Pentingnya
Kecakapan Literasi Baca-Tulis Abad 21
Seni
Asiati, M.Pd
Guru
SMPN 231 Jakarta
A. Kecakapan Literasi abad 21
Kecakapan literasi di abad 21
sangat berbeda denga abad-abad sebelumnya. Literasi tidak hanya baca-tulis dengan sarana
dan prasarana seadanya tapi sudah merambah pada era digital. Era teknologi dan
informatika membuat segala informasi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan
pesat dan cepat. Setiap detik kejadian yang ada di penjuru dunia bisa diakses
dengan mudah. Setiap perkembangan ilmu pengetahuan dapat diketahui dengan
gampang. Di sinilah, sejak kecil anak-anak harus dikenalkan dan dibiasakan
untuk memiliki kecakapan literasi yang baik. Melalui kecakapan literasi ini
anak-anak sejak kecil sudah terbiasa dengan membaca. Kebiasaan membaca ini
membuat anak-anak akan senang mengakses segala informasi dan pengetahuan yang
beredar baik melalui buku-buku maupuan elektronik buku di internet. Kemampuan
membaca yang baik membentuk anak yang memiliki pengetahuan luas, serta memiliki
kemampuan untuk berpikir dalam memilih dan memilah informasi yang benar, baik,
dan tepat untuk dirinya dan tidak termakan informasi yang hoak atau salah.
Kecakapan literasi demikian inilah yang
akan membentuk anak yang memiliki ilmu pengetahuan luas.
Kecakapan hidup abad 21 membentuk manusia yang berkarakter. Abad 21
membutuhkan orang-orang yang memiliki karakter dan integritas yang kuat.
Pribadi yang berkarakter mulia yang akan selalu tegar dalam setiap perubahan
yang begitu cepat di abad 21 ini. Literasi yang baik akan menumbuhkan karakter
yang baik pula. Semakin banyak yang dibaca anak akan semakin banyak yang
diketahui. Karakter seorang anak akan tumbuh dan berkembang dari apa yang diterima anak. Literasi baca –tulis yang dilakukan anak
berdampak pada peembentukan karakter. Anak-anak harus dibentuk menjadi pribadi
yang mulia, mandiri, kreatif, kerja keras, komunikatif, dan sebagainya.
Sehingga anak-anak dengan pribadi dan karakter yang kuat ini akan membuat
anak-anak tidak larut dan terpengaruh dalam budaya abad 21 yang serba bebas
ini. Peranan orang tua dalam memilikhkan bacaan yang mendidik dan bacaan yang
dapat memperkuat karakter yang baik sangat diperlukan.
Kehadiran teknologi
informatika pun mengubah cara manusia
dalam berliterasi dan berkomunikasi dari dunia nyata ke dunia maya.
Penyebaran informasi tidak lagi menjadi dominasi media-media konvesional,
tetapi telah tergantikan oleh media informasi baru dalam bentuk digital.
Kehadiran media digital ini bahkan
menjadi tren di semua kalangan karena menawarkan kemudahan dan kecepatan
dalam mencari informasi. Kejahatan yang
tampak dengan perkembangan ini yaitu integritas sebuah karya. Mau tidak mau
berkembangnya ilmu pengetahuan yang mudah memang akan memudahkan kegiatan kita.
Kecakapan hidup terutama integritas dipertanyakan ketika menggunakan tulisan di
media digital dan menyalinnya. Hasil dari salin tempel itu tidak jarang
digunakan untuk kepentingan sendiri dalam hal ini tugas kerja bahkan untuk
kepentingan sebuah karya penelitian. Karakter integritas perlahan mulai luntur
ketika literasi yang digunakan untuk kegiatan seperti ini. Sejatinya tulisan di
media digital hanyalah sebagai rujukan untuk memjadi bahan pertimbangan
terhadap apa yang akan kita lakukan atau tulis.
Literasi yang berdampak baik di abad 21 harus dapat dipergunakan dengan
bijak. Penggunaan literasi yang bijak inilah yang membentuk karakter yang baik.
Abad 21 memungkinkan berkembangnya kejahatan bahasa. Contoh mudah adalah budaya
baca-tulis yang tadinya harus dilakukan dengan mencari tahu lewat buku atau
mendengar langsung dari sumber, kini dengan peran literasi digital yang semakin
pesat, berita atau informasi yang cenderung salah mudah sekali diterima.
Berita-berita yang menyesatkan dengan mudah tersebar luas dan menjadi tolak ukur
melakukan sesuatu. Siapa yang gagal paham terhadap informasi dengan baik,
akan menjadi berdampak pada kecakapan hidup yang tentu saja jadi salah. Literasi
yang dilakukan dengan sehat dan baik, memungkinkan anak menerimasemua informasi
dengan kecakapan yang baik pula. Integritas dapat tumbuh sejalan dengan
literasi yang dimiliki.
B. Pentingnya
Kecakapan Literasi abad 21
Literasi semakin penting bagi semua. Literasi yang diterima di abad 21
ini memberikan bekal nyata pada pembentukan karakter anak Indonesia yang
berintegritas tinggi, berinovasi, aktif dan kreatif, dan kecakapan hidup yang
lebih baik. Generasi emas Indonesia akan tumbuh dan berkembang dapat
berkompetisi dengan sehat dan menjadi pribadi yang unggul.
Kecakapan literasi
sangat penting di abad ke-21 ini. Mengapa sangat penting? Melalui literasi kita
dapat mengerti, memamahi, dan diharapkan dapat mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari kita. namun demikian, harus dapat dibedakan antara kecakapan literasi
untuk anak-anak dan orang dewasa. Untuk anak-anak, mungkin kecakapan yang
diperlukan hanya sebatas dapat menyebutkan urutan alfabet, mengeja, dan membaca
saja tanpa perlu pemahaman. Untuk orang dewasa, kecakapan literasi yang
diperlukan sudah harus sampai memahami dan menghayati apa yang diperolehnya
dari sumber yang dibaca atau didengarnya sehingga dia dapat
mengaplikasikannya. Semakin baik
kecakapan literasi seseorang, dapat
menentukan seberapa baik seseoarang
memahami orang lain atau budaya lain dan mengambil tindakan untuk menyelesaikan
hal yang terjadi dalam hidup dan sekelilingnya.
Kecakapan literasi sekarang
semakin sensitif. Apayang ditulis di sosial
media, yang sebenarnya ingin menulis A tiba tiba dibaca warganet jadi B atau
bahkan C. Karena teknologi sudah maju, semakin banyak hal yang dapat ditanggapi
oleh pembaca. Banyak sekali, bahasa di publikasikan di sosial media dapat menimbulkan
pertentangan atau konflik karena bahasanya yangg ambigu. Teknologi digital yang
semakin modern menempatkan pemakai bahasa terutama anak generasi milenial yang
menggunakan campur kode dengan bahasa asing bahkan tak jarang menyampingkan bahasa
Indonesia. Faktor gensi dan malu jika tidak memasukkan bahasa asing ke dalam
komunikasinya.
Kecakapan literasi sangat penting bukan saja sebagai
kebutuhan pengengtahuan akan tetapi sebagai sarana komunikasi ilmiah dikalangan
akademisi. Abad 21 menjadikan literasi memenuhi sendi-sendi kehidupan yang
berorientasi masyarakat cerdas (smart
society). Manusia adalah mahluk yang menggunakan pikirannya namun, secanggih apapun tekhnologi kalau tidak
dijadikan sarana literasi yang tepat sasaran maka literasi tersebut tidak menunjukan kualitas diri dan tidak
literat.
Semua ide dan pikiran
tertuang melalui literasi. Contoh: Dunia dan kehidupan di zaman milenial seperti
saat ini akan mudah diperoleh melalui hasil literasi. Contoh Hatta dan Ria
Ricis artis Indonesia yang menjadi milioner karena pandai berliterasi. Literasi
digital yang mereka gunakan telah mengantarkan mereka menjadi manusia dengan
penghasilan terbesar melalui literasi digital youtube. Sumber penghasilan dari menggunakan literasi digital
dengan tepat serta kemampuan mengolah informasi dengan cara yang inovatif
sangat mereka pahami.
Dengan demikian,
literasi menjawab tuntutan kebutuhan-kebutihan saat ini.Oleh karena hal-hal
tersebutlah, kegiatan literasi menjadi sangat penting dilakukan dan
kecakapannya sangat penting dimiliki untuk menjawab tantangan kemajuan abad
ini. Kemampuan literasi merupakan salah satu syarat untuk dapat bersaing di
abad 21. Kemampuan literasi membaca dan literasi digital harus menjadi satu
kesatuan utuh. Kemampuan literasi
digital jika tidak diimbangi dengan kemampuan literasi membaca dapat berakibat
pada ketidakmampuan menjaring dan menyaring
informasi pada media sosial digital.
DAFTAR
RUJUKAN
Ananiadou, K.
and Claro, M. 2009.
21st Century Skills
and Competences for
New Millennium Learners in
OECD Countries. OECD
Education Working Papers,
No. 41. Paris,
OECD Publishing.
Artini.
2006. “Kesantunan Berbahasa di Media Massa:Analisis Pragmatik tentang Prinsip
Relevansi dalam Berita Kekerasan terhadap Perempuan”. Disertasi. Program
Studi Pendidikan Bahasa Pascasarjana UNJ.
Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Nugrahani,
Farida. 2017. “Penggunaan Bahasa dalam Media Sosial dan Implikasinya terhadap
Karakter Bangsa”. Jurnal Stilistika, Vol.3, No.1 Tahun 2017,
hlm 1-16.