Monday, August 11, 2008

Puisi Bullying Siswa SMA Yappenda Jakarta















Ini Sebuah ‘Tanda’
(by Suprianto)
Untuk SMA Yappenda

Kerangkeng amarah para praja
Kekejian di raga menjadi penanda
Gejolak jiwa dibawa ke peti
Kematian ini sangat merugi

Direkayasa
Diada-ada
Semua atas nama lembaga
Membentuk perisai diri agar tak bersalah

Meratap tangis isak tertahan di hati
Di pintu mayat para praja
Mengindahkan hati terbang tinggi
Dalam kepongahan institusi
Dalam hati merutuk segala
Meski perih panas membara
Memperjuangkan palu hukuman penjagal
Atas nama keadilan yang hampir mati
Di negara yang sudah tak berharga diri


Ketika Senja Merona Merah
(Karya Alda Meiza Fadliansyah)
Untuk putih abu-abu yang masih bertaur di jalan

Zal …
Maaf baru kugores pena ini
Cerita yang putus karena engkau pergi

Zal ...
Masih kulihat darah di dada
Membasahi putih abu-abu kita
Mengancam nafas yang setengah
Untuk kemudian...
Kau rebah dengan senyum yang tak pernah ada

Zal ...
Harusnya kita tak disana
Harusnya kita tak pernah ...
Berkelompok, berbaur tanpa arah
Karena baru kini kutahu itu sia-sia
Hanya membuat terpengal waktu muda kita

Zal ...
Ketika kau terima berita yang ada
Genggamku bilang tak usah
Tapi matamu menyorot asa untuk berbisa
Mengajakku tarung bersama
Zal...
Kutahu itu bukan kita
Kuyakin itu bukan segala
Namun, sorotmu tajam menggoda tak kuasa
Bagimu maju atau malu diterima

Zal…
Ketika pagi itu kita siakan segala
Yang katamu untuk melawan sebisa
Namun, aku tahu itu mengada-ada
Dengan besi yang terentang
Dengan pisau yang mencencang
Dengan bilah yang siap menghantam

Zal ...
Masih kudengar teriakan dari seberang dengan lantang
Teriakan tanda menyerang
Sampai akirnya kau kalah dengan sebatang bilah
Ratapku melengking tajam

Zal...
Siang itu jadi bisu
Semua terdiam dengan mata merona merah,
Dan terdiam dalam kata
Hanya lenguh nafas memburu tak puas diri
Kemudian langakah cepat karena sirine membahana

Zal ...
Masih basah gundukan itu
Ketika kulihat tangan sepuh merangkum bunga
Bulir airmata tak sanggup kusentuh
Dekap hangat tak lagi kurasa
Zal...
Selamat jalan
Agar tenang setelah panas


Rasa Itu
(karya : Siti Alawiyah)
Dalam pengalaman batin

Bisikan yang menggema kencang
Angin-angin telah menguasai nafsu
Dan kekecewaan yanga ada di dada

Kehidupanku
Setiap kata telah membungkus kesedihan
Menggoret luka dalam diam
Ketika tangan yang kotor hendak menjangkau

Apa yang terbentuk dibenak?
Apa yang dirasa oleh seringai ganas
Apa tak ada batas untu berlaku adat
Dalam kesopanan dan kedewasaan

Kata yang terlontar melecehkan kaumku
Bentuk yang ada dari fisik itu
Adalah kekerasan ragawi

Tak adakah yang aman untuk bergaul
Tanpa sentuhan yang tak diingin
Tak adakah nilai yang dianut
Agar mereka dapat larut
Dalam kesopanan tanpa kekerasan


Rintihan Hari
(karya Ma’wa)

Ketika hari menjadi terang
Alam bernyanyi lirih
Sepercik air membasahi tubuh
Mengantarkan diri ke dalam asa

Tajamnya pedang telah menggoreskan luka di hati
Mengiris-iris jiwa menjadi kepingan

Bagai dicambuk
Hari meronta
Tiada suara
Tiada rintihan

Ada yang terluka dalam pagi
Ada yang teraniaya dalam riuh gemuruh
Suara sumbang mengantarkan jasad yang ada
Karena pagi tak ramah pada sesama
Sesama penuntut ilmu yang muda

Ada seruan dengan lantang
Meneriakkan kenaikan yang tak perlu
Namun, selongsong peluru membungkam
Untuk kemudan tak bersuara lagi

Mereka dianiaya
Mereka diperdaya
Mereka para laskar calon sarjana
Diam dan sia-sia


Air Tenang Itu Menjadi Besar
(Karya Surya)

Air itu tadinya tenang
Air itu tadinya surut
Namun
Riaknya kini bergelombang
Ketika tangan-tangan kasar mengaduk
Dalam kebijakan
Yang menyengsarakan negeri

Air yang tenang kini bergelombang
Air yang surut kini pasang ke permukaan
Bergerombol di jalan meneriakkan keadilan
Mengepalkan tangan mengecam kebatilan

Air yang tenang kini bergejolak
Di setiap sudut jalan dan lorong kota
Ingin mengambil apa yang masih bisa
Harga diri untuk sesuap nasi


Sampit yang Kukenang(
karya Putri Rahmi)


Hilirnya waktu mengenangi jiwa dan hati
Senja malam tak terlihat
Bagaikan bunga tumbuh mekar
Berwarna-warni di sekeliling
Tapi itu hanya terlihat dalam renungan
Hati dan keinginan

Tragedi yang kulihat, kudengar, dan kusaksikan
Bagaikan padi yang gersang
Termakan hama kebuasaan
Sampit yang kukenang...
Mematikan asa dalam diri anak-anak negeri

Sampit yang kukenang
Membuat hati dan jiwa meringis sepi
Mengenangi hati dengan air mata duka
Penuh duka dalam tangis tiap bunda

Sampit yang kukenang
Menorehkan cerita yang tak usang
Karena ada sesal yang mendalam
Tentang daerah yang tumbuh alam kepongahan
Hingga tak ada kata mengalah

Sampit yang kukenang
Ada serangkum doa terpanjatkan
Ada setangkup pesan tersiratkan
Untuk kedamaian dan ketentaraman
Untuk keriangan yang telah hilang

Sampit yang kukenang
Akan panen dengan kuningnya padi
Akan ramainya anak-anak bertelanjang kaki
Menapak hari untuk bekal nanti
Menghias Sampit dengan celoteh penuh janji
Janji untuk kedaimaian abadi



Hujan Airmata
(Karya: Nina Nabila)

Terang terbalut dalam kegelapan
Bintang tersaput kabut tebal
Bulan bersembunyi enggan keluar
Tak seperti waktu-waktu dulu

Ketika semua penduduk gempita dalam canda
Ketika masih ada nasi di pinggan
Ketika air tak lagi harus di dorong
Ketika gubuk liarnya berdiri kokoh

Kala senja turun menghampiri
Rata gubuk dengan amarah sang penguasa
Mereka bekerja dengan amarah
Menggigit nurani yang renta


Dalam Remang Malam
(Karya Rizky Wulandari)
Untuk STIP Marunda

Di lorong itu bila malam tiba
Jeritan tak terkendali
Menghentak para tunas untuk berdiri
Memanggul benda dengan harga mati
Tak mendengar ayun tangan akan diberi
Melayang, menghantam,memukul
Biasa terjadi
Padahal mereka bukan pejabat negeri
Darah mengucur bukan terperi
Hanya inisial tanda ngeri
Bahwa mereka mulai bergigi
Mewakili para senioritas
Mewakili para penguasa
Mewakili para algojo dunia

Di remang malam
Hukuman dijalankan
Memaksa kehendak untuk taat
Memukul nurani untuk menurut
Sekali tak terpenuhi
Suara-suara mengiris luka
Yang lain hanya tertawa
Hingga hukuman berkesudah

Di lorong itu bila senja merangkak
Suara bag..big...bug....
Terasa berirama, memainkan tempo instrumentalia
Sekali lagi bag...big...bug...
Senyum puas para algojo muda


Jangan Lantang Bersuara
(Karya : Dina Maisari)

Kala provokator bersuara
Tebesit hati melampiaskan amarah
Rasa dendam bergejolak di dada
Terasa menususk di dalam raga

Kala pelajar berbaris tergesa-gesa
Menyerbu datang ke tempat lawan
Senjata genggam di tangan
Suara bersahutan lantang terdengar

Saling hujat, saling sikut, saling mencaci
Menjadi menu pembuka
Ada seringai puas untuk menyerbu segera
Agar lega dirasa terbuka

Kala bergelimpangan pelajar menghias jalan
Penuh darah dan habis nyawa
Hanya senyum sinis diterima
Bagi mereka itu pantas agaknya

Kala hati ini bertanya
Kemanakah hilang nurani
Dimanakah terbang akal budi
Siapa yang harus menjawab ini


Adakah Kau Dengar?
(karya: Nur Apiyanti)

Teriakan-teriakan karena rasa sakit
Tidak terdengar oleh insan di luar
Tendangan-tendangan mendera menghujam

Genggaman-genggaman tangan mendera
Seakan menutup mulut yang akan bersuara
Hanya angin dan udara saksi semua
Tentang seongok kisah di sana

Mengapa?
Mereka bertahan untuk sebuah cita-cita
Dalam balutan seragam yang bernilai di mata
Mereka kuat untuk sebuah asa
Karena Bunda memberi doa
Rintihan Hati Para Pahlawan
(Karya : Asep M)

Ketika raja siang telah muncul dari persembunyian
Menyinari seluruh alam semesta
Dengan wajah yang bercahaya
Menyambut datangnya pagi

Seluruh insan bernyawa
Menyambut dengan hati gembir
Akan tetapi seorang siswa praja
Berbaring di atas alas

Sunggh malang seorang siswa praja
Karena tidak dapat merasakan sinar yang hangat
Sianar yang dapat membuat insan menari
Sinar yang dirindukan oleh semua insan

Akibat pertengkaran lidah yang terjadi
Sehingga kaum praja saling bertengkar
Mengapa semua harus terjadi...
Ada apa dengan kaum praja

Apakah seperti ini kau praja sekarag
Menggunakan narkoba
Mabuk-mabukkan
Dan menikmati dunia gemerlapan

Apa yang terjadi pada negara kita
Kalau para praja hanya seperti
Akan negara kita dapat gembira
Dapat meneruskan para pahlawan

Akan hati para pahlawan senang
Akankah para pahlawan gembira
Melihat para praja sekarang
Hanya airmata dan rintihan hati yang dirasa


PAHLAWAN
Karya Ellian Gadman

Disini ku melangkah
Dihantui rasa takut

Tangisan air mata dijalanan
Mungkinkah ini kan berakhir

Masih adakah pahlawan di kota ini
Yang dapat menghentikan pertarungan para pelajar

Masih adakah keadilan di kota ini
Walau darah bercucuran disana-sini

Berhamburan sejuta nafas terakhir
Dunia dapat berhenti berjalan

Mungkinkah dapat bersuci kembali
Walau sudah berpindah dunia


KEKERASAN
Karya Riza Ferdian

Kekerasan.............
Mengapa hal itu harus ada dan terjadi
Beribu-ribu orang yang telah jatuh
Menjadi korbannya

Kini hal itu semakin marak
Mulai dari kalangan tinggi
Menengah, hingga bawah,
Semua melakukan itu
Seakan-akan hal itu sudah
Menjadi tradisi bangsa ini

Malu............
Diri ini malu bila harus mengakui
Inilah bangsa ku
Sedangkan didalam bangsa ini
Terus menerus terjadi kekerasan
Apa yang harus kita banggakan dalam bumi ini
Sedangkan hal-hal yang tidak baik
Selalu dilakukan tiap hari dan semakin bertambah
MALAM YANG TERKENANG
Karya Achmad Bilallian

Indahnya malam ini
Tak seindah kunang-kunang
Hanyut menyapu kalbu
Gelap menjadi perhiasan malam

Sayang keindahan ini tak menyentuh hati mereka
Mereka para penjilat
Yang hanya ingin kesenangan
Diatas penderitaan orang lain

Indahnya malam ini
Kini dirusak sudah oleh para penjilat
Mereka mengambil yang bukan hak mereka


Penyesalan
(Karya : Julian Supriyanto)

Di balik air mata ibu
Banyak tersimpan hal yang tersembunyi
Di lembaga yang disebut pendidikan
Tetapi menjadi tempat untuk kekerasan

Para praja yan selalu disiksa
Tubuh terasa hancur
Darah berceceran
Dan tak kuasa aimata berlinang

Senior yang selalu menindas
Selalu berkuasa
Membuat para praja tak mau kembali ke tempatnya

Ibu yang melahirkan
Terdiam dalam tangis penyesalan


Di balik Tembok Pendidikan
(Karya: Indra)

Sekolah yang dikatakan lembaga pendidikan
Tetapi dibuat untuk penghajaran
Pkulan yang memilukan,menyakitkan,menyedihkan
Dan linangan airmata penyesalan

Ketika diharuskan belajar
Tetapi mereka malah dihajar
Senior-senior yang garang
Menghapus mimpi pelajar

Akankah terhapus
Setelah semua telah merasuk


Tangisan Sang Tertindas
(Karya : Yunita)

Raut wajah bahagia
Kini tak lagi tampak
Hanya kesedihan
Yang kini mewarnai

Walau zaman sudah maju
Tetapi bagi mereka sama saj
Ingin rasanya berontak
Apa daya hanya rakyat jelata

Rakyat jelata yang tak bisa apa-apa
Ketika kekerasan menghantamnya
Ketika keponggahan menghampirinya

Tikus yang makan tanaman
Tidak sadar akan hal itu
Hanya kepuasan semata
Untuk mengumbar hasrat sang penguasa


Dengarlah
(Karya : Kokom Komariyah)

Kau tak seperti berlian
Yang memancarkan sinarmu
Rakyat-rakyat mejerit
Sang penguasa bertahan

Apa yang terjadi
Sang penguasa...
Kau memejamkan matamu
Angis mengiris jiwa

Sejuta harapan hari
Mengisi kecemasan raga
Keringat-keringat membasahi negeri
Harapan yang tak terdengar

Mana janjimu...
Kekerasan kau jadikan alasan
Demi mencari kepuasan raga
Dimana sang penguasa berlian

Kekerasan yang Tak Berujung
(Karya : Bintari)

Waktu berganti hari demi hari
Kekerasan yang terjadi
Terus-menerus menghampiri

Para penerus negeri
Tak dapat lagi bersatu
Hanya dengan satu kesalahan
Dengan hal yang tak wajar
Apa yang sebenarnya terjadi
Apakah dengan satu kesalahan
Persahabatan akan putus

Akau berharap tak ada lagi suasana mencekam
Bertemakan kekerasan
Hadir di sini


Bullying
(Karya: M. khairun Tamami)

Kekerasan di pendidikan
Kini merajalela
Kekeasan di sekolah
Kini bergelora

Selalu ditindas
Selalu diacuhkan
Selalu dilecehkan
Oleh semua yang bertauah

Tak ada yang suka
Ada yang selalu merasa
Dikucilkan, dilecehkan, dianiaya
Oleh sesama

Arogansi kakak kelas atas nama senior
Lingkungan sekitar atas nama keadaan
Tak ada belas kasih
Tak ada uluran tangan
Karena semua tak berpihak


Tangisan Tak Berpihak
(Karya : M. Hafiyyan)

Detik demi detik
Hari demi hari
Tangisan selalu terdengar
Tangisannya selalu terdengar
Merintih penuh kesakitan

Mereka dianiaya
Mereka disiksa
Hingga tak berdaya
Oleh tangan-angan penuh dosa

Tertawanya...bahagianya
Kini tak terasa
Mereka diam dalam tangis
Mereka merana dalam duka

Apakah harus beini
Apakah harus selalu menerima
Apakah ini sebagian dari ujian
Untuk sukses di masa depan?

Tangis yang ada tak pernah berpihak!

Puisi Bullying Siswa SMP 266 Jakarta



Bullying
(karya : Devyana Rianti Ningrum)
Kelas VII.2


Bullying kini jadi berita
Terdengar di mana-mana
Terjadi di setiap masa
Terpampang di sudut harian kota

Semua mengalami
Semua menjalani
Semua mengamati
Semua menghakimi

Namun,
Semua pula yang tak peduli
Untuk menghentikan
Untuk menyudahi
Dan untuk merasa peduli

Bullying jadi legenda
Legenda fisik yang terluka
Legenda moral yang terkoyak
Legenda sosial yang tercabik-cabik

Sepertinya harus waspada
Sepertinya harus dihentikan
Agar tidak lagi dimulai
Agar segera dihentikan
Dengan kunci keimanan
Dengan alat kasih sayang
Dengan sarana persatuan
Karena kita satu naka-anak negeri
Yang ingin bangkit
Dari keterpurukan


Kekerasan
(karya : Devyana Rianti Ningrum)
Kelas VII.2

Himpitan ekonomi
Desakan naluri
Sesaknya moral
Rusaknya peradaban
Pemicu kekerasan
Membuat hidup laksana bara
Membuat hati laksana Sang sangkala

Kacau diri merajalela
Tak kenal siapa di muka
Tak tahu siapa yang ada
Dalam rumah
Sang suami melempar tangan di muka
Sang istri melontar kata kasar di telingga

Anak yang terluka jadi teraniaya
Tertekan dalam hidup penuh amarah
Ada kekerasan di dean mata
Tak kuasa berlari karea tak bis memilih
Hanya airmata penanda gelisah


Masih Ada!

(Karya Shinta Carolin VIII.2)

Kekerasan dalam pendidikan
Kini merajalela
Kekerasan dalam sekolah
Kini makin bergelora

Derai airmata
Jeritan di hati
Tak bisa terungkapkan

Selalu ditindas,
Selalu diacuhkan
Oleh semua yang ikut serta

Tak ada yang suka
Ada yang selalu merasa dikucilkan
Oleh teman-temannya
Ada yang selal dilecehkan
Oleh keadaan

Arogansi Kakak kelas atas nama senior
Lingkungan sekitar atas nama keadaan
Tak ada belas kasih
Tak ada uluran tangan
Karena semua tak berpihak


Tangisan para Pelajar
(karya Yulia Fransisca)


Begitu banyak airmata
Terbuang sia-sia
Kekerasan yang melanda
Awal terpuruknya pendidikan

Pelajar-pelajar yang tak berdaya
Menjadi sasaran keadaan
Begitu banyak nyawa
Melayang karena tak lindungan

Aku hanya bisa berkata
Adakah keadilan untuk mereka yang teraniaya

Mengapa semua itu harus terjadi
Pada pelajar- pelajar kami
Haruskah mereka menerima kekerasan ini

Oh Tuhan
Lindungi pelajar kami
Yang tidak berdaya ini
Ampunilah dosa-dosa yang telah mereka perbuat


Tentang Aku
(Karya Irmawati)

Begitu kejam hidup ini
Sekejam hari-hari yang kukira
Sangat indah malah hari
Yang paling menyakitkan bagiku

Sudah lama kuberharap
Agar semua cepat berakhir
Namun kesakitan ini
Tak kunjung reda


Aku tahu semua ini
Akan berakhir tapi
Kapan - kapan semua
Akan berakhir


Dimana Tempatku?
(Karya Mifta Huljanah)

Dimana aku berada
Disitulah aku melihatnya
Aku seoramg pelajar
Ingin menjadi anak pintar

Tetapi lingkungan ini
Dan sekolah lainpun sama
Terdapat dan terlihat kekerasan
Tetapi itu bukan masalah

Aku akan tetap belajar
Supaya menjadi terpelajar
Semoga menjadi orang pintar
Hingga cita –cita tercapai


Derai Airmata
(Karya Fia Riyana.A VIII.5)

Berderai air matanya
Satu per satu menetes
Membasahi pipinya
Ketika kekerasan menerpa dirinya
Disaat dia menuntut ilmu

Namun apa daya
Dia hanya bisa terdiam
Menatapi kepedihannya
Dan menahan rasa sakitnya

Mengapa kekerasan harus
Menerpa dirinya
Akankah kekerasan akan
Hilang dari hidupnya

Oh… Tuhan
Bantulah dirinya
Agar lepas dari kekerasan ini
Agar dia bisa menuntut
Ilmu dengan tenang

Oh…Tuhan
Ubahlah kekerasan itu
Menjadi sebuah senyuman
Baginya
Untuk s’lamanya


Atas Nama Kekerasan
(Karya Ummi Sulis VIII.2)

Kita sebagai siswa
Sering melihat kekerasan
Baik fisik maupun non fisik
Yang sering terjadi di sekolah

Entah kapan semua itu harus berakhir
Kita semua sebagai generasi muda
Harus menjadi generasi muda
Harus menjaga budaya Indonesia

Bukan dengan kekerasan
Bila hal itu terjadi
Terus menerus
Dan tak pernah berakhir

Maka kita akan
Tercoreng dari mata dunia
Hindarilah kekerasan
Bawalah kedamaian


Dunia Ini Ada Kekerasan
(Karya Dwi Jayanti Nur Rohmi)

Haruskah……….
Kekerasan harus terjadi
Di dalam dunia pendidikan

Haruskah………..
Guru-guru mendidik anak muridnya
Dengan menggunakan kekerasan

Kekerasan yang terjadi
Melalui perkataan maupun fisik
Apakah dengan kekerasan
Mereka bisa mendidik kami

Apakah kekerasan……………
Harus selalu diberlakukan
Baik di dalam pendidikan
Maupun pertemanan…………

Seharusnya kekerasan itu
Dapat diberantas
Dan tidak kembali lagi
Ke dalam kehidupan


JERITAN HATI
(Karya : Fitri.A.N)

Hari-hariku begitu mencekam
Tiada hari bagiku
Menakutkan, semuanya itu
Tiada yang mengenakkan

Andai saja tubuh ini
Bisa menjerit pasti dia akan menjerit
Andai saja hati bisa merintih
Pasti dia akan merintih kesakitan

Kapan semua siksaan
Ini berakhir dari rumah
Ku mengadahkan wajah ini
Untuk masa depan yang indah

Namun apa dikata nasibku
Seperti ini, bukan mendapatkan
Pendidikan malah mendapatkan
Walau jalan masih panjang
Terkadang terlintas rasa
Untuk PUTUS ASA


Kecewa
(Karya Diah Ayu Choirunnisa)

Banyaknya…….
Kekerasan di dunia pendidikan
Banyaknya…….
Kekerasan di dalam sekolah

Bercucuran air mata
Para siswa menjerit dalam hati
Kekerasan dalam sekolah
Semakin marak

Kekecewaan para guru-guru
Kekerasan dalam sekolah semakin merata
Kekecewaan orang tua siswa
Kegelisahan orang tua dan siswa semakin menjerit

Akankah kekerasan ini dapat punah?
Akankah kekerasan ini tidak terulang kembali?
Mungkinkah maraknya kekerasan dapat terhindari ?

Ya Tuhan………..Akankah kekerasan ini akan hilang?
Ataukah akan terus berlanjut


HATI YANG TERLUKA
(Karya : Lilis Sri Nurmala Sari)

Niatku ingin menuntut ilmu
Demi masa depanku yang indah
Namun kini
Itu semua terkubur bersama mimpiku

Semua itu tak seperti yang ku kira
Inginnya ku mendapat pendidikan
Malah siksaanlah
Yang kudapat

Kekerasan selalu mendera
Dalam hidupku
Kapan kekerasan
Itu hilang dalam hidupku

Ku ingin semua berakhir
Ingin kulupakan semua
Namun rasa sakit dihati
Tak bisa hilang

Inilah akhir dari
Hati yang terluka
Semoga semua berjalan
Seperti yang kuharap


Ini Kisahku
(Karya : Nevia Shinta)

Senin, 28 Juli 2008 awal aku masuk sekolah aku sangat senang
Aku sangat senang bisa sekolah
Karena aku hanya orang miskin
tidak seperti orang lain yang hidup selalu senang

Setiap hari aku sekolah dengan sepedaku
Yang sederhana tanpa mengenal rasa lelah
Tetap semangat untuk belajar

Aku hanya manusia biasa mempunyai cita-cita
Banyak cobaan yang ku alami yang begitu menyakitkan
Teman-temanku membenciku
Hanya karena aku miskin,
Hampir setiap hari aku menerima kekerasan ,hinaan, dan celaan

Tapi aku harus kuat menahan ini semua
Karena aku tahu
Ini semua pasti
Awal dari keberhasilanku
Aku menjadi orang sukses

Dan aku membela menolong dan membantu
Kaum yang lemah
Agar jangan
Mendapat kekerasan , hinaan dan celaan
Yang seperti aku alami



CAHAYA HIDUP YANG HILANG
(Karya : Dwi Agustiani)

Hilang sudah kebebasanku
Hilang sudah keceriaanku

Kini yang tersisa hanyalah
Hitam pekat dalam hidupku

Entah kemana perginya
Cahaya hidupku
Yang kini ada hanya
Diriku yang tak berdaya
Diriku yang lemah

Aku hanya bisa meratapi hidup
Karena mendapatkan perilaku
Yang tak seharusnya ku dapatkan

Perilaku yang membuatku menjadi begitu sakit
Kekerasan, ya kata yang tepat untuk
Kejadian yang sedang kualami ini


Dalam Dilema
(Karya : Rahmawati)

Dan janganlah….
Engkau membuat kekerasan
Karena itu merusak pendidikan

Hindarkanlah……….
Kekerasan dalam dunia pendidikan
Dan jadikan pendidikan nomor satu

Janganlah…………
Engkau merusak dunia pendidikan
Karena pendidikan sangat penting

Janganlah…………….
Engkau menanam kekerasan
Tanamlah persaudaraan

Dan tanamlah……………
Persaudaraan agar menjadi anak
Yang berguna bagi nusa dan bangsa


KISAHKU
(Karya : Mia Budi Handayani)
Kelas : VIII-2

Hari-hari di sekolah
Begitu indah, seindahnya
Cita-citaku namun semua
Cita-citaku sudah terkubur

Orang yang seharusnya
Memberi pendidikan
Padaku malah siksaan
Lah yang dia berikan padaku

Sakit hati ini bila ku ingat
Apa yang telah dia lakukan
Padaku kapankah penderitaan
Ini akan segera berakhir

Tanda Tanya besarlah
Yang ada dalam hidupku
Sekarang aku ingin semoga
Semua segera berakhir


Stop ! BULLYING
(Karya : Selawati)
Kelas : VIII-2

Oh……….Guru……….ku
Kau adalah pahlawan
Tanpa tanda jasa
Tapi kenapa kau
Melakukan dengan
Kekerasan………..

Jangan kau membimbimg
Kami dgn kekerasan
Kami tahu kau melakukan
Itu kedisiplinan kami

Tapi caramu salah
Itu semua membuat
Kami tertekan

Bahwa…………..
Ada yg membuat kami tak berdaya
Kau adalah pelatih dan pembina
Tolong rangkul kami
Dengan kelembutan yang indah


Kita bukan Kita
(Karya M. Rezanesa Descarian)

Jalan ini penuh sesak oleh airmata
Airmata pengiring sahabat tercinta
Laksana lagu ada irama dalam tangisnya
Karena sahabat tak pantas ada di sana

Kau terlanjur ada dan memaksa
Ketika tak kau beri apa yang kau punya
Kau tertegun tak percaya
Ketika tangan kukuh mengangkat wajah
Menghantam dada dan kepala

Tak ada kata untuk menjawab
Tak ada waktu untuk melawan
Tak ada tenaga untuk membalas
Karena dikeliling ada perisai lawan
Membuat ciut nyali diraga

Walau dalam daerah yang berkawan
Semua dibilang atas nama pendidikan
Semua dikata atas nama pembinaan
Pukulan tak pernah diajarkan
Bentakan tak pernah ditugaskan
Hantaman tak pernah dikurikulumkan
Tapi ada ujian
Untuk nilai disiplin dan peraturan


Mau Tauran?
(Karya Adisti Permita)

Pagi ini amatlah cerah
Kubuka jendela dan terbentang suasana
Pagi yang indah untuk semua kawan di dunia
Berpacu menuntut ilmu dan cita

Langkah kita hai kawan
Panjang dan penuh aral
Mari isi dengan segala
Ilmu yang sempurna
Dan bakti untuk negara

Jauhkan hai kawan dari kesesatan
Yang menorehkan luka untuk ibunda
Maukah kawan untuk tauran?
Hal yang tak berguna tak ada dalam cerita
Marilah kawan tinggalkan kekerasan
Ucapkan pada dunia kata yang luar biasa

Say No To Bullying
Karena itu kan sia-sia
Untuk langkah yang kita punya
Untuk martabat bangsa yang tertanam di dada

Kawan
Mau tauran?
Setelah banyak yang hilang
Keriangan,
Kesenangan,
Dan kawan-kawan yang tak bersalah


Kekerasan?!!
(Karya : Tities Putri)


Kekerasan....
Apa yang membuatmu timbul?
Apa yang membuatmu ada?
Apa yang membuatmu merajalela

Orang kejamkah?
Orang gilakah?
Orang tak berpendidikankah?
Orang isengkah?

Seribu satu jawaban kunanti
Karena aku ingin semua ini lenyap
Hilang, pergi, hancur selamanya
Hingga tak ada lagi kekerasan mewabah
Karena kita masih manusia
Jangan sampai berjiwa binatang


Apa peyebabnya?
(Karya : Tities Putri)

Anak-anak kecil kini banyak jadi mangsa kekerasan
Tanpa alasan tanpa penyebab
Mungkinkah kelalaian orangtua
Yang tak memberi ajaran nilai?

Kutanya pada semua yang mendengar
Pada semua yang merasa
Apa penyebabnya?
Karena akan aku catat sebagai doa

Yah doa untuk orang-orang yang di sana
Yang memakai kekerasan sebagai senjata
Agar mereka dapat berhenti
Untuk mengusir kekerasan
Dalam dirinya
Semoga....?

Cerita Pagiku
(Karya : Tities Putri)

Tamaran-tamparan sering singgah di pipiku
Cacian dan makian jadi bumbu sesudahnya
Oleh mereka yang tak suka aku ada
Walau aku tak meminta

Hidup nyaman kini jadi angan
Hidup tentram kini jadi idaman
Karena detik yang kulalui
Harus ditebus dengan makian

Back Home Pasien Covid

Good bye Wisma Atlet Hari ke-14 di Wisma Atlet "Menunggu Surat" Senin, 4 Januari 2021 Ini hari ke-14 di Wisma Atlet. Katanya kami ...