MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA TEKS
FABEL
DENGAN MUATAN PERSATUAN DAN KESATUAN
Modul Pembelajaran
Penulis
Seni Asiati, M.Pd
Guru Bahasa Indonesia SMPN 231 Jakarta
Prakata
Alhamdulillah,
dengan mengucapkan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wata'ala, buku yang ditulis dengan tujuan memberikan masukan dalam model dan
strategi dalam pembelajaran bahasa Indonesia terselesaikan dengan baik. Penulis
yakin masih ada kekurangan dalam mengembangkan model pembelajaran sesuai
tuntutan Kurikulum 2013. Buku ini memuat Kompetensi Dasar dan Indikator
Pencapaian Kompetensi yang penulis sesuaikan dengan muatan persatuan dan kesatuan.
Ada berbagai hal yang perlu dipahami oleh guru
bahwa buku ini bukan buku teks pelajaran melainkan buku pengayaan untuk
mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam bentuk pengembangan model-model
pembelajaran. Guru mengupayakan untuk melakukan
penguatan dalam pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik
pada setiap pembelajaran; guru dapat menggunakan media yang sesuai pada setiap
pembelajaran; guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan; serta guru melibatkan semua peserta didik
dalam proses pembelajaran.
Proses
pendidikan tidak hanya menjejali peserta didik dengan berbagai teori secara akademis,
yang melahirkan peserta didik yang cerdas dan terampil. Proses pendidikan harus
mampu membangun peserta didik yang memiliki nilai-nilai dan karakter hidup yang
baik, menyadari hak dan kewajibannya, serta memiliki perilaku atau akhlak yang mulia
terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Untuk itulah perlu adanya muatan yang
dapat menanamkan karakter yang kuat bagi peserta didik.
Semoga kehadiran buku ini dapat memberikan kontribusi yang terbaik bagi
kemajuan dunia pendidikan, khususnya bagi mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Penulis
Daftar Isi
Prakata ................................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................
Daftar
Tabel ................................................................................................................
Daftar
Gambar
...............................................................................................................
Peta
Konsep
A. Pendahuluan
B. Kompetensi Dasar
dan Indikator Pembelajaran Teks Fabel
C. Pendekatan
Saintifik dalam Pembelajaran Teks Fabel
D. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Teks Fabel
E.
Tujuan
Penerapan Pembelajaran dengan Muatan Persatuan dan Kesatuan
F.
Implementasi
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Muatan Persatuan dan Kesatuan pada
Pembelajaran Teks Fabel
Glosarium
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
Daftar
Tabel
Tabel 1
Kompetensi Inti Pengetahuan dan
Kompetensi Inti Keterampilan
Tabel 2 Kompetensi
Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Teks Fabel
Tabel 3 Telaah
Struktur Teks Fabel
Tabel 7 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis
Masalah pada Teks Fabel
Tabel 8 Telaah
Teks dengan Muatan Persatuan dan Kesatuan pada Teks Fabel
A. Pendahuluan
Kurikulum
2013 yang telah diberlakukan saat ini harus dapat mendorong peserta didikuntuk
belajar mengeksplorasi kemampuan dan rasa keingintahuannya terhadap ilmu
pengetahuan. Kegiatan belajar diartikan sebagai suatu proses pendidikan yang
bertujuan mengubah sikap peserta didikberdasarkan aspek spiritual, aspek sikap
(afektif), aspek pengetahuan (kognitif), dan aspek keterampilan (psikomotor) peserta
didik menjadi lebih baik melalui kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Kurikulum
2013 bertujuan untuk mendorong peserta didik agar lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, bernalar, dan mempresentasikan apa yang mereka peroleh
atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Objek yang menjadi
pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada
fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Kemampuan
yang dihasilkan melalui proses belajar akan diperlukan oleh peserta didik tersebut
untuk kehidupannya dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada
kesejahteraan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, suatu kegiatan
pembelajaran seharusnya mempunyai arah menuju pemberdayaan semua potensi peserta
didik agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan.
Untuk
mewujudkan hasil belajar yang telah ditentukan, dibutuhkan keterlibatan peran
guru di dalamnya. Kunci keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 adalah guru.
Peran guru ini sifatnya strategis karena guru berhadapan langsung dengan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu menjadi fasilitator dan
motivator bagi peserta didik agar mereka senang dalam pelajaran dan ilmu
pengetahuan.
Buku ini memberikan
uraian tentang strategi dan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran teks narasi fabel dan praktik untuk mengembangkan ide dalam teks
narasi fabel. Pembelajaran bahasa Indonesia selalu bersentuhan dengan teks,
tetapi pembelajaran berbasis teks baru dikenalkan dalam kurikulum 2013. Dari
implementasi pembelajaran berbasis teks
dengan pendekatan saintifik, diharapkan mampu memberikan warna baru
dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan relevan dengan era milenial sekarang. Kompetensi dalam pembelajaran berbahasa
merupakan kemampuan produktif, artinya peserta didikmampu menghasilkan karya
yang diharapkan bermanfaat bagi peserta didik, baik manfaat akademik maupun
sosial ekonomi.
Model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses yang menyatakan bahwa prinsip pembelajaran yang
digunakan:
1. dari
peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. dari
guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
belajar;
3. dari
pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;
4. dari
pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. dari
pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. dari
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari
pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan
dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
10.
pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso
sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11.
pembelajaran yang berlangsung di rumah
di sekolah, dan di masyarakat;
12.
pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa
siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja
adalah kelas;
13.
Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14.
Pengakuan atas perbedaan individual dan
latar belakang budaya peserta didik.
Untuk
itu guru perlu kiranya memahami model pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang diajarkan. Guru dapat menggunakan media dan sumber pembelajaran alternatif
yang tesedia di lingkungan sekolah disertai kearifan lokal yang diterapkan di
daerahnya.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran
Teks Narasi Fabel
Kurikulum 2013 kompetensi
dinyatakan dalam KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar). Kompetensi
Inti (KI) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai SKL (Standar Kompetensi
Kelulusan) yang harus dimiliki peserta didik pada setiap tingkat kelas yang menjadi
landasan pengembangan kompetensi dasar.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual,
yaitu “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan
Kompetensi Sikap Sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi,gotong royong), santun, dan percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan
kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat
digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik
lebih lanjut.
Tujuan kurikulum mencakup empat
kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3)
pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Berikut
adalah Kompetensi Inti pengetahuan dan Kompetensi Inti keterampilan;
Tabel 1 Kompetensi Inti Pengetahuan
dan Kompetensi Inti Keterampilan
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan)
|
Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
|
3.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena
dan kejadian tampak mata
|
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
|
Sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
guru harus mengetahui Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang terdapat di
dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII ( lihat
Permendikbud No. 37 tahun 2018). Guru membuat Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK) yang disesuaikan dengan ranah pengetahuan dan keterampilan yang ingin
dicapai dan pengembangan silabus.
Berikut Kompetensi Dasar dari materi teks narasi fabel
serta contoh Indikator Pencapaian Kompetensi dengan muatan persatuan dan kesatuan.
Guru dapat mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi disesuaikan dengan
memperhatikan kondisi daerah, kearifan lokal, dan sarana serta prasarana di
sekolah. Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan diri dengan penggunaan
model pembelajaran dan strategi
pembelajaran yang bervariasi dari guru.
Tabel
2 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompentensi
Kompetensi
Dasar (KD)
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK)
|
3.11
Mengidentifikasi
informasi tentang fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar.
3.12
Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/ legenda
daerah setempat yang dibaca dan didengar
|
3.11.1 mengidentifikasi informasi yang menjadi ciri unsur cerita
fabel/legenda dengan muatan persatuan dan kesatuan pada teks yang
dibaca/didengar;
3.11.2 Memerinci kata/kalimat sebagai ciri cerita fabel/legenda dengan muatan persatuan dan
kesatuan pada teks yang dibaca/didengar;
3.11.3 Menunjukkan cerita fabel/legenda yang
memuat cerita tentang persatuan dan kesatuan.
3.12.1 membedakan karakteristik
bagian-bagian struktur cerita fabel/legenda;
3.12.2 menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda dengan muatan persatuan dan
kesatuan;
3.12.3 melengkapi cerita
fabel/legenda sesuai struktur
dan kaidah bahasa yang
berwawasan kesatuan dan persatuan;
3.12.4 menentukan dan
memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca/ejaan pada teks cerita fabel/legenda yang
dibaca;
3.12.5 Mengaitkan cerita fabel dengan semangat
cinta tanah air dan persatuan bangsa di masa sekarang.
|
4.11
Menceritakan
kembali isi fabel/ legenda daerah setempat
4.12
Memerankan isi
fabel/ legenda daerah setempat yang
dibaca dan didengar
|
4.11.1 Menyesuaikan ragangan isi cerita fabel/legenda dengan muatan persatuan dan kesatuan;
4.11.2 menceritakan kembali cerita fabel/legenda
yang dibaca dan didengar dengan muatan persatuan dan kesatuan serta memperhatikan
pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/ tanda
baca/ejaan;
4.12.1 Mengubah isi cerita fabel dengan
mengaitkannya dengan muatan persatuan dan kesatuan berdasarkan ragangan
cerita yang telah disusun;
4.12.2 memerankan isi
fabel dengan intonasi, gestur, dan aspek pemeranan lain yang sesuai dengan teks yang berkaitan dengan muatan
persatuan dan kesatuan.
|
C. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Teks Fabel
Pembelajaran bahasa
Indonesia dalam kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. pendekatan yang mampu membudayakan peserta
didik untuk belajar secara aktif dengan mengasah afektif dan mengembangakan
kognitif tingkat tinggi. Pendekatan yang
dimaksud adalah pendekatan saintifik. Penerapan pendekatan saintifik di
kurikulum 2013 dan kontekstual untuk memperoleh kemampuan kreatif melalui
proses mengamati (observing), menanya
(questioning), mengeksplorasi (explorating),
mengasosiasi (associating), dan mengomunikasikan (communicating)
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan siswa.
Berikut strategi dalam pembelajaran teks
fabel dengan pendekatan saintifik.
1.
Pembelajaran
Teks Fabel dengan Membandingkan Teks Model
Berikan beragam teks model untuk memahami isi
bacaan dan mengonstruksi bacaan. Teks yang diberikan adalah teks yang sesuai
dengan tahap tumbuh kembang anak.
Kegiatan mengamati :
peserta didik membaca teks yang disiapkan oleh guru. Guru memberi kesempatan pada peserta didikuntuk
mencari tahu lebih banyak. Secara bergiliran peserta didik membaca teks dan peserta
didik lain mendengarkan. Guru meminta peserta
didik untuk membaca satu paragraf dan bergiliran paragraf berikutnya dengan peserta didik lain. Strategi
ini dapat menumbuhkan keterampilan berbicara siswa. Guru juga harus menyiapkan beragam teks
sebagai model. Teks fabel dengan muatan persatuan dan kesatuan dapat menjadi
bahan diskusi dalam pembelajaran teks narasi fabel. Siapkan lembar kerja yang
digunakan sebagai instrumen untuk mennelaah struktur teks fabel. Perbandingan
teks model ini dapat menggali struktur teks narasi fabel dengan terukur.
Arahkan peserta didik untuk berdiskusi mengenai isi teks narasi.Berikut
beberapa contoh teks model sebagai contoh.
Teks 1
Kupu-Kupu Berhati Mulia
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut
berjalan-jalan di taman. Ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat
taman yang indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang
yang berada di taman itu.
Ia
melihat sebuah kepompong di atas pohon. Sang semut mengejek bentuk kepompong
yang jelek yang tidak bisa pergi ke mana-mana.
“Hei,
kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu.
Ayo jalan-jalan, lihat dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu
patah?”
Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi
ke tempat ia suka. Bahkan, sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar
dari tubuhnya. Sang semut merasa bahwa dirinya adalah binatang yang paling
hebat. Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut.
Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman
itu. Karena hujan, di mana-mana terdapat genangan lumpur. Lumpur yang licin
membuat semut tergelincir ke dalam lumpur. Ia terjatuh ke dalam lumpur. Sang
semut hampir tenggelam dalam genangan itu. Semut berteriak sekencang mungkin
untuk meminta bantuan. “ Tolong, bantu aku! Aku mau tenggelam, tolong…,
tolong….!
Untunglah saat itu ada seekor kupu-kupu yang terbang
melintas. Kemudian, kupu-kupu menjulurkan sebuah ranting ke arah semut.
“Semut,
peganglah erat-erat ranting itu! Nanti aku akan mengangkat ranting itu.”
Lalu, sang semut memegang erat ranting itu. Si
kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang aman.
Kemudian, sang semut berterima kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah
menyelamatkan nyawanya. Ia memuji kupu-kupu sebagai binatang yang hebat dan
terpuji.
Mendengar pujian itu, kupu-kupu berkata kepada semut.
“Aku adalah kepompong yang pernah diejek,” kata si kupu-kupu. Ternyata,
kepompong yang dulu ia ejek sudah menyelamatkan dirinya.
Akhirnya, sang semut berjanji kepada
kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di
taman itu. (https://www.teks-cerita-fabel/diunduh Sabtu, 6 Juli 2019).
Teks ke-2
Beni yang Malas
(Bunda
NaRa)
Pagi itu sinar mentari belum menampakkan
diri. Beni beruang hitam tidur di bawah pohon. Matanya masih mengantuk dan
badannya yang besar berbulu hitam terlihat tertidur di dahan pohon beringin tua di depan rumahnya di pinggir
hutan.
Pagi
itu suasana hutan masih belum ramai hanya burung-burung pipit kecil sudah
bertengger di dahan-dahan pohon dan terlihat asyik bercerita dengan temannya.
Rumah
Juned jerapah yang terletak di depan pohon tempat Beni tidur saja belum tampak
ada tanda-tanda kalau penghuninya sudah bangun. Juned jerapah selalu bangun
ketika Opik si burung onta sudah lewat depan rumahnya dan selalu berteriak
memanggil Juned jerapah untuk mengambilkan daun-daun muda.
Angin pagi
waktu itu berhembus pelan dan sejuk, sehingga membuat Ken kancil yang baru bangun tidur merebahkan diri lagi di tempat tidurnya. Tak lama Ken kancil pun
tertidur lagi. Rumah Ken kancil pun belum sempat dibersihkan.
Piring-piring kotor berserakan di meja makan. Semua penghuni hutan terlihat
masih bermalas-malasan padahal hari sudah pagi. Pita pipit kecil dan teman-temannya sudah sibuk berkicau
membangunkan penghuni hutan.
“Aduh
bagaimana ini semua penghuni hutan masih belum bangun.” Pita pipit kecil
mengeluh. Pita tahu bahwa teman-temannya malas bangun pagi. Padahal kalau kita
bangun pagi pasti tubuh jadi segar dan sehat. Sudah sering Pita mengatakan itu
pada teman-temannya penghuni hutan. Pita pipit sangat suka bangun pagi karena
udara masih segar dan embun-embun di daun membuat Pita bersemangat.
Beni masih tidur dengan nyenyaknya tidak
dihiraukannya seruan ibunya untuk bangun dan membersihkan rumah. Kemarin Beni
membuat layang-layang bersama Juned jerapah dan Muji musang. Banyak
layang-layang dibuat Beni beruang dan Juned jerapah sebagian layang-layang
sudah mereka mainkan dan sebagian terlihat berserakan di teras rumah dan di
kamar Beni beruang. Selain itu sisa-sisa kertas untuk membuat layang-layang
bertebaran di seluruh ruangan, benang gelasan, dan lem memenuhi rumah Beni.
Tadi malam ibu sudah mengingatkan Beni untuk membersihkan semua itu dan Beni
beruang yang kelelahan berjanji akan membersihkannya esok hari. Pagi-pagi ibu
sudah membangunkan Beni dengan menyiram wajah Beni beruang dengan air. Beni
dengan terpaksa bangun dan mengambil sapu lidi yang disodorkan ibu. Namun,
setelah ibu pergi ke pasar, Beni beruang tidur lagi benar-benar malas.
“Beni, bangun.!” Suara Pita si burung pipit di
telinga Beni. Suara Pita yang nyaring membangunkan Beni yang masih mengantuk.
Pita tahu kalau tidak segera dibangunkan pekerjaan Beni beruang akan
terbengkalai dan ibu Beni akan marah.
Pita
pipit kecil adalah sahabat Beni beruang. Bila Beni beruang bermain
layang-layang Pita akan membantu Beni beruang menerbangkan layang-layang dengan
menjepit ujung layang-layang dan membawanya terbang. Ketika angina sudah
berhembus layang-layang Beni beruang akan dilepaskan Pita pipit dan
layang-layang itu akan mengangkasa.
“Ada
apa sih Pit, kamu mengganggu saja.” Kata Beni, kembali menutup matanya
kembali ketika tahu yang membangunkan
dirinya dari tidur yang indah adalah Pita sahabatnya. Burung pipit kecil yang
selalu cerewet kalau melihat teman-temannya di hutan masih bermalas-malasan.
Pita pipit senang bersahabat dengan Beni beruang karena Beni sangat baik dan
jujur. Selain itu Beni suka membantu teman yang kesusahan.
“Beni,
lihat pekaranganmu masih penuh sampah, lem dimana-mana dan plastik bekas
layang-layang menumpuk.” Pita mematuk plastik sampah dan melemparkan ke tempat
Beni tidur. Pita pipit memang marah tapi ia terlihat sibuk memunguti sampah
kertas dan menempatkannya di tong sampah.
“Pita,
sudahlah nanti kamu dimarahi.” Kata Dudung monyet sambil asyik makan pisang
ambon kesukaannya. “Pita lebih baik kita petik pisang di pinggir hutan sudah
banyak yang matang.” Dudung monyet mengajak Pita.
Pita
pipit masih sibuk membangunkan sahabatnya Beni beruang dengan cara mendekatkan
mulutnya ke kuping Beni dan terdengar suara Pita yang merdu. Rupanya Pita
membangunkan Beni beruang sahabatnya dengan nyanyian burung pipit yang
terdengar merdu. Wah mendengar suara Pita pipit jangankan bangun, Beni beruang
malah tambah mendengkur.
“Hahahahahaha,
Pita, Pita lihat Beni beruang malah semakin nyenyak tidurnya.” Dudung monyet
tertawa sambil memegangi perutnya melihat Beni semakin nyenyak tertidur.
“Dung,
kalau sampah berserakan seperti ini, nanti mengundang lalat dan kuman.” Pita si
burung pipit yang cantik menerangkan pada Dudung bahayanya sampah bagi
kesehatan. Pita terlihat sudah putus asa karena sahabatnya tidak bangun-bangun.
Suaranya sudah habis bernyanyi untuk Beni.
“Oh
begitu yah Pita, kalau begitu ayo kita bantu Beni membersihkan sampah yang
berserakan.” Dudung mulai memuguti sampah yang berserakan. Sampah kertas
layang-layang dan sampah benang menumpuk
dimana-mana. Pita pipit dan Dudung
monyet meninggalkan Beni yang masih belum bangun juga. Mereka
bersama-sama menuju pinggir hutan untuk memetik pisang yang kata Dudung monyet
sudah masak.
Sementara
itu Ken kancil terlihat sudah bangun dan membuka pintu rumah, matanya masih
mengantuk. Untuk mengusir rasa kantuknya
ia berjalan-jalan di hutan sambil berjalan Ken kancil melihat teman-temannya
yang akan diajaknya bermain layang-layang.
Sambil
berjalan Ken kancil berteriak-teriak,”Siapa yang tak kenal Ken kancil. Si
pintar, si cerdik, dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku”.
Kemarin layang-layang yang dimainkan Ken kancil selalu menang itulah sebabnya
hari ini dia membangunkan penghuni hutan dengan berteriak menyombongkan
dirinya. Ketika sampai di depan Beni beruang yang masih tertidur, Ken kancil
segera membangunkan Beni beruang.
“Beni
beruang bangun ayo kita main layang-layang lagi.” Suara Ken kancil terdengar
nyaring di telinga Beni beruang. Suara Ken kancil yang tepat di telinga membuat
Beni beruang terkejut dan terbangun. Penghuni hutan tahu kalau Beni beruang tak
pernah marah walaupun badannya besar hitam dan menyeramkan.
“Ken
kancil tidak usah teriak-teriak di telinga, aku dengar.” Kata Beni beruang
sambil duduk dan bersungut-sungut. Wajahnya yang hitam terlihat makin hitam
karena tidur nyenyaknya sudah terganggu.
“Kalau
tidak di telinga pasti kamu tidak akan bangun.” Ken kancil menjelaskan. Kali
ini ia duduk dekat Beni beruang yang masih setengah mengantuk.
“Ayo
kita bermain layang-layang lagi.” Ajak Ken kancil pada temannya yang memang sangat
senang bermain layang-layang.
“Aku
belum membersihkan rumah, Ken.” Suara Beni beruang terdengar lemah. Mata Beni
beruang mengitari sekelilingnya. Wajahnya terlihat cerah ketika dilihatnya
sampah yang harus dibersihkannya sudah tidak ada. Beni beruang tidak tahu kalau
sahabatnya Pita pipit yang membersihkan.
“Aku
lihat rumahmu sudah bersih Ben.” Kata Ken kancil.
“Iya
benar, wah ibuku memang baik hati yah.” Beni beruang langsung beranjak
mengambil layang-layang yang ia simpan di pojok pekarangan. Kemudian Beni
beruang dan Ken kancil pergi ke lapangan untuk menerbangkan layang-layang. Beni
beruang dan Ken tidak sarapan pagi. Mereka tidak menghiraukan perut yang belum
terisi makanan. Di lapangan sudah banyak berkumpul penghuni hutan yang memiliki
hobi sama dengan Beni dan Ken.
Sementara
itu di kebun pisang di pinggir hutan. Pita pipit dan Dudung monyet terlihat
asyik mengitari pohon pisang mencari pohon yang sudah masak.
“Wah,
ranum benar pisangmu!” teriak Pita pipit dari atas pohon pisang. Dudung monyet
yang sudah lebih dahulu di atas pohon pisang terlihat bangga. Pohon pisang itu
ditanam Dudung monyet dan dirawat dengan baik. Setiap panen Dudung monyet akan
mengundang teman-temannya para penyuka pisang untuk makan bersama. Pita pipit
sering diajak kalau pohon pisang Dudung monyet panen.
“Kamu
boleh makan sesukamu, Pit.” Dudung monyet mengambil satu tandan pisang yang
sudah kuning ranum dan memberikan pada Pita.
“Wah,
terima kasih yah, Dung. Kebetulan aku memang belum sarapan pagi. Kata Pita.
“aku
menanamnya sendiri. Sering aku ajak teman-teman untuk menanam, tapi mereka
sibuk bermain.” Dudung monyet mengeluh.
Aku boleh minta aku bawa untuk Beni?” Pita
pipit si burung kecil yang selalu mengingat Beni beruang yang pasti belum
makan. Satu, demi satu dimakannya pisang tersebut oleh Pita pipit tak lupa
kulit pisang dikumpulkan Pita dan dibuang di tempat sampah. Dibantu Dudung
monyet, Pita pipit membawa tandan pisang ke rumah Beni. Sepanjang jalan mereka
bertemu teman-teman yang duduk-duduk bermalas-malasan di depan rumah dan
meminta pisang yang mereka bawa. Juned jerapah tak luput meminta pisang yang
mereka bawa. Tanpa terasa pisang satu tandan yang mereka bawa dari kebun pisang
Dudung monyet tinggal satu sisir.
“Wah
kemana yah Beni beruang?” Tanya Pita pipit ketika dilihatnya Beni sahabatnya
tidak ada di rumah.
“Mungkin
Beni beruang sedang membersihkan rumah.” Kata Dudung monyet.
“Benar,
ayo kita masuk rumah Beni.” Pita mengajak Dudung untuk masuk ke rumah Beni
beruang.
Pita
pipit dan Dudung monyet hanya bertemu ibu dan bapak Beni beruang. Kedua
orangtua Beni juga tidak tahu kemana Beni bermain.
“Kami
pulang, Beni sudah tidak ada.” Kata ibu Beni.
“Anak
itu kerjanya hanya bermain saja, diminta membantu mencari madu ke hutan selalu
tak mau.” Bapak Beni terdengar mengeluh.
“Beni
suka lupa makan kalau sudah bermain layang-layang.” Ibu Beni menambahkan.
Pita
tahu Beni beruang sahabatnya pasti ke
lapangan untuk bermain layang-layang. Pita suka mengingatkan Beni jangan lupa
makan.
Tiba-tiba
terdengar suara rebut-ribut di luar rumah Beni beruang. Terlihat Beni beruang
digotong oleh penghuni hutan. Beni beruang memegangi perutnya sambil meringis
kesakitan.
“Aduh,
sakit.” Rintih Beni beruang.
Pita
dan Dudung segera keluar rumah. Beberapa teman mereka seperti Muji musang
menggotong tubuh Beni yang lumayan besar.
“Ada
apa ini?” Tanya Pita pada Juned.
“Aku
pun tidak tahu, tiba-tiba Ken kancil berteriak dan memanggilku.” Jawab Juned
jerapah.
“Ayo
dibawa masuk rumah.” Perintah ibu Beni beruang.
“Ibu
sakit perutku Bu.” Terdengar suara Beni yang merintih. Beni memegangi perutnya.
Rasanya
Pita tidak tega melihat sahabatnya mengaduh kesakitan seperti itu. Segeralah ia
pergi ke rumah Koko srigala yang menjadi dokter di hutan ini.
“Hanya
Pak Koko srigala yang bisa mengetahui
sakit apa Beni.” Gumam Pita dalam hati. Terbanglah ia dengan cepat menuju rumah
Koko srigala.
“Nah
Beni sekarang kamu istirahat, makan yang teratur jangan asyik main sehingga
lupa makan.” Pesan Pak Koko srigala. “Selain itu selalu menjaga kebersihan yah.
Buang sampah di tempatnya jangan berserakan.” Kali ini pak Koko srigala
mengedipkan mata pada Pita pipit.
Yah
tadi sebelum ke rumah Beni beruang, Pita pipit meminta pak Koko Srigala untuk
menasihati Beni beruang dan semua penghuni hutan agar menjaga kebersihan dan
membuang sampah pada tempatnya.
“
Tuh, benarkan apa kataku.” Kata Pita pipit pada Beni.
“Benar
apa Pit?” Tanya Muji musang dan Ken
kancil bersamaan.
“Kalian
sering lupa makan, malas bangun pagi, dan tidak menjaga kebersihan.” Kata Pita.
“Kata
siapa kami tidak menjaga kebersihan? Setiap hari kami mandi.” Kata Ken kancil.
“Bukan
mandi saja dalam menjaga kebersiha, tapi jangan membuang sampah sembarangan
karena sampah itu sumber penyakit.” Pita pipit menjelaskan.
Rupanya
Beni beruang sakit perut karena sering terlambat makan bahkan lupa makan.
Penghuni hutan tidak mau sakit perut seperti Beni. Pisang sesisir yang dibawa
Pita jadi bahan rebutan dan habis seketika. Pita pipit kecil dan Dudung monyet
tertawa senang. Apalagi penghuni hutan berjanji akan rajin bangun pagi dan
berolahraga. Mereka juga akan menjaga hutan dengan tidak membuang sampah
sembarangan. Kalau tidak mereka yang menjaga hutan siapa lagi.
Beni
beruang senang sekali memiliki sahabat sebaik Pita pipit yang baik hati dan
selalu mengingatkan. Beni beruang kini rajin membersihkan rumah dan tidak
membuang sampah sembarangan. Setiap pagi Pita pipit dan burung-burung pipit
lain bernyanyi di dahan dengan riang gembira mengiringi penghuni hutan
berolahraga. Kemudian mereka membantu Dudung monyet merawat kebun pisang.
Alangkah indahnya kebersamaan.
( http://www.bundaseni.blogspot.com).
Kegiatan
menanya: peserta didik dapat
bertanya jawab dengan peserta didik lain
atau guru apa yang membedakan kedua teks tersebut? Jawaban peserta didik dicocokkan
dengan apa yang terdapat di buku teks pelajaran mengenai struktur teks fabel. Pada kegiatan ini guru juga dapat menanyakan tentang isi bacaan dan peserta
didik saling melemparkan pendapatnya. Peserta didik dapat menanyakan mengenai
informasi yang tidak dipahami dalam teks. Selain itu guru juga dapat memberikan
pertanyaan yang mengarah pada telaah struktur teks. Ajak peserta didik untuk
mendiskusikan struktur teks. Berikut bahan diskusi yang dapat diberikan pada peserta
didik.
Diskusikan hal-hal berikut!
a) apa ciri orientasi?
b) apa ciri komplikasi?
c) apa ciri resolusi?
d) apa ciri koda?
Kegiatan
mengeksplorasi: peserta
didik dapat mencari tahu tentang
pertanyaan yang diajukan guru tentang struktur teks naratif fabel di buku-buku referensi di perpustakaan
atau di buku teks. Guru membimbing peserta didik untuk mengeksplorasi tentang telaah
struktur teks fabel. Kegiatan ini mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, dan
menghargai pendapat orang lain dalam kegiatan berdiskusi tentang struktur dan isi
teks fabel yang dibaca.
Kegiatan
mengasosiasi: Berikan
peserta didik kemampuan untuk menganalisis berdasarkan teks yang meliputi
struktur teks dan kebahasaan dalam teks. Peserta didik menemukan keterkaitan
dari beberapa teks yang dijadikan model untuk mencari tahu isi dan struktur
teks naratif fabel. Berikut kemungkinan jawaban peserta didik.
Tabel 3 Telaah Teks Febel
Teks
|
Peserta didik A
|
Peserta didik B
|
Peserta didik C
|
Peserta didik D
|
Teks ke-1
|
Ada tokohnya
|
Tokohnya binatang kupu-kupu dan semut
|
Tokohnya bukan manusia
|
Tokohnya hanya binatang.
|
Cerita dimulai dari kupu-kupu yang diejek
oleh semut
|
Kupu-kupu yang menolong semut
|
Kesombongan semut
|
Kupu-kupu yang penolong
|
|
Akhir cerita ada pesan kalau kita tidak
boleh sombong
|
Ada dialog antara tokoh yang diakhir pesan
untuk pembaca
|
Tokoh semut yang sombong akhirnya
mengetahui kalau hidup harus tolong menolong
|
Pesan yang disampaikan untuk pembaca agar
jangan sombong
|
|
Teks ke-2
|
Tokohnya seekor beruang, burung pipit,
kelinci dan beberapa binatang di hutan
|
Tokohnya binatang
|
Tokohnya beruang dan teman-temannya
|
Tokohnya para binatang
|
Cerita tentang seekor beruang yang bernama
Beni yang pemalas.
|
Cerita tentang seekor beruang yang selalu
bangun kesiangan
|
Ceritanya tentang burung pipit yang kesal
melihat hutan kotor dan teman-temannya yang pemalas
|
Ceritanya tentang kejadian di hutan dengan
tokoh utamanya Beni beruang yang pemalas
|
|
Cerita diakhiri dengan pesan untuk pembaca
agar tidak malas
|
Kita harus memperhatikan lingkungan karena
lingkungan yang kotor menyebabkan penyakit
|
Senangnya memiliki teman yang selalu
memperhatikan kita
|
Hidup rukun dan damai itu dengan saling
mengingatkan
|
Berikut
contoh lembar kerja untuk telaah struktur teks narasi fabel dengan kemungkinan
jawaban siswa.
Struktur teks fabel
|
Kelompok 1
|
Kelompok 2
|
Kelompok 3
|
Orientasi
|
Diawali dengan
menggambarkan latar
|
Diawali dengan tokoh-tokoh dalam cerita
|
Diawali dengan
latar dan kegiatan tokoh-tokoh dalam cerita
|
Komplikasi
|
terjadinya masalah
|
Ada masalah yang dialami tokoh
|
Ditandai dengan adanya masalah
|
Resolusi
|
masalah dapat diselesaikan
|
Pemecahan masalah
|
Masalah selesai oleh para tokoh
|
Koda
|
Pesan pengarang dalam cerita
|
Berupa kesimpulan, pesan atau amanat dari
penulis
|
Pernyataan penulis
tentang pelajaran apa yang dapat diambil
dari cerita
|
Telaah
tentang teks narasi dapat dilakukan dengan menganalisis teks berdasarkan ciri
khusus dari teks. Teks ke-1 dengan tokoh binatang mencirikan teks narasi fabel.
Sedangkan teks kedua merupakan cerita narasi dengan para pelakunya binatang.
Isi cerita yang berbeda memungkinkan peserta didik untuk menelaah pada ciri
khusus dan struktur teks.
Kegiatan mengomunikasikan: hasil telaah peserta didikdapat disajikan
di kelompoknya atau di depan peserta didiklain. Kegiatan ini dapat menjadi
bahan untuk lebih paham terhadap isi teks. Hasil dari pengamatan dan diskusi
yang disampaikan oleh tiap kelompok dapat mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar. Selain itu melatih keberanian untuk berbicara dan mengeluarkan
pendapat terhadap suatu informasi atau masalah dalam hal ini menelaah sebuah
teks.
2.
Pembelajaran
teks fabel dengan melengkapi isi cerita
Teks
cerita fabel dapat diajarkan dengan cara melengkapi isi cerita. Kegiatan
pembelajaran ini dapat mengembangkan penalaran peserta didikterhadap isi
bacaan. Media teks tetap digunakan. Perbedaannya ada pada teks yang
dirampungkan. Peserta didik dapat melanjutkan cerita dengan berdiskusi apa yang
dapat dimasukkan menjadi bagian dalam cerita.
Kegiatan mengamati: peserta didik membaca teks yang diberikan
guru. Teks tersebut belum selesai atau dirumpangkan pada beberapa bagian
cerita. Peserta didik ditugaskan menyelesaikan cerita fabel. Peserta didik membaca
dengan saksama contoh teks berikut.
Teks ke-1
Kisah Buaya Yang Serakah
Di pinggiran sungai ada seekor buaya yang sedang kelaparan, sudah tiga hari
Buaya itu belum makan perutnya terasa la sekali mau tidak mau hari ini dia
harus makan sebab kalau tidak bisa-bisa ia akan mati kelaparan. Buaya itu
segera masuk ke dalam Sungai ia berenang perlahan-lahan menyusuri sungai
mencari mangsa.
Buaya melihat seekor bebek yang juga sedang berenang di sungai, Bebek tahu dia
sedang diawasi oleh Buaya, dia segera menepi. Melihat mangsanya akan kabur
Buaya segera mengejar dan akhirnya Bebekpun tertangkap.
Ampun Buaya, tolong jangan mangsa aku, dagingku sedikit, kenapa kamu tidak
memang sa kambing saja di dalam hutan,” ucapnya seraya menagis ketakutan
“Baik, sekarang kau antar aku ke tempat persembunyian Kambing itu,”
perintah buaya dengan menunjukkan taring yang sangat tajam.
Berada tidak jauh dari tempat itu ada lapangan hijau tempat Kambing mencari
makan, dan benar saja di sana ada banyak Kambing yang sedang lahap memakan
rumput.
“Pergi sanah, aku mau memangsa Kambing saja,” Bebek yang merasa senang,
kemudian berlari dengan kecepatan penuh.
Setelah mengintai beberapa lama, akhirnya Buaya mendapatkan satu ekor anak
Kambing yang siap dia santap. “Tolong, jangan makan aku, dagingku tidak banyak,
aku masih kecil, kenpa kamu tidak makan gajah saja yang dagingnya lebih banyak,
aku bisa mengantarkan kamu ke sana.”
................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Teks ke-2
Rusa dan
Kura-Kura
Pada
zaman dahulu, hidup seekor rusa yang amat pemarah dan juga sombong. Ia bahkan
kerap meremehkan kemampuan hewan yang lain. Suatu ketika sang rusa berjalan di
pinggir danau. Ia tidak senjaga berjumpa dengan kura-kura yang tampak mondar
mandir saja. Melihat hal itu, sang rusa pun bertanya, “Kura kura, apa yang
tengah engkau lakukan?”
Mendengar
itu, sang rusa tiba-tiba marah, “Kau jangan berlagak. Kau hanya mondar mandir
dan berlagak mencari sumber kehidupan”.
Kura-kura
pun berupaya untuk menjelaskan akan tetapi rusa tetap saja marah. Rusa juga
mengancam akan menginjak tubuh kura-kura. Akhirnya, kura kura merasa jengkel
dan menantang rusa untuk adu kekuatan dari betis kaki mereka.
.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Kegiatan menanya: peserta didik melakukan tanya jawab seputar
isi dari cerita fabel.
Kegiatan mengeksplorasi: peserta didik menggali ide sebanyak-banyaknya
untuk merampungkan cerita fabel yang diberikan oleh guru.
Kegiatan mengasosiasi: peserta didik melakukan telaah isi dari
teks cerita fabel yang terimanya.
Kegiatan mengomunikasikan: peserta didiks ecara bergiliran bercerita
tentang teks cerita fabel yang belum selesai.
3.
Pembelajaran
teks fabel dengan cerita berantai
Tujuannya untuk melatih
kecepatan berpikir, sekaligus untuk membangun interaksi sosial yang kooperatif
di antara siswa. Kegiatan ini dapat dilakukan di luar kelas atau halaman
sekolah. Guru menyiapkan kertas karton yang berisi kalimat tentang sebuah
cerita.
Misalnya: di hutan yang
lebat hiduplah seekor harimau yang kelaparan.
Harimau itu terlihat
kurus sekali
Peserta didik akan
menggali kosakata yang dimiliki untuk merangkai sebuah kalimat.
Kegiatan
mengamati: Semua peserta didik
berbaris dan membentuk lingkaran. Guru mengawali sebuah cerita, kemudian
menepuk pundak peserta didik untuk melanjutkan cerita sesuai dengan jalan
pikirannya. Demikian seterusnya hingga semua peserta didikmendapat giliran bercerita.
Kegiatan
menanya: Setelah permainan
selesai, semua berkelompok beranggotakan 4 orang untuk melakukan diskusi,
tentang manfaat permainan cerita berantai tersebut bagi proses pembelajaran
teks fabel.
Kegiatan
mengeksplorasi: dalam kelompoknya peserta
didik mencari tahu apa ada kesalahan bercerita yang dilakukan peserta didiklain.
Kegiatan
mengasosiakan : peserta didik mencatat
apa saja cerita yang tidak runtut atau salah.
Kegiatan
mengomunikasikan: Kelompok yang sudah
selesai, meneriakkan yel-yel kelompoknya, kemudian membacakan pendapat
kelompoknya. Untuk memperlancar pembelajaran teks fabel ini, guru melengkapi
dengan lembar kegiatan siswa.
D.
Sintak Model Pembelajaran Berbasis Masalah
pada Teks Narasi (fabel)
Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga)
model pembelajaran utama (Permendikbud No. 122 Tahun 2016) yang
diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta
mengembangkan rasa ingin tahu.
Ketiga model tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning), model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project
Based Learning), dan model Pembelajaran
Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry
Learning). Disamping model pembelajaran di atas
dapat juga dikembangkan model pembelajaran Production Based
Education (PBE) sesuai dengan karakteristik pendidikan menengah
kejuruan. Model pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kerangka konseptual dan
operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan,
dan budaya.
Model pembelajaran Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat
menjadi salah satu model dalam pembelajaran teks deskripsi. Guru dapat memilih
model pembelajaran lain yang sesuai dengan materi pembelajaran. Guru perlu
mengembangkan model pembelajaran yang menjadi rujukan dalam kurikulum 2013
dengan sintaks yang sesuai.
Tabel 4 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis
Masalah pada Teks Narasi Fabel
Fase
|
Indikator
|
Aktivitas/Kegiatan Guru
|
1.
|
Orientasi peserta didikkepada masalah
|
Guru menginformasikan tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan hal-hal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, serta
memotivasi peserta didikagar terlibat dalam pemecahan masalah yang sudah
dipilih.
|
2.
|
Mengorganisasikan peserta didikuntuk belajar
|
Guru mengatur peserta didikdalam mengatur
tugas-tugas yang berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan
|
3.
|
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong peserta didikuntuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksaksanakan eksperimen, mencari penjelasan dan
solusi.
|
4.
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu peserta didikdalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai dengan seperti laporan, video, model, dan
membantu peserta didikuntuk berbagi tugas dengan kelompoknya.
|
5.
|
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
|
Guru membantu peserta didikmelakukan refeleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka
gunakan.
|
E.
Tujuan Penerapan Pembelajaran dengan Muatan Persatuan
dan Kesatuan
Muatan persatuan dan kesatuan
dalam pembelajaran dapat memberi pemahaman kepada peserta didik untuk menciptakan suasana yang aman, damai, dan
tenteram dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena setiap orang menunjukkan
sikap solidaritas, setia kawan, dan toleran yang tinggi. Pergaulan antar sesama
akan lebih akrab dan rukun.
Muatan ini juga dapat terwujudnya
kehidupan yang seimbang, selaras, dan serasi antarsesama. Peserta didik dapat bekerjasama dan saling tolong-menolong di kehidupan sehari
hari. Selain itu belajar untuk menjaga kerukunan dan menjalin silaturahmi. Agar
tidak timbul konflik dalam kehidupan bermasyarakat dan menghindari pertengkaran
dan permusuhan.
Muatan
persatuan dan kesatuan mengajarkan peserta didik untuk kuat menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah yang
tidak bisa diselesaikan sendiri. Kehidupan dengan orang lain hanya bisa
dijalankan lewat persatuan dan kesatuan. Tidak mungkin kita hidup bersatu tanpa
adanya rasa semangat rela berkorban; persatuan dan kesatuan.
Pengembangan karakter terhadap peserta
didik untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap bangsa dan negara dapat dilakukan
dengan memberikan peserta didik bacaan dengan muatan persatuan dan kesatuan. Salah satu
penerapan dalam pembelajaran adalah menggunakan teks-teks dengan muatan kebangsaan. Setelah peserta didikmemahami dan
dapat mengidentifikasi teks naratif berbentuk fabel, selanjutnya peserta didik dapat
diberikan teks yang isinya muatan persatuan dan kesatuan.
Contoh teks narasi fabel dengan muatan persatuan dan kesatuan. Guru
dapat mengambil dari contoh dalam cerita-cerita yang terdapat di laman GLN
Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa atau dari buku-buku cerita fabel.
Teks 1
Kalah
oleh Si Cerdik
(Atisah)
Di sebuah hutan ada
sumber air yang tidak pernah kering. Airnya jernih dan mengalir ke sebuah
telaga. Semua binatang yang menjadi warga di hutan itu minum dari sumber air
yang sama. Setiap golongan binatang sudah mempunyai jadwal tidak tertulis untuk
bergiliran minum. Pada saat itu kebetulan musim kemarau. Semua binatang merasa
sangat haus, tetapi tidak ada yang berani minum di luar jadwalnya. Semua
binatang taat pada aturan. Pada Suatu pagi yang cerah banyak binatang menuju
sumber air. Sesampainya di pinggir telaga mereka tidak mau turun. Airnya kotor
karena digunakan untuk berkubang oleh seekor badak.
Binatang-binatang
itu mengelilingi telaga. Mereka memperhatikan tingkah laku sang Badak. Tidak
satu pun yang berani menegurnya. Mereka takut karena Badak badannya besar dan
bercula. Di pihak lain, Badak merasa bangga menjadi pusat perhatian dan
tontonan. Ia tidak peduli pada binatang lain yang menahan rasa haus. Pada hari
berikutnya, Badak masih berada di telaga. Binatang-binatang lain sudah tak
tahan lagi ingin minum. Mereka bermusyawarah mencari jalan keluar supaya Badak
pergi dari telaga. “Teman-teman, bagaimana jalan keluarnya?” tanya Harimau.
“Hem, Babi Hutan, kamukan punya sihung, coba digunakan,” kata Kerbau. “Bukan
aku tak mau, tapi sihung-ku tidak akan kuat menembus kulit Badak. Bisa-bisa
sihung-ku rontok!” jawab Babi Hutan sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Hem, aku punya tanduk, tetapi …,” gumam Kerbau.
“Kerbau, Kerbau, kalau tak sanggup, bilang saja,” kata Monyet.
“He he, kamu? Berani, Nyet?” tanya Kerbau.
“Sama, ... takut,” jawab Monyet.
“Aku juga tak sanggup,” kata Kerbau.
“Kalau begitu, Ular
Sanca, jangan cuma bergantung di akar. Cepat cari cara untuk mengalahkannya,”
kata Burung.
“Aduh, aku minta
maaf. Aku tak sanggup. Dia begitu besar. Tubuhku tak akan bisa membelitnya,”
kata Ular Sanca.
Suasana menjadi
sepi sebab tidak ada lagi yang berani melawan sang Badak. Mereka hanya bisa
saling memandang. Tiba-tiba Harimau
berkata, “Jika kita tidak sanggup, kita minta tolong pada sang Kancil saja.
Walaupun badannya kecil, otaknya pintar.
Setuju?” “Setuju!” jawab binatang yang lain serempak.
“Bagaimana, Kancil?” tanya Harimau sambil melihat Kancil.
“Lo, kalian ini bagaimana? Tidak punya malu.
Aku ini tak punya kemampuan dan tidak punya kekuatan apa-apa,” jawab Kancil.
“Jangan pura-pura, Kancil. Kami percaya kamu
bisa mengalahkan si Badak,” kata Banteng.
“Ya, Cil. Kami percaya. Keluarkan kepintaranmu,” kata binatang yang
lain.
“Baiklah, akan kucoba asal kalian percaya,” kata Kancil.
“Kami percaya,” jawab binatang yang berkumpul
itu berpikir keras. Ia mencari cara yang tepat untuk mengalahkan Badak yang
badannya besar dan kuat. Ia berjalan mondar-mandir. Tiba-tiba ia tersenyum
sendirian. Ketika melihat Kancil tersenyum, binatang yang lain ikut senang. Itu
pertanda masalah mereka akan dapat diatasi oleh Kancil. Kancil segera pergi
menemui Badak. Pada saat itu sang Badak tengah berkubang.
“Selamat siang, Tuan yang sangat kami
hormati, yang gagah perkasa, yang tidak ada bandingannya. Hamba memberanikan
diri mengganggu kegiatan Tuan karena ada kabar penting yang perlu hamba
sampaikan,” kata Kancil dengan kata-kata yang lembut dan sopan.
Badak pun segera bangun. Ketika mendengar ada
binatang lain memujinya, ia merasa tersanjung. Ia kemudian bangkit sambil berkata, “Kabar penting, Kancil? Cepat
bicara, aku ingin mendengarnya,” kata Badak sambil tersenyum.
Kancil mendekat ke arah Badak. Ia
berpura-pura ingin menyampaikan sesuatu secara rahasia. “Hamba kasihan sama
Tuan. Badan besar berkubang di selokan kecil. Kulahnya sebesar tempurung. Tidak
pantas, Tuan. Oh ya, ada makhluk yang berkhianat kepada Tuan. Jalan airnya
ditutup supaya tidak mengalir. Sayang, makhluk itu tidak kelihatan oleh mata
kita, dia makhluk gaib,” kata kancil.
“Apa? Ada yang jahil? Siapa? Di mana?” tanya Badak dengan emosional.
“Tenang, Tuan. Tenang,” jawab Kancil. Suara
Badak yang menggelegar membuat Kancil terkejut dan gemetar. Kancil mencari
jalan bagaimana agar Badak bisa secepatnya dikalahkan.
“Tuan, makhluk gaib itu berada di dalam pohon
teureup-teureup,” kata Kancil sambil menunjuk sebatang pohon di depan
Badak.
“Ah, yang benar?” tanya Badak.
“Benar, Tuan. Tuan harus mengawasi mereka
dengan cara berdiri di bawah pohon teureup itu setengah hari, kemudian setengah
hari lagi barulah Tuan berkubang di telaga. Kalau tidak demikian, air telaga
cepat atau lambat akan surut dan Tuan tidak memiliki tempat berkubang lagi ,”
jelas Kancil.
“Awas! Kalau kamu bohong,” ancam Badak.
“Percayalah, Tuan,” bujuk Kancil. Tanpa
berpikir lagi, Badak segera naik ke atas dan berjalan menuju pohon teureup. Ia
pun mengawasi pohon itu selama setengah hari. Sementara itu, binatang yang lain
satu per satu berdatangan untuk minum air telaga. Ketika Badak telah selesai
mengawasi pohon teureup, ia kembali menuju telaga. Sementara, binatang yang
lainnya meninggalkan telaga.
Dengan demikian, sejak saat itu ada jadwal
tidak tertulis yang cukup adil bagi semua binatang yang memerlukan air telaga.
Akhirnya, mereka mengucapkan terima kasih kepada sang Kancil yang cerdik itu.
Berkat kecerdikannyalah masalah di lingkungan mereka dapat diatasi. (Badan
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa buku GLS).
Teks ke-2
Ki
Mandahong Raja Monyet
(Atisah)
Di tengah hutan
belantara terdapat sebuah sungai, tempat minum para penghuni hutan. Di hutan
itu ada raja monyet (kera) yang bernama Ki Mandahong. Tubuhnya tinggi besar,
berbeda dari monyet lainnya. Ki Mandahong sedang duduk termenung di tepi
sungai. Ia menyendiri sambil merenung memikirkan perjalanan hidupnya. Sebagai
raja monyet, Ki Mandahong harus turun dari jabatannya, dilengserkan oleh
rakyatnya sendiri karena usianya sudah tua. Sementara itu, Ki Mandahong masih
ingin menjadi raja monyet di belantara itu. Ki Mandahong bangun, kemudian
berjalan pelan menyusuri tepi sungai. Tidak lama kemudian, ia naik pohon mangga
limus yang tengah berbuah (limus sejenis mangga bacang bahasa Betawi, pakel bahasa Jawa). Buahnya ranum dan sudah ada
yang masak.
“Mmm… tidak jadi juga, makanan
banyak,” kata Ki Mandahong menghibur hati.
Tangannya memetik mangga limus yang sudah
masak, kemudian mangga itu digerogotinya. Lama kelamaan Ki Mandahong merasa
kenyang, tetapi ia terus mengambilnya. “Ah, ini kecil!” Kata Ki Mandahong
sambil melempar mangga itu ke tanah. Tangannya memetik lagi, “Ah, peot!” Ki
Mandahong pun melempar mangga itu ke sungai. “Plung! Plung! Kecemplung,” suara
mangga jatuh ke sungai. “Mmm …suaranya enak juga, seperti suara gong dan
kenong. Kalau begitu akan aku goyang-goyang pohonnya supaya buahnya jatuh, dan
bunyinya lebih lengkap,” Ki Mandahong bicara sendirian.
Drrr…rrr…Plung!…Plung!...Plung… Degdeg Plung!
…Aduhhh…suaranya seperti bunyi angklung, nikmat sekali.”
Di bawah pohon limus ternyata ada seekor kura-kura
yang sedang istirahat. Kura-kura itu lelah sehabis mencari makanan sepanjang
sungai, tetapi tidak mendapatkan hasil. Mendengar suara ramai kura-kura itu
bangun sambil melihat-lihat apa yang terjadi.
“Mmm…dasar rezeki, kalau sudah datang tak
perlu diundang, seperti air yang sedang banjir. Namun, kalau sedang naas,
seperti sungai yang kering, tak ada air sedikit pun, walau hanya untuk sekadar
cuci muka. Emmm… Terima kasih ya Allah Yang Maha Pengasih. Kebetulan saya
sedang lapar, melihat limus di darat dan di sungai begitu banyak,” kata
Kura-kura penuh syukur. Sambil mengambil
mangga, Kura-kura pun melihat ke atas pohon limus. Ia sangat terkejut, melihat
Monyet yang sangat besar tengah bermain-main di antara dahan pohon limus.
Mulanya Kura-kura takut melihat besarnya badan kura-kura. Tetapi dilihatnya
betapa riangnya Kura-kura diberanikan diri untuk menyapa.
“Pemurah juga Monyet itu, tahu kalau aku
sangat lapar,” kata Kura-Kura dalam hatinya. Kura-kura menengadah sambil terus
berkata, “Juragan yang duduk di atas pohon, yang saleh dan berbudi,
mudah-mudahan bisa turun sebentar karena saya ingin berterima kasih.”
Ki Mandahong melihat ke sana kemari takut ada
makhluk lain yang dipanggil. Di sisi lain, ia juga merasa bukan makhluk soleh,
apalagi berbudi. Setelah merasa tidak ada makhluk lain, Ki Mandahong pun merasa
tersanjung. “Si Bodoh ini, tidak tahu kalau aku sudah dilengserkan oleh
rakyatku sendiri. Ia masih takut dan bicaranya santun. Hemm…dasar!!!” kata Ki
Mandahong pada kura-kura sambil ia pelan-pelan turun dari pohon limus.
“Ada apa Kura-kura?”
“Aduh…Aduh, pantesan… Juragan (Tuan)
Mandahong. Begini… Tuan, saya mau berterima kasih karena merasa disambung umur.
Saya sedang haus dan lapar, tiba-tiba diberi limus banyak sekali.”
“Ya….ya, Kura-Kura. Harus banyak bersyukur.
Hidup di dunia ini kan katanya harus gotong royong, kalau ada rezeki harus
saling berbagi. Jangan seperti bangsa monyet, tidak mempunyai perasaan.”
“Memangnya kenapa Juragan?”
“Mentang-mentang aku sudah tua, aku dilengserkan dari mandah.”
“Ooo begitu …. sabar Juragan. Gantian dengan
yang muda, yang muda banyak ide.” Sudah waktunya Tuan beristirahat dari
kekuasaan, tinggal kita menjaga persatuan dan memantau jalannya pemerintahan.”
Kura-kura menasihati dengan bijak.
“Aku juga masih mampu, Kura-Kura.” Ki Mandahong tidak terima nasihat
Kura-kura.
“Percaya Juragan, tapi kalau umur sudah tua
lebih baik siap-siap cari bekal untuk ganti alam.” Hutan ini perlu kita jaga persatuannya karena
hutan ini berbagai jenis binatang dan berbagai rupa keinginan, jaga jangan
sampai terjadi perpecahan.” Kura-kura tetap bijaksana menasihati.
“Kura-Kura... Kura-Kura..., tingkahmu seperti
manusia saja. Berkata bijak. Bersikap sebaliknya.”
“Hehehe…kelakuan manusia yang baik bolehlah kita tiru Juragan.”
“Yayaya…akan kupikir-pikir,” kata Ki
Mandahong sambil cemberut. Sejak saat itu mereka menjadi teman baik. Ki
Mandahong senang karena ada Kura-Kura yang bisa disuruh-suruh. Begitu pula
Kura-Kura merasa senang karena diaku oleh mantan seorang raja. Mereka sering
bicara di bawah pohon limus. Kadang membicarakan masalah pribadi. Kadang
membahas masalah kerajaan. Mereka menjadi penasihat kerajaan yang baik.
Kerajaan hutan menjadi makmur sentosa. (Buku GLS Badan pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Kemdikbud).
Telaah mengenai persatuan dan kesatuan pada
setiap peserta didik mungkin berbeda. Guru dapat membentuk kelompok sehingga
lebih memaknai nilai persatuan dan kesatuan yaitu dalam bentuk kerjasama antarsiswa.
Nilai karakter untuk disiplin dan mau bekerja sama sudah merupakan pembelajaran
dalam muatan persatuan dan kesatuan. Contoh telaah persatuan dan kesatuan dalam
teks fabel.
Tabel 5 Telaan Teks
dengan Muatan Persatuan dan Kesatuan
Contoh
Teks
|
Muatan
persatuan dan kesatuan
|
Kalimat
pendukung
|
Teks
ke-1
|
Disiplin dan taat aturan lingkungan
|
Di sebuah hutan ada sumber air yang tidak pernah
kering. Airnya jernih dan mengalir ke sebuah telaga. Semua binatang yang
menjadi warga di hutan itu minum dari sumber air yang sama. Setiap golongan
binatang sudah mempunyai jadwal tidak tertulis untuk bergiliran minum. Pada
saat itu kebetulan musim kemarau. Semua binatang merasa sangat haus, tetapi
tidak ada yang berani minum di luar jadwalnya. Semua binatang taat pada
aturan.
|
Musyawarah
|
Mereka
bermusyawarah mencari jalan keluar supaya Badak pergi dari telaga.
|
|
Keadilan dan berani
|
Dengan
demikian, sejak saat itu ada jadwal tidak tertulis yang cukup adil bagi semua
binatang yang memerlukan air telaga. Akhirnya, mereka mengucapkan terima
kasih kepada sang Kancil yang cerdik itu. Berkat kecerdikannyalah masalah di
lingkungan mereka dapat diatasi.
|
|
Teks
ke-2
|
Bijaksana
|
“Ya….ya,
Kura-Kura. Harus banyak bersyukur. Hidup di dunia ini kan katanya harus
gotong royong, kalau ada rezeki harus saling berbagi. Jangan seperti bangsa
monyet, tidak mempunyai perasaan.”
“Memangnya kenapa Juragan?”
“Mentang-mentang aku sudah tua, aku
dilengserkan dari mandah.”
“Ooo begitu ….
sabar Juragan. Gantian dengan yang muda, yang muda banyak ide.” Sudah
waktunya Tuan beristirahat dari kekuasaan, tinggal kita menjaga persatuan dan
memantau jalannya pemerintahan.” Kura-kura menasihati dengan bijak.
|
Menjaga persatuan
|
“Percaya Juragan,
tapi kalau umur sudah tua lebih baik siap-siap cari bekal untuk ganti
alam.” Hutan ini perlu kita jaga
persatuannya karena hutan ini berbagai jenis binatang dan berbagai rupa
keinginan, jaga jangan sampai terjadi perpecahan.” Kura-kura tetap bijaksana
menasihati.
|
F.
Implementasi Model pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Muatan Persatuan dan kesatuan
Berikut
ini adalah contoh pengembangan model pembelajaran berbasis masalah pada teks narasi fabel dengan muatan persatuan
dan kesatuan. Guru dapat menggunakan
model pembelajaran lainnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
kearifan lokal daerah tempat mengajar.
Contoh Model
Pembelajaran berbasis masalah Materi Teks Narasi (Fabel)
dengan Muatan Persatuan
dan Kesatuan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII / Ganjil
Materi Pokok : Struktur dan Kebahasaan Teks Narasi (Fabel) dengan Muatan Persatuan dan
Kesatuan
Alokasi Waktu : 4 pertemuan ( 8 x
40 Menit
A. Kompetensi
Dasar
3.12 Menelaah
struktur dan kebahasaan fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan
didengar.
4.12 Memerankan isi fabel/
legenda daerah setempat yang dibaca dan
didengar
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.12.1 membedakan karakteristik
bagian-bagian struktur cerita fabel/legenda;
3.12.2 menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda dengan muatan persatuan dan
kesatun;
3.12.3 melengkapi cerita
fabel/legenda sesuai struktur dan
kaidah bahasa yang berwawasan
kesatuan dan persatuan;
3.12.4 menentukan dan
memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca/ejaan pada teks cerita fabel/legenda yang dibaca;
4.12.1
Mengaitkan
cerita fabel dengan semangat cinta tanah air dan persatuan bangsa di masa
sekarang.Mengubah isi cerita fabel dengan mengaitkannya dengan tema persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan ragangan
cerita yang telah disusun.
4.12.2
Memerankan isi fabel
dengan intonasi, gestur, dan aspek pemeranan lain yang sesuai dengan teks yang berkaitan dengan nilai persatuan dan kesatuan;
C. Tujuan
Pembelajaran
Melalui diskusi kelompok peserta didikdiharapkan
dapat:
1. Membedakan karakteristik bagian-bagian struktur cerita fabel dengan tepat;
2. Mengidentifikasi struktur fabel dengan tepat;
3. Melengkapi struktur cerita fabel dengan tepat;
4. Memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca/ejaa dalam teks fabel yang dibaca dengan benar;
5. Mengaitkan cerita fabel semangat cinta tanah air dan persatuan dan kesatuan di masa kini dengan
penuh percaya diri;
6. Mengubah cerita fabel dengan mengaitkannya dengan tema persatuan dan kesatuan berdasarkan ragangan cerita yang telah disusun;
7. Memerankan isi fabel dengan
intonasi, gestur, dan aspek pemeranan lain yang sesuai dengan teks yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan.
D. Materi Pembelajaran.
Faktual:
- Struktur teks narasi fabel
- Contoh penggunaan kata/ frasa
benda, kata / frasa sifat, kata keterangan tempat, kata sambung yang
berkaitan dengan waktu (seketika, seraya, sambil, kemudian, setelah itu,
akhirnya) , kata sambung sebab-akibat (karena, karena itu), syarat dan
kondisi (jika, seandainya).
Konseptual
- Prinsip dan contoh penggunaan
kebahasaan dalam teks narasi (fabel)
dengan nilai persatuan dan persatuan.
- Prinsip perencanaan penulisan
teks narasi (fabel) .
Prosedural
- Melengkapi bagian struktur teks
narasi (fabel).
- Penulisan teks narasi (fabel) bertema
persatuan dan kesatuan.
Metakognitif
- memvariasikan alur (awal,
tengah, akhir cerita).
- memvariasikan kalimat dialog/
kalimat narasi pada cerita.
- Menelaah kemenarikan isi dan bahasa ceritadengan
mengaitkannya dengan semangat persatuan dan kesatuan di masa sekarang.
E.
Metode
Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Learning
Model
Pembelajaran : Pembelajaran berbasis masalah
F. Sumber
1.
Titik
Harsiati, Dkk. Buku Teks Pelajaran untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia edisi Revisi 2017
2.
Kosasih,
Engkosh dan Restuti. 2016. Mandiri Bahasa
Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII Berdasarkan Kurikulum 2013 (Edisi Revisi
2016). Jakarta: Erlangga.
3.
Tim
Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Luar Jaringan (Luring) KBBI Offline 1.5 Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
G. Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran/ Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah
v Kegiatan
Inti : Model Pembelajaran Berbasis Masalah
|
60
Menit
|
|||||
Fase
5 : Melakukan penyelidikan/studi dokumen
Mengomunikasikan
1.
Peserta didik mendiskusikan dengan anggotanya isi
dan struktur cerita fabel yang dibaca atau disaksikandalam tayangan video;
2.
Mengaitkan data yang satu dengan data lain
merdasarkan sumber referensi yang ada.
3.
Menganalisis keterkaitan persatuan dan kesatuan yang
sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang yang terdapat dalam tayangan video
narasi fabel.
4. Menuliskan hasil
dari diskusi kelompok yang telah dilakukan dalam kertas karton yang disiapkan
guru.
5.
Membaca sumber referensi lain yang relevan dengan
materi
|
10
menit
|
|||||
Fase 6: menentukan solusi terbaik
Mengomunikasikan
Setiap
kelompok
1. Menentukan
solusi dari permasalahan penentuan struktur teks narasi (fabel) yang terdapat
dalam teks atau tayangan video.
2. Menyimpulkan
dan mempresentasikan di depan kelas.
|
||||||
Fase 7: membuat kesimpulan dan alternatif
pemecahan masalah
Dalam
kelompok
1. Setiap
anggota kelompok merencanakan solusi alternatif dari solusi yang sudah
didiskusikan;
2. Alternatif
pemecahan dalam penentuan struktur dan ciri kebahasaan teks fabel yang telah
didiskusikan.
|
||||||
v Kegiatan
Penutup
|
H. Penilaian
1.
Penilaian Sikap
a.
Teknik :
Pengamatan Sikap
b.
Bentuk :
Lembar Pengamatan
c.
Instrumen
No
|
Nama Peserta didik
|
Religius
|
Jujur
|
Percaya Diri
|
skor
|
Nilai
|
Konv
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||||||
1.
|
||||||||||||||||||||
2.
|
||||||||||||||||||||
3.
|
||||||||||||||||||||
….
|
||||||||||||||||||||
Rubrik
Rubrik
|
Skor
|
sama sekali tidak menunjukkan usaha
sungguh-sungguh dalam melakukan
kegiatan
|
1
|
menunjukkan sudah ada
usaha sungguh-sungguh dalam
melakukan kegiatan tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
|
2
|
menunjukkan ada
usaha sungguh-sungguh dalam
melakukan kegiatan yang cukup sering
dan mulai ajeg/konsisten
|
3
|
menunjukkan adanya
usaha sungguh-sungguh dalam
melakukan kegiatan secara terus-menerus dan
ajeg/konsisten
|
4
|
Pedoman penilaian sikap:
Skor = jumlah perolehan angka seluruh aspek
Nilai = skor yang diperoleh X 100
skor maksimal
2.
Penilaian Pengetahuan
a.
Teknik :
Tes Tertulis
b.
Bentuk :
uraian
c.
Instrumen :
Guru dapat merancang soal pengetahuan berdasarkan materi yang telah diajarkan.
3. Penilaian Keterampilan
Guru
dapat menyusun instrumen soal berdasarkan materi dan kompetensi dasar yang
ingin dicapai. Berikut contoh instrumen soal yang dapat disusun untuk teks
keterampilan menulis teks fabel dangan merumpangkan paragraf dan peserta didikmelanjutkan
cerita sesuai dengan struktur teks fabel.
Bacalah
kutipan teks berikut dan lanjutkan teks cerita naratif fabel berikut dengan muatan
nilai persatuan dan kesatuan serta sesuai struktur teks cerita fabel.
Bengkarung, Sang Penguasa Rimba
Belantara
(Menuk Hardaniwati)
Suara gemercik
air hujan masih terdengar pagi ini. Udara dingin sekali di sekitar danau.
Burung-burung enggan berkicau. Mereka bersembunyi di bawah dedaunan yang lebat.
Kelinci pun enggan beranjak dari tempat persembunyiannya. Biasanya, danau itu
ramai oleh angsa dan itik yang berenang sambil berkejar-kejaran, tetapi pagi
ini tak tampak seekor pun yang hadir.
Alam seakan sedang
murung karena sinar matahari tak menampakkan diri. Di balik sebuah pohon yang
besar dan rindang tinggallah Bengkarung yang sangat disegani seluruh rimba
belantara. Ia sedang menikmati suasana pagi itu dengan duduk santai. Tempat
tinggal Bengkarung memang terlihat indah dengan bunga-bunga yang tampak teratur
dan terawat. Konon pada zaman dahulu Bengkarung serupa binatang yang sangat
berbisa dan tidak ada tandingannya di antara binatang berbisa lainnya. Bisa
Bengkarung sangat mematikan binatang yang digigitnya. Bisa itulah yang
menjadikan dirinya disegani semua binatang di rimba belantara. Ia pun menjadi
binatang yang sangat dihormati. Semua binatang tunduk dan patuh kepadanya.
Selain karena bisa yang sangat mematikan, ia juga sangat disegani karena kebaikannya.
Binatang-binatang pun merasa aman tinggal di rimba belantara yang indah dan
menawan itu.
Sudah menjadi
kebiasaan, sebelum matahari tenggelam, Bengkarung selalu berjalan-jalan di
sekeliling danau tempat para binatang berkumpul. Ia pun menyapa satu demi satu
binatang yang ditemuinya. “Selamat sore, Kijang yang baik. Apa kabar?”
“Kabar baik, Tuan,” jawab Kijang dengan penuh
hormat.
Bengkarung
melanjutkan perjalanannya kembali. “Selamat sore, Kuda Poni yang cantik.”
“Selamat sore
juga, Tuan.”
”Mengapa wajahmu
murung?”
“Saya sedang
merenungkan betapa nikmatnya hidup kami tinggal di rimba ini”. “Tuan seorang
pemimpin yang sangat disegani oleh seluruh warga rimba. Kami semua hidup rukun
tanpa permusuhan, sedangkan keadaan saudara-saudara kami di rimba sebelah
mengalami kesusahan,” kata Kuda Poni dengan semangat”.
“Kesusahan?
Kesusahan apa rupanya sehingga membuatmu iba kepada saudara-saudara di rimba
sebelah?” tanya Bengkarung lagi. Kuda Poni pun mulai menceritakan pengalamannya
ketika melihat binatang-binatang yang hidup dalam ketakutan karena kekejaman
Ular Tedung. Bengkarung mendengarkan dengan serius kata demi kata yang
diucapkan Kuda Poni.
Setelah itu, Bengkarung
meninggalkan Kuda Poni yang masih berada di pinggir danau. Ia menelusuri danau
sambil sesekali menyapa binatang yang dihampirinya. Ia memikirkan cara untuk
menolong warga rimba sebelah yang sedang dalam ketakutan karena kekejaman
pemimpinnya. Ketika malam tiba, rimba menjadi tenang. Sesekali terdengar suara
kelelawar yang sedang mencari makan.
Terdengar pula
suara pekikan Siamang saat mencari tempat untuk merebahkan badan setelah
seharian bermain dengan kawan-kawannya. Ketika malam semakin larut,
kunangkunang tampak menerangi gelapnya malam di rimba belantara sebelah utara
itu.
“Pengawal, apa kamu mempunyai ide, bagaimana
cara untuk menghentikan kejahatan Ular Tedung di rimba belantara sebelah
selatan itu?” tanya Bengkarung.
“Kami belum
mempunyai ide bagaimana caranya menaklukkan penguasa di rimba itu. Kami merasa
kasihan mendengar binatang-binatang di sana hidup dalam ketakutan dan tekanan
karena kekejaman Ular Tedung.”
“Aku dapat
merasakan betapa binatang-binatang di sana ingin juga merasakan situasi yang
kita rasakan di rimba ini. Sungguh malang nasib mereka, Pengawal.”
Musuh Dalam Selimut
Ular Tedung menjadi penguasa yang sangat ditakuti di antara binatang-binatang
di lereng gunung yang berhutan lebat itu. Semua binatang buas dan binatang
melata takut akan kekejaman sang penguasa rimba itu. Tidak ada satu pun
binatang yang berani membantah perintahnya. Ular Tedung merasa sangat iri
terhadap ketenaran sang Bengkarung.
“Apa sebenarnya
kelebihan Bengkarung jelek itu?” tanya Ular Tedung kepada dirinya sendiri.
”Sisiknya tidak semulus kulitku yang
licin ini. Ia tidak bisa berganti kulit seperti diriku,” katanya lagi sambil
mendesis keras karena hatinya geram. Karena keirian itu, Ular Tedung berencana
untuk mengadu kekuatan bisanya dengan Bengkarung. “Aku akan mendatangi rimba
sebelah utara yang dipimpin Bengkarung itu. Aku ingin menjajaki sejauh mana
kekuatan Bengkarung yang membuat namanya begitu disegani setiap binatang.”
”Konon bisa Bengkarung lebih hebat daripada bisa bangsa ular. Semua binatang
tunduk kepada Bengkarung. Namanya sudah dikenal di dunia binatang. Aku akan
membuktikan semua itu.” Niat itu yang selalu ada di dalam pikiran Ular Tedung.
Sebuah Tantangan
Pagi-pagi buta, sebelum ayam jantan berkokok, rombongan Ular Tedung sudah
bersiap-siap. Rombongan akan mengadakan perjalanan menuju tempat tinggal
Bengkarung. Pagi ini kabut masih menyelimuti seluruh permukaan alam sehingga
udara sangat dingin. Suara binatang buas pun masih terdengar sesekali. Lolongan
serigala terdengar menyayat hati seakan serigala sedang kelaparan, tetapi
enggan untuk keluar dari tempat tinggalnya karena udara di luar sangat dingin. Rombongan Ular Tedung mulai menuruni tebing,
lalu satu per satu menyeberangi sungai yang panjang dan lebar. Bagi ular,
menyeberangi sungai seperti itu tidak menjadi halangan. Akan tetapi, kalau
kurang hati-hati, mereka bisa terbawa arus dan akan terpisah dari rombongan.
Selain itu, ada musuh yang tak kalah berbahayanya, yaitu buaya yang dapat
menelan ular setiap saat. Bengkarung tidak menaruh curiga bahwa kedatangan Ular
Tedung dan rombongannya akan mencelakakannya. Bengkarung memerintahkan para
pengawalnya untuk menjamu rombongan itu.
Kedatangan Ular
Tedung disambut dengan pesta yang meriah. Bengkarung menyuruh para pengawalnya
untuk membuat hidangan yang paling istimewa untuk menyambut kedatangan tamu
dari jauh itu. “Pengawal, siapkanlah makanan yang paling enak untuk menyambut
tamu-tamu kita ini!” perintah Bengkarung kepada pengawalnya.
.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Contoh
rubrik penilaian yang dikutip dari buku teks pelajaran bahasa Indonesia. Guru
dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan materi dan kompetensi yang ingin
dicapai.
ISI
Deskriptor
isi adalah keterpahaman tentang subjek, fakta/data/rincian pendukung,
pengembangan gagasan/pikiran/tesis yang cermat, sesuai dengan tema karangan.
Kriteria
penskoran dan penjabaran deskriptor sebagai berikut.
|
||
Skor
|
Kriteria
|
Deskripsi
|
30 – 27
|
Sangat Baik
|
Terpahami, banyak fakta pendukung,
pengembangan tesis/pikiran/gagasam yang cermat, sesuai dengan tema karangan
|
26 - 22
|
Baik
|
Banyak mengetahui subjek,pengembangan
memadai, pengembangan gagasan terbatas, pada umumnya sesuai dengan tema hanya
terbatas.
|
21 - 17
|
Sedang
|
Tidak menunjukkan Pengetahuan tentang
subjek terbatas, sedikit data pendukung pengembangan tema kurang memadai
|
16 -10
|
Kurang
|
Pengetahuan tentang subjek, tidak ada
data pendukung, tidak berkaiatan dengan tema
|
ORGANISASI
Deskriptor organisasi adalah
kelancaran pengungkapan, ide dibatasi dan didukung dengan jelas, ringkas,
susunannya baik, urutan cerita logis, dan padu (kohesif).
Kriteria penskoran dan penjabaran
deskriptor sebagai berikut.
|
||
Skor
|
Kriteria
|
Deskripsi
|
30 – 27
|
Sangat Baik
|
Pengungkapan cerita lancar, ide
dibatasi dan didukung secara jelas, ringkas, tersusun dengan baik, urutan
logis, dan padu.
|
26 - 22
|
Baik
|
Pengungkapan cerita berombak, susunan
longgar, tetapi ide dasar tetap menonjol, pendukung terbatas, logis, tetapi
urutan cerita tidak sempurna
|
21 - 17
|
Sedang
|
Tidak lancar, gagasan membingungkan
atau tidak berhubungan, kurang urutan, dan pengembangan logis
|
16 -10
|
Kurang
|
Tidak mengomunikasikan apa-apa, tanpa
organisasim satau tidak padu.
|
KOSAKATA
Deskriptor
kosakata adalah keakuratan pemilihan dan penggunaan kata/idiom secara
efektif, penguasaan bentuk kata, laras bahasa yangs esuai.
Kriteria
penskoran dan penjabaran deskriptor sebagai berikut.
|
||
Skor
|
Kriteria
|
Deskripsi
|
20 – 19
|
Sangat Baik
|
Akurat, penggunaan dan pemilihan
kata/idion efektif, menggunakan jenis kata yang tepat penggunaan laras bahasa
yang sesuai.
|
18 – 16
|
Baik
|
Cukup memadai, terkadang penggunaan
atau pemilihan kata bentuk kata/idiom keliru, tetapi tidak mengaburkan arti.
|
16 – 11
|
Sedang
|
Penggunaan atau pemilihan kata bentuk
kata/idiom sering keliru, arti kata membingungkan atau kabur.
|
10 – 8
|
Kurang
|
Penggunaan atau pemilihan kata bentuk
kata/idiom sangat keliru, arti kata tidak jelas.
|
PENGGUNAAN BAHASA
Deskriptor
penggunaan bahasa adalah bangun kalimat yang efektif, penggunaan unsur-unsur
kalimat, jenis kalimat, penggunaan kata, dan frasa.
Kriteria
penskoran dan penjabaran deskriptor sebagai berikut.
|
||
Skor
|
Kriteria
|
Deskripsi
|
20 – 19
|
Sangat Baik
|
Konstruksi kalimat efektif, sedikit
kesalahan tentang unsur kalimat, jenis kalimat, penggunaan kata, dan frasa.
|
18 – 16
|
Baik
|
Efektif tetapi konstruksi kalimat
sederhana, sedikit kekeliruan dalan hal: unsur kalimat, jenis kalimat, kata,
dan frasa, kata depan, tetapi arti kabur.
|
16 – 11
|
Sedang
|
Banyak kesalahan dalam konstruksi
kalimat, kekeliruan dalan hal: unsur kalimat, jenis kalimat, kata, dan frasa,
kata depan, makna kalimat tidak jelas.
|
10 – 8
|
Kurang
|
Tidak menguasai konstruksi kalimat,
kalimat banyak yang salah, tidak mengomunikasikan apa-apa.
|
PEMBOBOTAN
Jacobs
dkk. (1981) memberikan bobot pada setiap kompetensi dasar sesuai tingkat
kesukaran setiap kompetensi dasar. Itu berarti nilai yang diperoleh merupakan
nilai akhir atau jenjang ketuntasan.
Jenjang
ketuntasan sebagai berikut.
|
|||||
%
|
Organisasi
|
Isi
|
Kosakata
|
Penggunaan
Bahasa
|
Total
|
100
|
30
|
30
|
20
|
20
|
100
|
90
|
27
|
27
|
18
|
18
|
90
|
75
|
24
|
24
|
15
|
15
|
75
|
50
|
19
|
19
|
11
|
11
|
50
|
25
|
14
|
14
|
8
|
8
|
25
|
(Sumber Buku Guru
Pelajaran Bahasa Indonesia halaman 25)
Cerita dengan muatan persatuan
dan kesatuan
|
Skor
|
1)
Terdapat kalimat secara implisit dan eksplisit muatan persatuan dan
kesatuan
2)
Terdapat pesan moral mengenai persatuan dan kesatuan
3)
Isi terhindar dari sara
4)
Tokoh-tokohnya berperan dalam muatan persatuan dan kesatuan
|
5
= terdapat 4 unsur
3 = terdapat 3 unsur
2 =
terdapat 2 unsur
1 = terdapat 1 unsur
|
Penghitungan Skor
Skor akhir = skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Glosarium
Afektif:
berkenaan dengan perasaan.
Akhlak:
budi pekerti; kelakuan.
Alternatif
: pilihan di antara dua atau beberapa
kemungkinan.
Basis:
asas; dasar.
Deskripsi:
pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan
terperinci;uraian.
Dimensi:
ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan sebagainya); matra.
Efisien:
tepat atau sesuai untuk
mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga,
biaya).
Ejaan:
ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan sebagainya); matra.
Evaluasi:
penilaian.
Fabel: cerita dengan pelaku binatangyang
berisi nilai moral
Faktual:
berdasarkan kenyataan;
mengandung kebenaran.
Fasilitator: orang
yang menyediakan fasilitas; penyedia.
Fenomena: hal-hal yang dapat disaksikan dengan
pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena
alam); gejala.
Gudeg:
masakan yang dibuat dari buah nangka muda diberi bumbu
bersantan (masakan khas Yogyakarta).
Identifikasi: tanda kenal diri; bukti diri.
Implementasi:
pelaksanaan;
penerapan.
Indikator:
sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) pe-tunjuk atau
keterangan.
Inovatif
: bersifat memperkenalkan sesuatu
yang baru; bersifat pembaruan.
Kompetensi:
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).
Kontribusi:
uang iuran (kepada perkumpulan dan sebagainya).
Kreatif:
memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan.
Kognitif:
berhubungan dengan atau melibatkan
kognisi.
Konsep:
ide atau pengertian yang
diabstrakkan dari peristiwa konkret.
Kurikulum:
perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.
Logis:
sesuai dengan logika; benar
menurut penalaran; masuk akal.
Media:
alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio,
televisi, film, poster, dan spanduk.
Mental:
bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan
bersifat badan atau tenaga.
Model:
pola (contoh, acuan, ragam, dan
sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.
Objek:
hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.
Objektif:
mengenai keadaan yang sebenarnya
tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.
Observasi:
peninjauan secara cermat.
Parsial:
berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan.
Presentasi:
penyajian atau pertunjukan.
Psikomotor:
berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses
mental dan psikologi.
Religi:
kepercayaan kepada Tuhan; kepercayaan akan adanya kekuatan
adikodrati di atas manusia; kepercayaan (animisme, dinamisme); agama.
Saintifik: pengetahuan
sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yang
mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang
diselidiki, dipelajari, dan sebagainya.
Sintaks:
langkah-langkah kegiatan.
Sosial:
berkenaan dengan masyarakat.
Spiritual:
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).
Teknologi:
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Teks: naskah
yang berupa a kata-kata asli dari pengarang.
Verbalisme:
ajaran (pandangan) dalam dunia pendidikan (pengajaran) yang mendidik
anak untuk banyak menghafal.
Wawasan:
hasil mewawas; tinjauan; pandangan.
Daftar Pustaka
Al-Tabany,
Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group
Atisah. 2017. Kalah
Oleh Si Cerdik. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Bernie Trilling and Charles Fadel.
2009. 21st century skill: learning for
life in our times. Penerbit : San Francisco: Jossey-Bass
Budiningsih, C Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dumiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Hardaniwati,
Menuk. 2016. Bengkarung Teperdaya. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kosasi, E Dkk. 2017. Buku Teks Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Keraf, Gorys 2001. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kurikulum 2013. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Permendikbud No. 22
Tahun 2016
Permendikbud No. 37
Tahun 2018
Permendikbud No. 103 Tahun 2014
Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015
Oon-Seng Tan. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Kreativitas. Singapura : Cengage Learning Asia Pte Ltd.
Semi, M. Atar. Dasar-Dasar
Keterampilan Menulis . Bandung : Angkasa, 2007.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan
Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukardi,
Edy. 2012. Pembelajaran Menulis.
Jakarta: Uhamka Press.
Suryanti, dkk., 2008. Model-Model pembelajaran
Inovatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Zabadi, Fairul dan
Sutejo. 2015. Bahasa Indonesia Wahana
pengetahuan untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Prinsip-Prinsip
Semantik dan Prakmatik. Bandung:
Yrama Widya.
Trianto. 2009. Mendesign Model Pembelajaran
Inovativ Progresif. Jakarta : Kencana.
______. 2010. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hastuti, Tri Iryani. 2017. Beungong Meulo Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Buku
GLS.
https://dongengceritarakyat.com/fabel-kisah-persahabatan-singa-dan-tikus/ diunduh Sabtu, 6 Juli 2019.
https://histori.id/legenda-asal-mula-terbentuknya-danau-toba/ diunduh Sabtu, 6 Juli 2019)
https://bundaseni.blogspot.com (diunduh 12 Juli 2019).
https://thegorbalsla.com/cerita-fabel/
diunduh 20 Oktober 2019)
Biodata Penulis
Nama : Seni asiati, M.Pd
Telepon: 081399119669
Email
: seniasiati@gmail.com
Alamat
Kantor : Jln. Karang Kendal Rt 01/08 No.109 Rorotan Cilincing Jakarta Utara
Bidang
Keahlian : Penulis
Riwayat
pekerjaan/profesi (10 Tahun Terakhir):
1.
1990 – 2015 : Guru Bahasa Indonesia SMA Yappenda Jakarta Utara.
2.
1995 – 1998 : Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 120 Jakarta Utara.
3.
1998- 2018 : Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 266 Jakarta Utara.
4.
2010 – 2015: Dosen Bahasa Indonesia Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta.
5. 2015
– 2018 : Dosen Bahasa Indonesia STIKES Mitra Keluarga Bekasi Timur
6. 2018
- Sekarang : Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 231 Jakarta Utara.
5.
2010- 2017 : Editor Buku Teks Pelajaran Puskurbuk Kemdikbud
6.
2017-2018 : Penilai Buku Teks Puskurbuk Kemdikbud
7.
Instruktur Literasi Nasional
Riwayat
Pendidikan
S1 :
Fakultas Bahasa dan Seni IKIP Muhamamdiyah Jakarta
S2 :
Pendidikan Pascasarja Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
Judul
Buku dan Tahun Terbit (10 tahun terakhir):
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2015)
Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks (2016)
Literasi untuk Semua (2018)
Novel NaRa (2017)
Novel Rumah (2018)
Antologi Cerpen (2018)
Judul
Penelitian dan Tahun Terbit (10 tahun terakhir):
Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi dengan Model Pembelajaran Example nonexample pada peserta
didikkelas VII (2016)
Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerpen Pocetok (2017)
Peningkatan
Keterampilan Membacakan Berita dengan Camtasia Studio (2017)