My Family Holiday
Liburan bersama keluarga? Wah pastinya menyenangkan, begitulah yang kami alami pada liburan sekolah kali ini. Kamis – Jumat, tanggal 4 – 5 Juli 2008, kami berkesempatan berlibur bersama keluarga. Tujuan liburan kali ini adalah kawasan wisata daerah Bandung Selatan. Terlebih dahulu aku cari tahu tentang kawasan wisata di daerah Bandung selatan, lewat internet dan hasil perbincangan dengan teman-teman. Melihat liputan tulisan di internet kayaknya seru juga liburan ke daerah Bandung selatan.
Hari itu Kamis, 4 Juli 2008 baru pukul 06.00 Wib, tapi aku sudah sibuk menyiapkan segala keperluan untuk liburan keluarga kali ini. Semua perlengkapan pakaian sudah tersusun rapi di tas besar. Tidak ketinggalan makanan ringan dan minuman yang siap singgah di perut kami selama perjalanan. Tepat pukul 08.00 Wib, kami melaju menuju Bandung Selatan dengan pasukan berjumlah 7 orang dipimpin oleh suami tercinta Surya Ginting, aku, Natasha, Raynaldi kedua buah hati kami, Reza ponakanku (putra kakakku Ida), Selly ponakanku ( putri pertama adikku Ita), dan dayang kami Onah.
Hey Bandung Selatan We Comming……!
Wah perjalanan yang mengasyikan karena kami akhirnya bisa berlibur juga. Suami tercinta yang akhirnya bisa meluangkan waktu untuk berlibur, anakku Natasha yang mondok bisa berkumpul untuk berlibur. Melewati tol Cipularang menuju Bandung. Sampai di pintu tol Kopo kemacetan sudah menghadang. Aduh kok Bandung ikut-ikutan macet sih? Jadilah mobil kami berjalan tersendat-sendat dengan kejenuhan akibat cuaca panas yang menyengat padahal kami sudah sampai Bandung, tapi kok udara panas yah? Anakku Raynaldi yang sering mendengar bahwa Bandung itu sejuk bertanya padaku mengapa udara panas?. Aku katakan karena hutan-hutan di daerah puncak dan sekitarnya habis di tebang untuk dijadikan perumahan dan villa-villa pribadi. Waktu tempuh dari tol Kopo ke daerah Ciwidey kira-kira hampir 2 jam. Lumayan lama yah untuk menuju kawasan wisata yang seharusnya mulus tanpa kemacetan rasanya pemerintah kabupaten Bandung harus memikirkan alternatif lain agar kawasan wisata yang indah dan penuh pesona tersebut tidak ditinggalkan dan menjadi objek yang menarik dan penuh kekaguman, bukan kekesalan karena macet untuk berwisata.
Kiri Kanan Banyak Pohon Strawberi…..
Wah…wah… strawberi, si merah asem, manis, dan kecut…
Sepanjang perjalanan di daerah Ciwidey rumah-rumah semarak dengan kebun strawberi. Si buah asem manis yang menggoda terlihat cantik dan menggoda untuk memetik. Terlihat di depan rumah penduduk tulisan yang berbunyi “ Strawberi Petik Sendiri”. Seru juga kali yah memetik buah strawberi sendiri. Sayangnya kami tidak berkesempatan untuk memetik sendiri, karena kami lihat buah strawberi belum begitu banyak yang merah, takut rugi aja kali yah… udara sejuk yang menerpa membuat anakku Natasha menganjurkan agar tidak menyalakan AC mobil. “ Sejuk Mah, jadi kita hirup dulu udara pegunungan” katanya antusias, boleh juga idenya. Yang pasti suamiku senang bukan main, apa pasalnya? “Rokok” jadi dengan tidak menyalakan AC mobil ia bisa leluasa merokok. Ah suamiku yang makin kurus karena racun nikotin rupanya tidak bisa hilang kebiasaan yang merugikan itu !
Kawah Putih Gunung Patuha Berwarna Telur Bebek
Objek wisata pertama yang kami singgahi adalah Kawah Putih Gunung Patuha,mobil melaju menuju pintu. Biaya yang harus aku kenakan untuk 7 orang adalah Rp 85.000. katanya satu oaring dikenakan biaya Rp 10.000. mobil yang masuk dikenakan Rp 15.000. cukup mahal juga yah mudah-mudahan sebanding dengan pesona wisatanya. Jalan menuju kawasan wisata Kawah Putih ternyata lumayan jauh juga. Jalan yang terus menanjak, sehingga mobil kami praktis hanya bisa gigi 1 sampai tujuan. Wah ngos-ngosan juga yang kuda besi itu. Kiri kanan penuh pohon-pohon yang menjulang tinggi. Udara sejuk bukan main, rasanya ingn dihirup sedalam-dalamnya untuk membersihkan racun polisi di tubuh akibat menghirup udara Jakarta yang tidak lagi ramah.
Kira-kira 5 kilometer mobil kami melaju ke kawasan wisata gunung patuha yang terus menanjak. Sampai kawah semua bergegas mencari WC umum. Wah akibat udara yang mulai menggigit tulang rusuk sampai tanggul jebol juga yah ..he..he..he. jalan masuk ke kawah cukup lebar juga, berbentuk tangga yang berbatu. Sampai ke kawah kami diserbu oleh bau belerang yang menyengat. Namun udara bertambah dingin, tidak lagi sejuk. Kawah Putih waktu kami datangi tidak berwarna putih tapi seperti warna telur asin hjau tidak ada putih-putihnya. Katanya bila udara cerah maka warna kawah menjadi hijau.
Tidak lama kami di sana, selain udara yang membuat tubuh menggigil kedinginan juga kawasan wisata tersebut kurang fasilitas yang memadai. Harusnya pengelola menyediakan lebih banyak pondokan-pondokan atau tempat untuk menikmati pesona kawah, sehingga pengunjung bisa bersantai menikmati Kawah Putih dengan rileks. Di tempat parkir mobil memang berjejer orang berdagang dengan menu andalan ‘Strawberi’, ada yang sudah dibungkus dengan wadah plastik. Ada juga yang siap di jus mengenai harga relatif murah dibandingkan di Jakarta. Satu wadah plastik kira-kira beratnya setengah kilogram dihargai Rp 5000. kalau di Jakarta mana bisa harga segitu.
Hot Natural Water Cimanggu
Melanjutkan liburan, mobil kami melaju menuju objek wisata tempat renang. Anakku Raynaldi sudah tidak sabar ingin berenang katanya. Jadilah kami masuk objek wisata kolam renang air panas alami ‘Cimanggu’ yang dikelola oleh Perhutani. Biaya yang kami keluarkan relative murah satu orang membayar Rp 5000 sudah bisa menikmati kesegaran air panas alami.
Kami menyewa sebuah saung yang sudah diberi alas tikar seharga Rp 10.000 sepuasnya. Terlihat kolam air panas yang masih mengepulkan asapnya seperti baru diangkat dari kompor, anakku Raynaldi dan ponakanku Selly tidak sabar ingin segera menceburkan diri. Anakku Raynaldi membuka pakaiannya hendak terjun ke kolam renang. Tapi …….. alamak Raynaldiku hanya mencelupkan kakinya saja. Katanya airnya panas sekali. Dengan rasa ingin tahu aku ikut ceburkan kakiku ke kolam. Ah… hangatnya terasa menyentak jantung, memang cukup panas. Kalau untuk merendam kaki masih tahan tapi kalau untuk merendam seluruh badan ….. aduh …. Mana tahan. Anakku Natasha, ponakanku Reza, dan dayang kami Onah dengan keinginan yang kuat untuk menghilangkan jerawat yang menempel di wajah segera menceburkan dirinya. Membasuh semua muka yang dihiasi jerawat. Natashaku tidak ketinggalan mencelupkan rambut hitamnya, tujuan Cuma satu… agar kutu-kutu yang ada di rambutnya pada mati semua,… memang bisa?
Puas menikmati air kolam renang tujuan kami selanjutnya ke peternakan rusa ’Ranca Upas’, namun keinginan yang menggebu tersebut surut ketika melihat objek wisata tersbt dari pintu masuknya sudah tidak menarik, apalagi hari sudah hampir senja dan kami juga belum mendapat penginapan yang sesuai. Dengan kecewa, mobil tidak kami belokkan ke objek wisata tersebut tapi turun menuju ciwidey untuk mencari penginapan. Sepanjang jalan memang banyak penginapan, namun dari depan terlihat kusam dan kumuh. Apalagi sinyal handphone tidak ada di handphone suami dan anakku Natasha. Dengan pertimbangan tidak ada penginapan yang layak dan sinyal yang juga tidak ada (takutnya nanti ada berita mendadak) mobil kami lajukan ke kota Bandung.
Masuk ke kota Bandung dihadang lagi oleh kemacetan dan jalan satu arah. Jadilah kami yang buta tentang kota Bandung hanya putar-putar kota Bandung sambil leher panjang melihat kalau-kalau ada hotel yang layak. Untungya aku ingat pesan temanku kalau mau cari hotel ke Jalan Pasir Kaliki aja banyak hotel. Mobil pun membelah jalan kota Bandung dengan tujuan Pasir Kaliki. Dengan modal tanya sana tanya sini sampailah kami di sebuah hotel.
Hotel Guci Pasir Kaliki
Namanya Hotel Guci, letaknya persis di depan jalan raya Pasir Kaliki. Tarip hotel yang masih terjangkau untuk ukuran kocek kami akhirnya kami ambil, dengan tambahan satu ekstra bed.
Ada yang lucu ketika kami membuka kamar hotel, ternyata ada pintu lain di sebelah kamar mandi dengan rasa ingin tahu aku buka ternyata pintu tersebut langsung menghubungkan ke kolam renang. Bisa dibayangkan dong bagaimana histerisnya jagoan kecilku melihat kolam renang di depan mata. Dengan terburu-buru Raynaldiku, Selly, Reza langsung terjun ke kolam, padahal hari sudah menjelang magrib. Tapi tidak berlangsung lama, karena air di kolam ternyata dingin menusuk.
Malam itu kami keliling kota Bandung tanpa tujuan pasti hanya ingin mencari makanan dan melihat outlet sekitar Bandung. Setelah lelah berkeliling akhirnya kami singgah di sebuah Mall yang di seberangnya terdapat outlet. Lumayan juga kami dapat boneka ulil berwarna hijau seharga Rp 59.000 untuk hiasan mobil kami, sebuah celana panjang sanati untuk Natasha seharga Rp 62.000 yang didiskon 30 % jadi berapa yah? Juga empat buah CD untuk Raynaldi dengan gambar-gambar yang lucu seharga Rp 20.500. Suamiku tidak ketinggalan dapat sebuah jaket seharga Rp 289.000. sudah lelah berburu kami balik ke hotel yah dengan acara putar-putar dan tanya sana-sini.
Sampai hotel sudah pukul 10.30.00 Wib, mata lelah kaki penat sekali tidak berlangsung lama kami terlelap di kota Bandung. Paginya acara sarapan pagi hanya diberi kupon makan untuk 3 orang, Natasha, Reza, dayang kami Onah yang menikmati fasilitas tersebut. Aku, suamiku, Raynaldi, dan Selly mencari makanan di luar. Belok ke kanan kami temukan tukang kupat tahu.lumayan juga seporsi hanya lima ribu rupiah sudah dapat mengenyangkan.
Pukul 10.00 kami cek out dari hotel untuk berkeliling lagi di kota Bandung kali ini satpam hotel memberi kami sebuah peta tapi dengan penggantian sepuluh ribu rupiah. Berbekal peta kota Bandung eh… kami tetap aja nyasar dan tidak tahu arah.
Tujuan kami Taman Hutan Raya Ir. H.Juanda. sampai sana kocek kami harus keluar Rp 23.000 untuk 6 orang dan mobil. Di dalam kawasan banyak pohon tinggi yang menjulang. Raynaldiku antusias skali ingin melihat Gua Jepang dan Gua Belanda. Sampai depan pintu gua kami sudh dihadang dengan kawanan pemandu yang langsung mengangsurkan senter untuk dipakai di dalam gua. Berkeliling gua rasanya bukan rekreasii walau dengan pemandu tapi di dalam gelap gulita jadi apa yang mau di lihat? Di pintu keluar kami harus merogoh kocek sewa senter satu senter seharga Rp 3000 plus pemandu aku harus mengeluarkan kocek sebesar Rp 25.000, mahal jugakan untuk wisata yang gelap gulita! Perjalanan kami lanjutkan ke gua Belanda tapi dengan pesan pada anakku agar tidak ke dalam cukup di luar dan tidak asal menerima senter.
Lelah berkeliling Taman Hutan Raya kami lanjutkan untuk pulang. Di sebuah otutlet di jalan Asia Afrika kami makan siang dengan pilihan menu mie kocok, soto, batagor, dan bakso malang. Puas makan yang rasanya tidak nendang kami lanjutkan perjalanan untuk pulang kali ini kami akan lewat Puncak-Cianjur karena permintaan jagoan kami sebuah Samurai yang setahuku dijajakan di kawasan Cibodas. Benar saja di Cibodas Samurai bisa aku temukan dengan harga Rp 30.000. belanja oleh-oleh sedikit untuk tetangga kami pun pulang. Puncak memang indah namun kalau macet jengkel juga.
Kali ini sholat magrib kami jalani di masji At Taawun di Puncak Pas. Jalan turun ke Jakarta kami habiskan 4 jam, karena macet dari Pasar Cisarua hingga pintu tol……. BAYANGKAN! Kasihan suamiku harus rela kakinya pegang menginjak kopling dan rem.
Sampai Jakarta pukul 12.30 kami sampai rumah dengan kepenatan yang luar biasa, namun puas karena dapat berlibur bersama keluarga.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah memberikan komentar dan masukan