri itu harus rela terpangkas malamnya
gara-gara mantan guru yang salah perhitungan. Maafkan Bunda yah Wi, terima aksih buat semuanya.
Rumah Dewi yang dengan keikhlasan terasa lapang dan nyenyak tidur.
Anakku Raynaldi akhirnya harus merasakan
menginap di rumah bukan di hotel. Maafkan mama yah De. Harusnya abang Ray
nginap di hotel. Liburan abang jadi berantakan.
Minggu, 25 Desember 2016
Dua malam dan tiga hari kami tinggal di
rumah Dewi. Hari pertama atau tanggal 25 Desember Dewi mengajak berkeliling
Batam. Kami mencarter mobil, karena mobil Dewi tidak muat untuk kami berlima.
Destinasi Batam yang kami datangi adalah sebuah resort KTM. Resort ini menghadirkan
pemandangan laut yang cantik dengan latar Pulau Sentosa di Singapura. Mampir shalat Dzhuhur di Masjid palin besar di Pulau Batam. Masjid Jabal Rahmah yang memiliki menara masjid seperti Monas yang bisa dicapai dengan lift.
Sorenya kami harus melapor ke polsek tempat anakku melapor lumayan jauh Polsek tempatnya melapor dan ini juga salah perhitungan. Hari sudah sore dan hujan pula, kesempatan berfoto di jembatan Balerang tidak mendapat view yang bagus. Hujan menggaburkan keinginan berlama-lama di jembatan Balerang.
Sorenya kami harus melapor ke polsek tempat anakku melapor lumayan jauh Polsek tempatnya melapor dan ini juga salah perhitungan. Hari sudah sore dan hujan pula, kesempatan berfoto di jembatan Balerang tidak mendapat view yang bagus. Hujan menggaburkan keinginan berlama-lama di jembatan Balerang.
Senin, 26 Desember 2016
Hari ketiga atau tanggal 26 Desember,
pagi-pagi aku harus berpisah dengan anakku Raynaldi. Ia akan menuju Tanjung
Batu sedangkan rombongan kami yang terdiri dari aku, anakku Natasha, adikku
Budi, istri Budi Lina, dan keponakanku Ilham akan menyeberang menuju negeri
tetangga Singapore. Kota Singapore menjadi destinasi pertama untuk kami
jelajahi. Penyeberangan dilakukan di pelabuhan Sekupang Batam. Ongkos satu
orang yang kami beli di pertokoan Nagoya Rp 310.000 untuk pulang pergi kalau
membeli untuk pergi saja jadi mahal harganya sekitar Rp 220 ribu sekali jalan.
Kapal yang kami naiki adalah Sindo Expres dengan keberangkatan 9.10.
Kapal Feri yang membawa rombongan kami ke melintasi laut menuju Singapore
Memasuki kapal cek in keberangkatan dulu di konter Sindo, karena baru pertama kali jadilah masih harus tanya sana-sini periksa paspor dan cek bagasi. Nah, ini yang harusnya tidak kami lakukan untuk pelajaran kalau naik kapal jangan taruh koper di bagasi, jeda waktu untuk mengambil lumayan lama. Bawa saja koper yang kita bawa masuk ke kabin. Selanjutnya masuk ke ruang tunggu dan menunggu sampai waktu keberangkatan. Seperti di bandara semua bawaan yang kami bawa melalui pintu pemeriksaan maklum melintasi negara orang. Pemeriksaan pasport di imigrasi Indonesiatidak ada kendala yang berarti hanya keponakanku ditanya kelengkapan karena masih di bawah umur, untungnya aku sudah mengantisipasi membuat surat kuasa bahwa keponakanku ini pergi bersamaku.
Kapal Feri yang membawa rombongan kami ke melintasi laut menuju Singapore
Memasuki kapal cek in keberangkatan dulu di konter Sindo, karena baru pertama kali jadilah masih harus tanya sana-sini periksa paspor dan cek bagasi. Nah, ini yang harusnya tidak kami lakukan untuk pelajaran kalau naik kapal jangan taruh koper di bagasi, jeda waktu untuk mengambil lumayan lama. Bawa saja koper yang kita bawa masuk ke kabin. Selanjutnya masuk ke ruang tunggu dan menunggu sampai waktu keberangkatan. Seperti di bandara semua bawaan yang kami bawa melalui pintu pemeriksaan maklum melintasi negara orang. Pemeriksaan pasport di imigrasi Indonesiatidak ada kendala yang berarti hanya keponakanku ditanya kelengkapan karena masih di bawah umur, untungnya aku sudah mengantisipasi membuat surat kuasa bahwa keponakanku ini pergi bersamaku.
Kapal Sindo yang kami naiki lumayan
bersih dengan AC yang super dingin. Waktu tempuh dari pelabuhan Sekupang hanya
45 menit sudah sampai di pelabuhan Harbour Front (ferry terminal Singapore)
kami langsung menuju kearah pintu keluar. Pemeriksaan imigrasi yang memakan
waktu hampir 2 jam. Antrean para pemegang paspor berbaris bak semut yang
bergerombol. Benar sesuai perkiraan bapak Dewi, kalau pemeriksaan imigrasi
benar-benar luar biasa lama. Libur akhir tahun dan banyak yang ingin berlibur
di Singapore, selain itu banyak pekerja yang mengurus exit permit agar bisa
bekerja lagi di Singapore dan Malaysia juga membuat antrean menjadi panjang.
menikmati kapal feri
Welcome Singapore Budi dan Lina
Satu persatu dimulai dari keponakanku
Ilham diperiksa paspor. Semua aman-aman saja, adikku Budi ditanya dimana akan
menginap. Untungnya aku sudah booking hotel di daerah Kallang, hostel “Kallang
River Backpacker”. Cek pemesanan dilakukan oleh petugas imigrasi Singapore.
Keluar dari pemeriksaan kami harus melewati pemeriksaan bagasi kembali. Kali
ini sungguh apes. Koper adikku Budi harus diperiksa di kantor Custom Singapore.
Adikku membawa hampir satu slop rokok Indonesia yang memang dilarang oleh
pemerintah Singapore. Padahal aku tahu membawa rokok dilarang dan aku lupa
memberitahu adikku. Apalagi pemeriksaan di imigrasi Indonesia lolos, aku pikir
aman-aman saja. Terbayang takutnya kami karena baru ini aku menghadapi
persoalan seperti ini.
Aku dan istri adikku Lina menunggu di pintu
keluar dengan perasaan was-was. Lina apalagi, sibuk bertanya sanksi apa yang
akan dilakukan oleh pemerintah Singapore. Satu jam sudah berlalu dan adikku
belum juga muncul. Akhirnya penantian kami usai ketika adikku dengan wajah
cemberut dan muka lesu keluar dari ruangan custom. Adikku harus membayar denda
karena membawa barang yang dilarang, bukan main-main denda yang dibebankan 118
Dollar Singapore atau setara dengan Rp 1.2 juta uang Indonesia. Perjalanan harus kami
lanjutnya dengan perbincangan seputar denda adikku.
Dari pelabuhan kami membeli karcis MRT. Tadinya
aku menyuruh anakku bertanya bagaimana membeli karcis. Malu bertanya sesat
kemudian. Ilmu ini kami lakukan pula di Singapore. Setelah bertanya kesana
kemari karena anakku salah bertanya tentang karcis MRT, akhirnya kami dapat
membeli tiket khusus turis. Lupa kalau kami ini “Turis” hahahahaha. Satu orang
harus membeli karcis yang harganrya $ 26 atau kalau rupiah perdollar Singapore
Rp 9.300 maka harga tiket MRT Rp 241.800, tiket ini bisa kami gunakan sepuasnya
untuk naik MRT selama dua hari. Oh ya kartu MRT bisa kami kembalikan karena
ternyata ada deposit di kartu itu sebesar $ 10 atau Rp 9.300.
Tiba di hotel cek in masih belum kami
lakukan. Cek in pukul 14.00. kami tiba di hostel pukul 12.30. harus menunggu 1
jam. Proses menunggu cek in kami manfaatkan melihat area sekitar Kallang. Untungnya Hostel tempat kami menginap dekat dengan MRT. Selain itu front officenya ramah. Pesannan kamarku untuk 4 orang tapi kami ber 5 dan si abang yang orang Melayu bilang : "You reservasi ber 4 tapai you datang ber 5, sudahlah yang 1 orang I tutup mata". Alhamdulillah dipermudah dan biaya menginap juga murah hanya Rp 350.000 kami pesan melalui TRaveloka.
Hostel ini bisa direkomendasikan buat turis dengan biaya cekak
Hari pertama di Singapore, kami habiskan dengan berkeliling ke Melion Park, Garden Bay the Bay, dan menikmati Bugis Street dengan tujuan SHOPINGGGGGG.
menikmati Marina Bay yang penuh sensasiHari pertama di Singapore, kami habiskan dengan berkeliling ke Melion Park, Garden Bay the Bay, dan menikmati Bugis Street dengan tujuan SHOPINGGGGGG.
Gaya turis minum air "Merlion Park" Ikon Singapore
Pulang dari keliling Singapore kaki sudah lelah, mengejar MRT dan keliling pindah koridor. Perlu alas kaki khusus agar menikmati Singapore tanpa beban kaki yang mulai terasa pegal. Adik iparku Lina sampai merelakan sepatu wedgesnya ditingga di Singapore dan memakai sandal jepit. Turis lokal yang ga biasa jalan jauh terpaksa deh. Malah kadang di sepanjang koridor MRT Lina melepas sepatunya karena sakit dan pegal.
MRT yang lumayan membantu turis jadi tidak tersasar
Santai di Marina Bay
Selasa, 27 Desember 2016
Hari kedua di negeri Singa. Pagi-pagi kami sudah sibuk packing untuk melanjutkan perjalanan ke Malaysia. Sebenarnya rencana ini karena kami baru tahu ada saudara bapak yang tinggal di Kuantan Malaysia. Setelah cekout pukul 09.00 waktu Singapore. Perjalanan menuju Malaysia kami lanjutkan naik MRT dulu. Tujuannya Bugis untuk menuju terminal rapid menuju Johor. turun di Bugis, kami tak tahu arah terminal yang dimaksud. Tanya sana-sini tak ada yang tahu, hingga aku lihat seorang bapak-bapak yang menenteng tas plastik layaknya orang Singapore. Bapak itulah yang menunjukkan jalan ke terminal Rapid. dari MRT ke arah kanan terus saja kira-kira 500 M. Harga tiket ke Johor Baru $3.3 atau setera dengan harga rupiah Rp 33.000,tiket harus kita pegang karena nanti di imigrasi kami harus turun menyerahkan lembar keluar dari negara Singapore yang kami dapatkan ketika masuk ke negara Singapore.