Wednesday, May 28, 2008

PENELITIAN TINDAKAN KELAS
AKU DENGAN CERMIN RELA MEMBACA PUISI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS VII SMPN 266 JAKARTA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Membaca puisi salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa-siswi SMP dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP). Kegiatan membaca puisi adalah suatu bentuk kegiatan membaca estetis atau membaca dengan memperhatikan unsur keindahan. Baik keindahan dalam mengolah kata menjadi kalimat yang indah, keindahan intonasi dalam membacakan, bahkan ekspresi yang timbul dari pembacaan puisi oleh pembaca puisi. Selain itu penonton dapat mengapresiasi kegiatam membaca puisi dengan komentar dan tanggapan yang merupakan pembelajaran dalam berbicara tentang sastra.
Biasanya kita bercermin untuk melihat apakah kita sudah sempurna dalam penampilan atau belum. Cermin juga dapat memperbaiki penampilan kita dengan segera. Setidaknya bantuan cerminlah kita tahu kekurangan yang ada dalam diri kita.
Melihat tayangan langsung berbentuk rekaman video, menumbuhkan simpati dan empati siswa akan terbakar. Suasana yang mendukung, sarana dan prasarana yang memadai juga dapat membuat tayangan langsung tersebut dapat memberi respon bagi yang menontonnya. Kegiatan membaca sastra adalah suatu bentuk kegiatan berbahasa yang membutuhkan konsentrasi untuk mencerna huruf-huruf yang terdapat dalam bacaan tersebut., dengan ekspresi, intonasi, dan artikulasi yang sesuai.
Menikmati pembacaan dan kegiatan membaca puisi adalah milik siapa saja yang tertarik oleh kegiatan tersebut. Tidak setiap orang mampu mengekspresikan tulisan dalam bentuk puisi dan dapat membaca puisi dengan baik. Untuk itu banyak faktor yang mampu membuat membaca puisi menjadi suatu kegiatan yang menarik untuk diikuti siswa. Salah satunya dengan penggunaan cermin dan ‘ReLa’ atau “Rekaman Langsung”
Pembacaan puisi siswa dengan cermin siswa dapat berkaca langsung bahwa ekspresi dan mimik mukanya belum sesuai dengan puisi yang ia bacakan. Cermin dan rekaman langsung dapat mengapresiasi pembacaan puisi dan siswa dapat segera memperbaiki penampilannya.
Berdasarkan pengalaman guru pengajar Bahasa Indonesia di SMP Negeri 266 Jakarta, siswa-siswi sudah diberikan kesempatan membaca puisi sebagaimana yang mereka lihat di televisi, mendengarkan dan menyimak rekaman pembacaan puisi melalui tape rekorder atau melihat langsung guru memperagakan di depan kelas, tetapi masih saja banyak kesulitan untuk mencapai kriteria yang diharapkan.
Berdasarkan hasil evaluasi di akhir semester ganjil tahun ajaran 2006 yang lalu, jika dijumlahkan data sisiwa yang berani membaca puisi di depan kelas dari seluruh kelas VII, rata-rata hanya sekitar 4-5 orang tiap kelasnya yaitu sekitar 10 % dari 40 orang.Kenyataan ini sudah berlangsung cukup lama. Untuk itu penulis mengadakan penelitian untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca puisi.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi adanya beberapa masalah yang dialami dalam pembelajaran membaca puisi yaitu:
1 Siswa kurang antusias dalam pembelajaran
2. Siswa kesulitan dalam penghayatan, ekpresi, gerak/mimik dalam membaca puisi
3. Siswa kurang termotivasi dalam membaca puisi
4. Siswa masih malu-malu untuk tampil ke depan kelas
1.3 Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yang akan dilakukan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagamana cara meningkatkan keterampilan membaca puisi siswa ?
2. Pendekatan apakah yang diterapkan oleh guru bahasa Indonesia untuk mengajarkan membaca puisi ?
3. Media apa saja yang dipergunakan guru dalam mengajar membaca puisi?
4. Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca puisi dengan media tersebut?
5. Alasan apa sajakah yang menyebabkan guru menggunakan media tersebut?
1.4 Perumusan Masalah
Setelah masalah dibatasi, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah media cermin dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi pada siswa SMP Negeri 266 ?
2. Adakah peningkatan keterampilan membaca puisi siswa dengan menggunakan media cermin dan dengan rekaman langsung tersebut?

1.5 Konsep Pemecahan Masalah
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, diperlukan media pembelajaran yang inovatif dan mengenalkan siswa pada suatu konsep pembelajaran dengan melihat tayangan langsung dari televisi. Setiap berkaca atau bercermin kita bertujuan sama melihat apakah penampilan kita sudah baik atau perlukah sentuhan khusus untuk mengubah atau menambah baik penampilan kita? Cermin yang digunakan dalam penelitian ini membantu siswa untuk memperbaiki penampilannya ketika membaca puisi.
Televisi diyakini sebagai salah satu media yang sering dilihat siswa. Bukankah siswa senang menonton orang lain di televisi, bagaimana bila dirinya ada di televisi dn ditonton oleh teman-temannya? media cermin dengan rekaman melalui handycame untuk memberikan solusinya. Siswa yang mempunyai kemampuan membaca puisi dapat belajar mengoreksi dirinya dan orang lain dengan melihat hasil rekamn dirinya dan orang lain.Motivasi siswa yang masih rendah dalam membaca puisi dapat bangkit dari komentar dan penayangan rekamannya di dalam kelas.
Siswa juga dapat diberikan model membaca puisi sudah ada dalam hal ini guru terlebih dahulu memberi arahan berupa penguatan secara psikis mengenai keterampilan membaca puisi yang berbeda dengan keterampilan membaca lain pada umumnya.
Membaca puisi artinya kita membaca dengan memperhatikan orang lain sebagai pendengar bacaan kita. Sehingga membaca puisi dapat diberi penekanan sebagai membaca estetis. Hal ini perlu siswa ketahui agar ia tidak malu dan percaya diri untuk ytampil ke depan. Selain itu dalam penayangan kembali siswa juga harus diberi penjelsn pentingnya menghargai karya orang lain dan memberikan komentar yang membangun untuk orang lain.
1.6 Tujuan Penelitian
1.6.1 Untuk siswa
a. siswa mampu membaca puisi dengan baik
b. siswa berani tampil, berekspresi melalui rasa, raga, dan karsa di depan umum.
c. Mengetahui gaya, ekspresi membaca secara langsung dengan baik dan benar.
d. Bertindak bijak dalam berkomentar dan memberikan kritik
1.6.2 Untuk guru
a. mencapai kompetensi dasar mata pelajaran yang diharapkan
b. mampu mengembangkan kreatifitas membaca sastra siswa
1.7 Hipotesis Tindakan
Penggunaan cermin dan Rekaman Langsung dalam pembelajaran membaca puisi dapat meningkatkan keterampilan membaca puisi pada siswa SMP Negeri 266 Jakarta Utara
1.8 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Meningkatkan keterampilan membaca puisi siswa kelas VII, VIII, dan IX SMP Negeri 266 Jakarta Utara.
2. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar keterampilan membaca puisi.
3. Sebagai bahan referensi bagi guru lain dalam mengajar ketermpilan membaca puisi.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Keterampilan Membaca Sastra
Membaca Sastra dalam mata pelajaran bahasa Indonesia masih menjadi bagian terkecil yang diajarkan pada siswa khususnya siswa SMP. Padahal dengan mempelajari sastra siswa mendapatkan ajaran –ajaran tentang hidup dan kehidupan, misalnya ajaran moral untuk berlaku dan bersikap santun serta mengajarkan siswa untuk dapat menghargai orang lain. Contohnya dalam menanggapi hasil pembacaan puisi, pembacaan cerpen, bermain drama. Sikap yang baik dalam mengapresiasi sastra merupakan pelajaran moral kehidupan yang nyata.
Sayangnya keberanian siswa untuk berani dalam keterampilan bersastra belum sesuai dengan harapan para guru bahasa Indonesia. Teori tentang sastra memang mudah untuk diajarkan, tetapi faktor keberanian siswa untuk mengapresiasi sastra masih jauh dari harapan. Apabila dalam diri sesorang tidak timbul gairah untuk mengajar atau belajar tentang hal-hal yang akan diajarkan atau dipelajarinya, maka di dalam lingkungan belajar mengajar itu agak sulit dikatakan ada kegembiraan (Hernowo, 2005:18). Menciptakan suasana yang menyenangkan kiranya perlu terus dilakukan guru, khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia agar sastra dapat tumbuh dan berkembang dalam diri siswa.
Mulyasa (2005:41) mengatakan ada tiga implikasi terhadap pembelajaran pertama perlu lebih menekankan pada kegiatan individual meskipun dilaksanakan secara klasikal, dalam hal ini diberi tugas individu ,bukan secara kelompok. . kedua, perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan media yang bervariasi, sehingga memungkinkan setiap peserta didik belajar dengan tenang dan menyenangkan. Ketiga, dalam pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian tugas atau praktik, agar peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar dengan baik.
Implilkasi itu setidaknya mulai membuka mata guru sebagai pengajar untuk selalu mencoba sesuatu yang baru dan lebih bervariasi, baik secara kelompok maupun individual dalam pembelajaran. Pada dasarnya siswa SMP memiliki sifat-sifat konstruktif, mampu merencanakan sesuatu, mampu mencari menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya (Gagne dalam Pidarta 1997).
2.2 Pengertian Rekaman Langsung
Pesatnya kemajuan teknologi, memungkinkan orang untuk bisa melakukan sesuatu dengan menggunkan teknologi. Tayangan di televisi yang hanya bisa kita lihat saja ternyata dengan bantuan alat teknologi kamera digital, handycame, segala peristiwa dapat kita abadikan dan menjadi rekomendasi untk peristiwa selanjutnya. Bahkan dengan rekaman yang kita lakukan, kita dapat introspeksi bahkan belajar dari kekurangan yang ditamilkan dari rekaman tersebut.
Rekaman langsung biasanya dilakukan apabila kita ingin cepat dan segera melihat hasil dari yang telah kita lakukan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia rekaman berasal dari kat rekam yang artinya bekas atau kesan dari sesuatunyang diucapkan atau dituliskan. Mendapat akhiran –an yang memberi makna hasil dari yang direkam (KBBI:2005 hlm.941).
2.3 Penggunaan Media Dalam Pembelajaran
Media pembelajaran pada dasarnya merupakan alat bantu yang dimanfaatkan guru dalam rangka mempermudah pembelajaran. Dalam pembelajaran sastra media embelajaran dapat berupa kaset rekaman ata video, dapat pula model secara langsung. Pertimbangan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Fungsional
2. Tersedia
3. Murah
4. Menarik
Fungsional artinya cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan. Bukan hanya sebagai pelengkap namun benar-benar merangsang siswa untuk berlatih, berlatih, dan terus berlatih.
Tersedia artinya pada saat kita butuhkan media tersebut dapat dengan mdah kita dapatkan, dan murah tidak terlalu mahal atau dapat dijangkau harganya untuk ukuran dir pribadi siswa dan guru. Pertimbangan lain yaitu media pembelajaran haruslah menarik bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untk terlibat dalam proses pembelajaran (Pelathan Terintegrasi :2005 ,hlm.41)
2.4 Manfaat penggunaan media pembelajaran
Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah cermin, rekaman membaca puisi siswa. Penggunaan media ini sangat bermanfaat, yaitu :
1. dengan cermin memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi secara teat dan cepat
2. rekomendasi untuk siswa lain dalam menilai pembacaa puisi temannya
3. untuk sekolah dan guru, hasil rekaman dapat menjadi media pembelajaran dan dokementasi sekolah terhadap karya siswa.
2.5 Jenis dan Kriteria Memilih Media pengajaran
Pemilihan media yang tepat dapat membantu dalam keberhasilan pembelajaran. Ketepatan memilih media tidak terlepas dari interaksi antara guru dan siswa dalam melihat kebutahan media dalam pembelajarannya.
2.5.1 Jenis Media Pengajaran
Media pengajaran yang dipilih dalam penelitan tindakan kelas ini adalah cermin dan rekaman langsung pembacaan puisi siswa.
2.5.2 Kriteria Memilih Media Pengajaran
Media cermin dipilih karena cermin dapat secara langsung, cepat dan tepat melihat penampilan siswa dalam membaca puisi, yang meliputi ekspresi dan penghayatan siswa terhadap puisi yang dibacanya.
Media rekaman langsung dipilih karena pembacaan puisi siswa dapat ditanggapi dari hasil rekaman dalam bentuk keping VCD. Tanggapan dan komentar yang diberikan siswa membuat siswa termotivasi untuk berkarya lebih baik lagi. Selain itu dengan tanggapan dan komentar yang diberikan dapat mengajarkan siswa untk menerima kririk dan saran dari orang lain dengan bijak.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian dan tempat penelitian
3.1.1 Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil subjek kelas VII, yang penulis ajarkan atau kelas VII.4 . Jumlah siswa , yaitu 40 orang siswa. Kelas VII.4 terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
3.1.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 266 yang beralamat di Jalan Cilincing Bhakti VI Nomor 29 Jakarta Utara. Siswa-siswa yang bersekolah di SMPN 266 adalah anak-anak yang kebanyakan berasal dari keluarga nelayan di pantai Cilincing. Siswa yang orangtuanya karyawan hanya sedikit jumlahnya. Kreatifitas dan kemampuan berpikir bagi siswa-siswa di SMPN 266 masih jauh dari rata-rata. Diberlakukannya kurikulum KTSP yang pada awal-awalnya mengalami kesulitan, namun setelah para guru yang berjumlah 54 orang dan jumlah siswa untuk tahun ajaran 2007-2008 ini berjumlah 820 orang, membuat berbagai terobosan baru dalam melaksanakan kurikulum KTSP, kegiatan belajar mengajar menjadi terasa lebih menyenangkan. Selain itu upaya pemerintah untuk terus melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan guru di sekolah, dapat membantu terwujudnya belajar mengajr yang lebih kondusif.
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2007-2008, yaitu pada awal bulan Januari sampai bulan Februari dengan melihat jadwal tatap muka guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas.
3.2 Input
Kemampuan siswa dalam membaca puisi sebelum digunakan cermin dan teknik rekaman langsung dapat dilihat pada tabel berikut ini.

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI RATA-RATA
1. Intonasi 60.60
2. Penghayatan 58.80
3. Tempo dan Nada 60.00
4 Gerak/mimik 57.50
Rata-rata kemampuan 59.84

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa kompetensi siswa dalam membaca puisi masih tergolong rendah ( rata-rata 59.84 ) terutama dalam hal penghayatan dan gerak/gestur. Siswa belum mampu membaca puisi dengan ekspresi serta intonasi yang tepat dan jelas. Selain itu siswa juga kurang menguasai isi puisi sehingga gerak/gesture tubuh siswa terlihat masih kaku serta kemampuan olah tubuhnya pun masih kurang. Hal ini sangat berpengaruh ketika puisi dibacakan.
Kemampuan vokal siswa yang masih belum memadai juga berpengaruh dalam pembacaan puisi dengan intonasi yang sesuai. Intonasi ini berhubungan dengan tempo membaca, atau cepat lambatnya suara dibunyikan. Tekanan nada yang dihasilkan oleh suara siswa. Ekspresi yang dihasilkan dari pembacaan tersebut serta penghayatan belum maksimal dikuasai siswa.
3.3 Pembelajaran Membaca puisi dengan cermin dan rekaman langsung
3.3.1 Pendahuluan
a. Perencanaan
Penyusunan Silabus Pembelajaran
Yang meliputi aspek : Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Keberhasilan, pengalaman Belajar, alokasi waktu.
Pengalaman belajar meliputi : a. kegiatan pembelajaran, b. materi dan sumber pembelajaran c. penilaian proses dan hasil
b. Pelaksanaan
Satu kali tatap muka berlangsung selama 2 x 40 menit, siklus pertama direncanakan selama tiga kali tatap muka, siklus selanjutnya diperlukan apabila tingkat kerbehasilan tidak tercapai dalam siklus pertama. Begitu seterusnya.
c. Pengamatan
Dilakukan bersama dengan pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal masing-masing siklus. Pengamatan untuk pengumpulan data kualitatif,dan data kuantitatif diambil dari hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan pada proses dan akhir pembelajaran setiap siklus.
d. Refleksi
Data tahap refleksi diperoleh melalui pengamatan dengan dianalis pada setiap siklus. Kriteria keberhasilan dengan aspek proses dan aspek hasil.
a. aspek proses : kinerja professional guru dalam menerapkan cermin dan rekaman langsung. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan perkembangan kemamapuan membaca sastra siswa.
b. Aspek hasil dilihat dari nilai akhir skor siswa 75 % siswa memperoleh nilai akhir 65. atau sesuai dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang ditetapkan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
e. Analisis data
Ada dua jenis data yang dipergunakan yaitu;
a. data tentang proses pembelajaran membaca dengan menggunakan cermin
b. data hasil penilaian kelompok terhadap pembacaan puisi siswa dalam bentuk rubrik penilaian (skor)
3.3.2 Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. Persiapan
Alat dan bahan yang dipersiapkan :
Alat : Ruang kelas berukuran 8 x 10 m
Cermin berukuran 6 x 3 m
Perangkat sound system : Televisi, Handy camera
Lagu pengiring
Bahan : Puisi ( boleh karya siswa atau karya orang lain)
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) terlampir
Skenario :
a. sebuah ruang dipersiapkan oleh guru dalam hal ini di SMPN 266 ruang yang dipakai adalah ruang media. Ruangan ini dilengkapi dengan sound sistem lengkap, televisi.
b. cermin berukuran 6 x 3 m dipersiapkan. Karena terbatas dana maka kami menyiapkan cermin dari ruang guru yang biasa dipakai oleh guru untuk memperbaiki penampilannya sebelum mengajar.
c. ruang yang dipersiapkan dinding ruang diberi cermin yang berukuran 6 x 3 m
d. siswa menyiapkan puisi yang akan dibaca (dapat hasil karya siswa atau karya penyair terkenal)
e. Handy Camera dan televisi untuk merekam pembacaan puisi siswa disiapkan
f. guru membagi kelas menjadi sepuluh kelompok dengan akumulasi bila dalam kelas tersebut terdapat 40 orang siswa maka akan terdapat 4 orang dalam satu kelompok yang akan menilai penampilan membaca siswa secara individu.
g. siswa membaca puisi dengan menghadap dinding yang sudah dilapisi cermin
h. tiap kelompok menilai 4 orang temannya dalam lembar pengamatan yang berbentuk rubrik penilaian.
i. dengan menempatkan cermin dan direkam langsung dengan handy camera, siswa dapat secara langsung melihat gaya, ekspresi, gerak, mimi muka, dan kemampuan membacanya.
j. Handy camera dipergunakan untuk tahapan refleksi, hasil rekaman diformat ke dalam bentuk vcd yang nantinya akan diputar ulang pada pertemuan berikutnya atau menilai individu secara kelompok dari rekaman tersebut..
3.3.3 Kegiatan Pembelajaran
1. Siklus Pertama
Tahapan Waktu Uraian Kegiatan Komponen CTL
Kegiatan Pendahuluan 15 menit 1. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
2. Siswa menyebutkan pengalaman-pengalamannya dalam membaca puisi Constructi-vism
Questioning
Learning Community
Kegiatan Inti 60 menit 1. Siswa menentukan bagaimana membaca puisi yang baik
2. Siswa mendiskusikan bersama teman hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membaca puisi
3. Siswa membaca puisi yang telah dipilihnya secara begantian Inquiry
Modeling

Kegiatan Penutup 15 menit 1. Guru memberikan komentar secara umum mengenai hasil kerja para siswa.
2. Guru memberikan penilaian. **) Reflection
Authentic assessmen

2. Siklus kedua

Tahapan Waktu Uraian Kegiatan Komponen CTL
Kegiatan Pendahuluan 10 menit 1. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai kesulitan/ hambatan ketika membaca puisi pada siklus pertama
2. Guru mempertunjukkan tayangan rekaman langsung video siswa yang membaca puisi dan bersama siswa memilih pembaca puisi sudah baik dan yang masih kurang
3. Siswa berdiskusi dengan kelompok menentukan pembaca puisi sudah baik dan yang masih kurang Constructi-vism
Questioning
Learning Community
Tahapan Waktu Uraian Kegiatan Komponen CTL
Kegiatan Inti 70 menit 1. Siswa menyebutkan pembaca puisi yang sudah baik dan pembaca puisi yang kurang baik
2. Guru membimbing siswa melakukan penilaian pembacaan puisi dan kriteia untuk menentukan bahwa pembaca puisi itu sudah baik
3. Siswa menilai pembacaan puisi temannya dalam rubric penilaian
4. Siswa memberikan skor perolehan pembacaaan puisi Inquiry
Modeling
Authentic assessmen
Kegiatan Penutup 10 menit 1. Siswa mengumpulkan hasil penilaiannya per kelompok
2. Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa **) Reflection
*) penilaian proses dimulai
**) penilaian hasil dilaksanakan
3.3.4 Evaluasi Proses Pembelajaran
3.3.4.1 Penilaian Proses
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melaksanakan pengamatan dan penilaian.Berikut adalah kriteria pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.
Aspek Skor 1 Skor 2 Skor 3
Keseriusan mengikuti pembelajaran Kurang serius, sering bercanda, mengganggu teman Masih melakukan aktivitas di luar pembelajaran Mengikuti pembelajaran dengan tertib
Kerjasama dalam diskusi kelompok Masih memerlukan bimbingan guru secara intensif Tanpa bimbingan intensif Sudah dapat membimbing teman
Waktu Waktu yang tersedia tidak cukup Selesai sesuai waktu yang tersedia Selesai sebelum waktu berakhir
3.3.4.2 Penilaian Hasil Pembelajaran
Pembacaan puisi siswa dinilai oleh kelompok. Tiap kelompok melakukan penilaian secara individu pada 4 orang siswa. Sehingga setiap sepuluh kelompok menilai seluruh temannya yang membaca puisi . Tingkat keobjektifannya penilaian dalam memberikan skor perolehan dalam bentuk angka.
Berikut adalah kriteria penilaian membaca puisi siswa.
Nama Siswa :
Judul Puisi :
Kelompok Penilai :
No. Uraian Skor Keterangan
1. Intonasi
a. Jelas terdengar, lafal diucapkan dengan benar 4 NA = (jumlah skor : 30) x 100
b. Jelas terdengar, tempo suara teratur, tekanan nada sudah baik 3
c. Jelas terdengar, tempo suara cukup teratur, tekanan nada sudah baik 2
d. Jelas terdengar, tempo suara tidak teratur, tekanan nada belum baik 1
Skor maksimal 4
2. Pengahayatan
sangat baik dan mampu mengahayati isi puisi 4
Sudah baik dan mampu menghayati isi puisi 3
Cukup baik dan cukup mampu menghayati isi puisi 2
Kurang dalam menghayati isi puisi 1
Skor maksimal 4
3. Tempo dan Nada
Pengaturan tempo, tinggi-rendah nada, keras- lemah suara, dan cepat-lambat membaca puisi sangat baik 4
Pengaturan tempo, tinggi-rendah nada, keras-lemah suara, dan cepat-lambat membaca puisi baik 3
Pengaturan tempo, tinggi-rendah nada, keras-lemah suara, dan cepat-lambat membaca puisi cukup 2
Pengaturan tempo, tinggi-rendah nada, keras- lemah suara, dan cepat-lambat membaca puisi kurang 1
Skor maksimal 4
4. Gerak/mimik 2
Keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan sangat baik 4
Keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan baik 3
Keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan cukup baik 2
Keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan kurang 1
Skor Maksimal 4
Jumlah Skor Maksimal 16

3.3.5 Output
Kemampuan siswa dalam membaca puisi pada siklus pertama belum menampakkan kemajuan kemudian guru mengevalusi kendala dan hambatan yang terjadi. Yaitu waktu yang tersedia kurang mencukupi dan siswa kurang antusias mengikuti karena setelah tugas dia selesai maka berakhir pulalah apa yang kewajibannya terhadap materi yang diuji yaitu membaca puisi.
Hasil temuan di lapangan ternyata terdapat beberapa kendala pada siklus yang pertama.
LEMBAR OBSERVASI

Hari, tanggal : Senin, 7 Januari 2008
Deskripsi temuan lapangan :
 Siswa masih perlu diberi penjelasan yang lebih banyak mengenai cara membaca puisi
 Ada yang mau tampil tetapi masih malu dan tidak tahu harus tampil membaca puisi yang bagaimana
 Untuk tampil saling melempar nama pada temannya.
 Sebagian besar siswa harus ditunjuk langsung untuk tampil.
 Siswa masih belum dapat bekerjasama dengan kelompoknya untuk memberikan penilaian
 Terdapat siswa yang masih melakukan aktivitas lain, yaitu berbicara dengan temannya dn masih terdapat siswa yang malas untuk ikut serta dalam diskusi
 Masih terdapat siswa yang saling mengandalkan dalam diskusi
Melihat kendala yang ditimbulkan pada siklus yang pertama, maka guru mencari solusi pada siklus yang kedua yaitu dengan memberi jeda penugasan dengan memutar ulang hasil rekaman siswa sebelumnya, sehingga siswa menjadi termotivasi dalam melakukan pembacaan puisi untuk lebih baik, selin itu guru juga mengumumkan siswa yang memperoleh skor tertinggi pertemuan yang lalu.
Jeda yang dimaksud adalah, setelah seorang siswa membaca puisi kemudian guru mermutar kembali rekaman siswa dan membahas dan menugaskan siswa mengecek kembali hasil diskusi penilaian pembacaan puisi. Sehingga siswa yang telah selesai membaca menjadi tahu kesalahan apa yang telah diperbuat.
Refleksi ini juga dapat membangkitkan siswa untuk lebih menggali otensi yang ada dalam dirinya ketika membaca puisi. Guru masih berperan dalam memantau proses pembelajaran secara afektif atau melihat sikap dan antusias siswa ketika penilaian individu dilakukan oleh kelompok.
Setelah digunakan cermin dan teknik rekaman langsung dapat dilihat pada tabel berikut ini.
NILAI RATA-RATA MEMBACA PUISI SISWA KELAS VII.4 DENGAN MENGGUNAKAN CERMIN DAN REKAMAN LANGSUNG
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI RATA-RATA
1. Intonasi 82.50
2. Penghayatan 76.30
3. Tempo dan Nada 75.00
4 Gerak/mimik 75.60
Rata-rata kemampuan 77.35

Pada siklus kedua terjadi perubahan antara lain:
1. Siswa tampak memiliki motivasi lebih tinggi
2. Siswa lebih bergairah mengikuti pembelajaran
3. Terjadi peningkatan aspek pembacaan puisi yang lebih baik
4. kerjasama kelompok untuk memberi penilaian baik dan aktif

BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan cermin siswa dapat memperbaiki penampilannya ketika membaca puisi secara langsung, dan juga dapat melihat apakah pembacaan puisi yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang dia harapkan. Rekaman lansung yang dipergunkan guru ketika siswa sedang membaca puisi dimaksudkan untuk melatih siswa dalam memberikan penilaian yang objektif mengenai pembacaan puisi yang dilakukan temannya dengan melibatkan orang lain dalam hal ini kelompok. Siswa juga dapat berlatih menerima dan memberikan kritik melalui kerjasama kelompok., siswa terinspirasi untuk mengajukan gagasan, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah tersebut sesuai dengan pandangan dan sikap siswa.
Kesungguhan siswa, kelancaran, dan ketepatan waktu pada proses pembelajaran diperhatikan dan diamati sehingga guru dapat membantu siswa dalam membaca puisi, selain itu memotivasi siswa untu langsung memperbaiki diri dalam keterampilannya membaca puisi. Sekolah dalam hal ini guru mata pelajaran bahasa Indonesia mempunyai referensi dan dokumentasi yang baik dari rekaman pembacaan puisi siswa, untuk nantinya pada pembelajaran berikutnya dapat menjadi model.. Pembacaan puisi siswa dinilai oleh guru dan oleh temannya. Berdasarkan kriteria tersebut rata-rata siswa memperoleh nilai 77.35Dengan demikian, jelas bahwa cermin dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa.
Penayangan kembali hasil rekaman siswa adalah tahap refleksi dan mendiskusikan kesalahan siswa dalam membaca sastra sehingga pada pembelajaran yang akan datang kesalaahan tersebut dapat diperkecil
Hasil rekaman juga dapat disimpan untuk pembelajaran pada kelas lainnya, dan sebagai bukti fisik yang akan menjadi dokumen sekolah sebagai media pembelajaran alternatif. Teknik pembelajaran seperti ini juga dapat melatih siswa untuk mengikuti lomba membaca puisi, lomba pidato, bahkan siswa juga dapat menggunakan teknik ini dalam kemahiran berbahasa yang lainnya atau bahkan mata pelajaran lainnya.

5.2 Saran
Penggunaan cermin dengan rekaman langsung cukup efektif dalam dalam pembelajaran membaca puisi sehingga diharapkan para guru berkenan menggunakan metode ini. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, sebaiknya siswa dilatih berkali-kali. Tugas mandiri perlu diberikan kepada siswa. Dalam waktu tertentu perlu diadakan lomba membaca puisi sehingga siswa termotivasi untuk membaca puisi. Metode ini adalah sebuah alternatif dalam pembelajaran membaca puisi sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran, guru tetap dimungkinkan menggunakan metode lain yang relevan.
Penelitian ini kiranya dapat berguna dalam melatih kemahiran dan keterampilan berbahasa sastra siswa. Khususnya siswa SMP Negeri 266 Jakarta Utara untuk lebih mencintai sastra sebagai pelajaran yang banyak mengajarkan nilai-nilai luhur tentang hidup dan kehidupan.
Pembelajaran yang menyenangkan tentang sastra akan memunculkan penyair-penyair besar sekelas Rendra dari tangan guru-guru yang mau memulai sesuatu yang baru.

Penelitian dengan harapan kegiatan yang akan dilaksanakan dapat memberikan konstribusi aktif dalam rangka menumbuhkan rasa cinta terhadap sastra, serta pentingnya menanamkan kesadaran untuk terus berpacu mengejar suatu keinginan yang positif dan berani tampil beda sebagai siswa dan guru kota besar yaitu DKI Jakarta, tempat dimana segala sarana dan prasarana pendukung kegiatan serba ada dan memungkinkan.
Fasilitas yang serba ada tersebut rasanya sangat sayang dilewatkan apabila tidak dipergunakan, asalkan keinginan untuk maju dan mencoba segala sesuatu yang penuh tantangan ada di dalam diri guru dan siswa. Rasanya menjadi jauh dari harapan bila hanya gurunya saja yang kreatif sementara siswanya tidak atau malas untuk berkreasi.
Sejauh mana kita memulai suatu kegiatan di sekolah dan dimana pun , harus dibuka dengan kata “Kita Mau dan Kita Bisa”. Harapan penulis penelitian ini kiranya dapat menjadi pilihan atau alternatif lain dalam mengajarkan membaca puisi khususnya dan keterampilan bersastra pada umumnya.
Kami meyakini bahwa untuk terlaksananya kegiatan ini perlu adanya dukungan positif dari berbagai pihak. Dan pada akhirnya hanya memohon kepada Allah SWT agar senantiasa memberikan bimbingan, perlindungan, dan kekuatan. Karena Allah-lah tempat bergantung setiap hamba-Nya.
Akhirul kalam
Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh,

Jakarta, 30 Maret 2008
Mengetahui Penulis
Kepala SMP Negeri 266 Jakarta



Dra. Endang Nurhayati, M.M. Dra. Seni Asiati
NIP. 130927892 NIP.132137160










DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. 1982. Teknik Berdeklamasi dan Baca Puisi. Surabaya: Warga
Badudu, J.S. 1984. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : Gramedia
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
_________ 2001. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
_________.2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Prinsip dan Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Hernowo.2004. Bu Slim & Pak Bil: Menggagas-Kembali Pendidikan Berbasiskan Buku. Bandung : Mizan Learning Center
_______. 2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan. Bandung: Mizan Learning Center
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Natawidjaya, Rochman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Bandung : IKIP Bandung
Parera, Jos Daniel. 1996. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Landas Pikir dan Landas Teori. Jakarta: Grasindo
Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Grasindo
Zaini, Hisyam, dkk. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CSTD

DAFTAR TABEL



1. TABEL HASIL PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN
2. DAFTAR SKOR PEMBACAAN TANPA CERMIN
3. DAFTAR SKOR PEMBACAAN DENGAN CERMIN DAN REKAMAN LANGSUNG

DAFTAR GAMBAR


LAMPIRAN –LAMPIRAN

1. SURAT KETERANGAN PENGESAHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
3. RUBRIK PENILAIAN KELOMPOK

Lampiran 1

SURAT KETERANGAN PENGESAHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1 Identitas Penelitian
a. Judul Penelitian Aku dengan Cermin ‘ReLa’ Membaca Puisi Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 266 Jakarta Utara
b. Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Indonesia
c. Jenis Penelitian Penelitian Individual
d Kategori Penelitian Penelitian Tindakan kelas
e. Sumber Observasi Siswa kelas VII..4 SMPN 266 Jakarta Utara
2 Identitas Penulis
a. Nama Lengkap Dra. Seni Asiati
b. Jenis kelamin Perempuan
c. Pangkat/Golongan ruang Penata Tk.I/ III.D
d. Nomor Induk Pegawai 132 137 160
e. Alamat Rumah Jalan Sungai Kendal Rt 01/08 No.72 Rorotan Cilincing Jakarta Utara
f. Telepon R.(021)70978654,HP. 085921218075
g email seniasiati@yahoo.co.id
h Situs blogger http://senicantiq.blogspot.com
3 Lokasi Penelitian
a. Nama Tempat SMP Negeri 266
b. Alamat Jalan Cilincing Bhakti VI No. 29 Cilincing Jakarta Utara
c. Telepon 021- 4402745
d. Fax 021-4402745
e. Lama Penelitian Selama dua bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari tahun 2008
Waktu pelaksanaan setiap siklus dua kali tatap muka yang masing-masing tatap muka berlangsung 2 x 40 menit
5 Biaya Penelitian
a. Sumber dana Swadana

Jakarta, 01 Februari 2008
Mengetahui
Kepala SMP Negeri 266 Jakarta




Dra. Endang Nurhayati, M.M.
NIP. 130 927 892

Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP Negeri 266 Jakarta
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas /Semester : VII/2
Standar Kompetensi : Mendengarkan sastra
13. Memahami pembacaan puisi
Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pemba¬caan puisi
Indikator (1) Siswa dapat Mampu mengemukakan cara pelafalan, intonasi, ekspresi pem¬baca puisi
(2) Siswa dapat Mampu memberi tanggapan de¬ngan alasan yang logis pemba¬ca¬an puisi yang didengar/disaksikan
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit ( 2 pertemuan)

1. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat membaca puisi dengan mengguna¬kan intonasi, ekspresi, gerak/ gestur, dan penghayatan yang baik.
2. Materi Pembelajaran
Cara menanggapi pembacaan puisi dan implementasi- nya
3. Metode Pembelajaran
a. Pemodelan
b. Inkuiri
c. Demonstrasi
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
a. Kegiatan awal
1) Siswa mencermati model pembacaan puisi
2) Siswa dan guru bertanya jawab cara membaca puisi yang baik dan benar.
3) Siswa mengidentifikasi cara membaca puisi yang baik
b. Kegiatan Inti
1) Siswa menentukan bagaimana membaca puisi yang baik
2) Siswa mendiskusikan bersama teman hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membaca puisi
3) Siswa membaca puisi yang telah dipilihnya secara bergantian
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan komentar secara umum mengenai hasil kerja para siswa
2) Guru memberikan penilaian.
Pertemuan Kedua
a. Kegiatan awal
1) Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai kesulitan/ hambatan ketika membaca puisi pada pertemuan pertama
2) Guru mempertunjukkan tayangan rekaman langsung video siswa yang membaca puisi dan bersama siswa memilih pembaca puisi sudah baik dan yang masih kurang
3) Siswa berdiskusi dengan kelompok menentukan pembaca puisi sudah baik dan yang masih kurang
b. Kegiatan Inti
1) Siswa menyebutkan pembaca puisi yang sudah baik dan pembaca puisi yang kurang baik
2) Guru membimbing siswa melakukan penilaian pembacaan puisi dan kriteia untuk menentukan bahwa pembaca puisi itu sudah baik
3) Siswa menilai pembacaan puisi temannya dalam rubrik penilaian
4) Siswa memberikan skor perolehan pembacaaan puisi
c. Kegiatan Akhir
1) Siswa mengumpulkan hasil peniliannya per kelompok
2) Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa
5. Sumber Belajar
a. VCD, rekaman membaca puisi siswa
b. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
6. Penilaian
a. Teknik : Tes unjuk kerja.
b. Bentuk instrumen : Uji petik kerja prosedur dan produk
c. Soal /Instrumen : Bacalah puisi dengan memperhatikan, intonasi, pelafalan, tempo dan nada, gerak/mimik, penghayatan
Rubrik Penilaian Membaca Puisi
Berilah tanda cek () pada kolom nilai 1, 2, 3, atau 4 dengan ketentuan: 1 = kurang; 2 = sedang; 3 = baik; 4 = sangat baik.
Nama siswa : ......................................
Tanggal : .....................................
Judul Puisi : ....................................
Kelompok Penilai : ....................................
No. Aspek Deskriptor 1 2 3 4
1 Intonasi Suara jelas terdengar, lafal tepat
2 Tempo dan Nada Pengaturan tempo, tinggi-rendah nada, keras- lemah suara, dan cepat-lambat membaca
3 Gerak/mimik Keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan
4 Penghayatan Penghayatan terhadap isi puisi
Skor maksimal: = 16
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut.
Perolehan Skor
Nilai akhir = ------------------------ X Skor Ideal (100) = . . .
Skor Maksimum (16)

Jakarta, 30 Juli 2007
Mengetahui Guru Mata Pelajaran,
Kepala Sekolah,


Dra. Endang Nurhayati, M.M Dra. Seni Asiati
NIP. 130 927 892 NIP. 132 137 160
Tukang Sampah itu Pak Joko

Jakarta adalah salah satu kota besar yang selalu padat dengan beranekaragam manusia dari berbagai daerah, aktivitas, lalu lintas dan sebagainya. Seorang bapak kira-kira berusia 53 tahun dari perkampungan kumuh di sudut kota Jakarta, Ya itulah pak Joko, senantiasa mendorong gerobak sampahnya yang telah menemaninya selama kurang lebih 30 tahun. Pak Joko senantiasa mendorong gerobaknya meskipun rasa lapar dan harapan kosong menghampiri. Namun, bagi dirinya sampah adalah menu utama dan gerobak adalah sendok dan garpu.
“Uuuhhh…padat dan kotor sekali kota ini. Seperti tidak terurus.”, keluh pak Joko.
Lalu ia pun melanjutkan perjalanan meskipun sesekali ia menghampiri sampah di pinggir jalan. Tidak terasa, ia telah sampai di pangkalan mikrolet dan ia pun langsung memasuki salah satu mikrolet tua yang ada di situ.
“Kau ini tidak pernah ada habisnya ya?” pak Joko berbicara sendiri sambil membersihkan kolong-kolong bangku yang ada di mikrolet.
“Ya…namanya juga Jakarta, tidak tahu kapan bersihnya!”, sahut pak Sanim yang sedang memanaskan mobil.
“Memang orang di Jakarta ini tidak ada yang pernah peduli terhadap kebersihan kotanya”, kata pak Joko nada kesal.
Mikrolet sudah bersih, pak Joko pun turut untuk melanjutkan ke tempat lain. Namun baru beberapa langakh ia sudah dipanggil oleh pak Sanim.
“Pak..pak Joko….pak Joko……sebentar!”, kata pak Sanim seraya menghampiri pak Joko. “Ada apa pak Sanim?”, tanya pak Joko dengan heran.
“Ini pak buat bapak…”, kata pak Sanim sambil menyodorkan uang dua lembar ribuan.
“Tidak, tidak usah, terima kasih banyak….ini sudah tugas saya, jadi saya tidak bias menerima menerima pemberian bapak.”, kata pak Joko.
Lalu pak Joko pun meninggalkan pak Sanim yang masih heran dengan sikap pak Joko. “Ko ada ya orang yang tidak mau menerima uang di zaman yang serba susah ini..”, kata pak Sanim, sambil melihat pak Joko yang lama-kelamaan hilang oleh kejauhan.
Di dalam perjalanan hati pak Joko memohon doa, “Ya….Tuhan….jangan Engkau beri uang yang lebih bau dari sampah”.
Tidak terasa pak Joko sudah sampai di tempat pembuangan sampah, lalu ia pun menuangkan sampah yang ada di dalam gerobaknya.
“Sepertinya matahari sudah di atas kepal, lebih baik aku pulang untuk makan dan istirahat.”, kata pak Joko sambil mendorong gerobak yang sudah kosong.
Di dalam perjalanan perut pak Joko berbunyi, “Kruk….kruk…..kruk….”, suara perut pak Joko. Tak terasa pak Joko sampai di mulut gang rumahnya. Pak Joko pun sampai di depan rumahnya. “Assalamualaykum…..”, pak Joko memberikan salam. “Waaliakumussalam……”, serentak di jawab oleh istri, anak tunggalnya, dan cucu satu-satunya.
Istri pak Joko membuat minum, sedangkan anak dan cucunya memijit pundak dan kaki pak Joko. “Ini pak minum dulu…pasti bapak haus kan…!”, kata sang istri sambil menyodorkan segelas air putih kepada pak Joko.
Pak Joko mengambil dan segera meminumnya dan ia berkata, “Terima kasih bu…..”.
“Bu, bapak mau ngadem dulu ya di bawah pohon mangga….”.
Pak Joko pun keluar rumah dan duduk di bangku bambu di bawah pohon mangga. Sedang asyiknya bersantai, anak dan cucunya menghampiri.
“Pak ada cerita apa hari ini?”, kata anak pak Joko yang bernama Tia.
“Ada!”, kata pak Joko dengan singkat.
“Apa pak ceritanya!!”, tanya Tia dengan penasaran.
“Begini, tadi kan bapak membersihkan sebuah mobil mikrolet tua yang di dalam mobil mikrolet tersebut sangat kotor sekali, bapak pun masuk dan membersihkannya, nah..setelah bapak selesai membersihkan, bapak dipanggil oleh si supir mikrolet dan ia ingin memberi bapak uang, tapi bapak tolak!”. “Kenapa bapak tolak?”, tanya Tia. “Karena uang itu bukan hak bapak, masih banyak yang lebih membutuhkan uang tersebut seperti tukang bajaj, penyalur genteng dan masih banyak lagi”, kata pak Joko.
“Nah…mulai sekarang kita harus membantu orang dengan ikhlas tanpa mengharapkan pamrih.”, kata pak Joko. “Pak, lebih baik kita masuk lalu makan bersama.”, kata Tia.
“Ya sudah yu kita masuk..”, ajak pak Joko.
Akhirnya pak Joko dan keluarganya makan bersama.

Back Home Pasien Covid

Good bye Wisma Atlet Hari ke-14 di Wisma Atlet "Menunggu Surat" Senin, 4 Januari 2021 Ini hari ke-14 di Wisma Atlet. Katanya kami ...