PENGANTAR
Ho Chi Minh City, yang dulunya terkenal dengan
nama Saigon, merupakan kota terbesar di Vietnam dan juga kota yang sangat
menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah karena mata uangnya yang
memiliki nilai lebih rendah dari pada uang Rupiah, Di Jakarta nilai tukar 1
rupiah bulan November tanggal 25 setara 0,80- 0.95 Dong. Katanya sih
harga disana pun relatif lebih murah dibandingkan di Jakarta.
Dannnnn aku akan ke VIETNAM. Akhirnya ada alasan untuk ke Vietnam.
KAPPIJA
(Keluarga Alumni Program Persahabatan Indonesia Japan)Alhamdulillah
akhirnya dapat ikutan acara Regional Leader Forum di Vietnam. Setelah sebulan
sebelumnya ikutan acara Kappija National Leader Forum di Batam. Kegiatan
tahunan dari Ajafa atau perhimpunan alumni ASEAN yang pernah merasakan
berkunjung ke JAPAN dan dibiayai JICA. Aku dan beberapa teman yang ikut Ajafa
di Vietnam seperti Trisnaini, Hanum, Erma adalah alumni dari grup Teacher dan
berangkat Juli- Agustus 2001, jadilah kami reuni kecil-kecilan di luar negeri
pula hahahha luar biasa. Kegiatan RLF mengenalkan budaya negara masing-masing. Selain
itu kegiatan yang telah dilakukan oleh alumni di negaranya. RLF kali ini
diikuti oleh negara :
- Indonesia
: diwakili oleh 14 orang
- Malaysia
: diwakili oleh 9 orang
- Singapore :
diwakili 3 orang
- Thailand
: diwakili oleh 10 orang
- Philipina :
diwakili 10 orang
- Laos : diwakili
10 orang
- Cambodya :
diwakili 18 orang
- Seni
Asiati : Teacher
and Lecture (ini aku new comer dalam kegiatan AJAFA ini. Kali ini
akan sering eksis biar bisa mengenal negara-negara ASEAN) kata Mbak One
yang mantan foto model aku tuh bandel waduhhh tapi ngagenin kan mbakuu💓
- Erma
Harlina :
Teacher Senior Hight School ( aku biasa memanggil Uni karena Erma asli
Padang, guru bahasa Inggris yang writing and spoken Enlisnya tidak
diragukan, tapi itulah manusia terlalu perfect sampai-sampai salah terus
ketika minta tolong pada orang Vietnam, secara tuh orang Vietnam
Englishnya pas buat didengar aja kali yah)
- Anna
Fauziah :
Jurnalis Kartini yang sekarang jadi penulis lepas (Ketua delegasi
Indonesia yang lembut dan sungguh sabar, Mba kok bisa sabar sih 😍😍 padahal aku aja mbandel, trus Zul dari Batam heboh rame banget, belum
lagi yang dari Makasar datang di ujung penantian untuk presentasi)
- Yulinar
Hanum ( guru SMP di Tangerang
Selatan dan selalu heboh kalau kehabisan batre handphone)
- Laila (
pegawai pemerintah yang cantik dan imut, katanya adik bu Silvy mantan
cagub DKI)
- Joko
Wistoko (pejabat
pemerintah yang akhirnya mendapat nama baru Mr. Dollar Man)
- Trisnaini
Nur Fathonah (ibu
kepsek yang berhati halusssss gampang pecah 🙌 dan pergi kali kedua setelah
National Leader Forum di Batam juga membawa serta suami tercinta, mungkin
takut istri tercinta digondol orang yah dan kali ini anaknya Dinda
ikut serta).
Hong Hac Hotel Benthan Distrik 1, Kamis, 30 November 2017 pukul 18.10.
Bersama Zul acara malam kami di kota Saigon ini jadi tentu arah (padahal ini kali pertama dia ke Vietnam, mungkin keinginan jadi Guide yang tak kesampaian yah?????? (Eta terangkanlah). Keinginan perut yang mendesak membuat kami mempercepat langkah. Untungnya hotel tempat menginap dekat dengan pusat perbelanjaan. Tapi memang hasrat belanja apalagi dengan mata yang masih terbuka lebar mengalahkan keinginan perut. Di sepanjang jalan mata sudah disuguhi beragam souvenir oleh-oleh khas Vietnam, ada dompet, tas, gantungan kunci, dll yang kalau disebutkan ada penyesalan (ada yang tak sempat aku beli jadi bikin kezel hati).
Pulang dari Ben Than, kaki sudah senut-senut memohon diistirahatkan, apalagi sepanjang perjaanan kaki ini sudah diajak berlari, mengejar pesawat dan berbelanja. Sampai hotel yang balik hanya 4 orang, aku Uni erma, Mba Anna, dan Hanum. Sambil melepas penat kami menunggu Zul dan Lia di lobi. Plastik-plastik belanjaan sudah memenuhi ruangan lobi. Hadewww benar-benar mrs Shoping semua. Kami tunggu Zul dan Lia sambil rehat sejenak di lobi hotel.
City tour diakhiri, Timang megajak kami untuk makan
(bayar sendiri-sendiri tidak termasuk biaya tour) ke sebuah restoran yang
katanya halal, tapi ternyata waduhhhh mehong banget. Nah, kali ini Zul dengan
gaya leadernya memutuskan kalau kami tidak mau makan di resto itu tapi memilih
makan di restoran” Amin”, sudah terbukti halal dan enak. Kaki yang sudah penat
kami kayuh untuk cepat sampai di Amin Restoran. Aku dan Uni supaya irit dan
sesuai ruang perut, memesan Pho, nasi sepiring, dan minuman es kelapa
pengeluaran yang aku bayar untuk 100 ribu Dong. Pulang makan siang lanjut
mampir lagi ke Ben Than hayyaaaa duit belum habis jadi lanjut terus Shopingnya.
Aku membeli pia durian (nyesel beli 3 ternyata rasanya bikin lidah melintir
uenakkk banget). Lain kali kalo ke Vietnam mau borong yang banyak dehhhh. Kali
ini bungkus pia harus ada nih diingatan.
Royal
hotel, Sabtu, 2 Desember 2017 pukul 08.00
Ho Chi Min City, Sabtu, 2 Desember 2017 Pukul , 13.00 waktu Vietnam
Ho Chi Min City, Minggu, 3 Desember 2017 Pukul , 07.00 waktu Vietnam
Setelah sarapan semua peserta berkumpul di bus dan menuju destinasi berikutnya di sungai Mekong atau "Mekong River" saksi sejarah kemenangan Vietnam terhadap pasukan Amerika. Sayangnya saksi sejarah ini hanya seperti sungai-sungai biasa lainnya tak ada yang menarik.
Sebenarnya bingung juga kok sungai seperti ini (malah lebih bagus dan cantik Sungai Musiku) bisa dijual sebagai objek wisata Vietnam. Lanjut dari Sungai Mekong, kami berkunjung ke tempat seperti musium. Tempat ini milik seorang warga Vietnam seorang pejuang dengan dedikasi yang sungguh bagus dalam penyimpanan benda seni.
Indonesia menjadi negara penampil pertanama untuk unjuk kebolehan. Kali ini kami akan emnguncang Vietnam dengan tarian yang sedang hits yaitu " GE MU FA MI RE". Semua peserta ikut sertadan bergoyang bersama musik yang menghentak. Pokoknya seru habis. Selanjutnya diikuti penampilan dari negara lain, semua negara ikut serta meramikan setiap penampilan negara lain. Aku ikut tarian yang disuguhkan oleh Filipina yaitu tarian "Tari Baby Shark" (sebenarnya aku familiar dengan tarian ini karena sudah sering menarikan). Selain tarian Baby Shark aku juga ikut menjadi peragawati dadakan sewaktu peserta dari Thailand bernyanyi.
Akhinya Closing Ceremony selesai tepat pukul 24.00 waktu Vietnam. Wajah lelah dahgembira mengiringi semua peserta delegasi. Pulang dari acara , aku dan Uni amsih berkesempatan jalan-jalan di kota Ho Chi Min tepatnya sih mau shoping lagi di Ben Than. Kali ini aku bersama peserta dari Malaysia Mr. Razlan (Pengusaha) dan Mr. Rauf (Kepala sekolah). Mulanya menemani tapi akhirnya dapat hadiah dari Mr Malaysia berdua yaitu Pasminah.
COME BACK HOME YEAHHHHH RINDUUU SAYUR ASEM
Cambodya termasuk banyak mengirimkan utusan, mungkin
karena tahun 2018 mereka akan menjadi tuan rumah. Aku sendiri mewakili
Indonesia dari Jakarta. Delegasi Indonesia dari Jakarta lumayan banyak yuk
kenalan:
Foto-foto berikut adalah keseruan selama acara di Vietnam. (Jangan sirik dan Baper yah yang ga ada di foto).
BERSYUKUR DULU
Alhamdulilah setelah menginjakkan kaki di bumi
pertiwi, hari ini Jumat, 8 Desember aku mau cerita nih. Acara Regional Leader
Forum in Vietnam. Bahasa Inggris pas-pas an maklum guru bahasa Indonesia
jadi harus mencintai bahasa sendiri (kalo ini mah ngeles deh), aku bisa juga
menjalin silaturahmi dengan teman-teman dari 7 negara ASEAN. Tahun depan
ijinkan aku ya Rabb untuk terus bersilaturahmi dan yang pasti bahasa Inggrisku
harus lebih baik lagi.yuk simak ceritaku.
Jakarta, Kamis 30 November 2017 pagi yang cerah
pukul 07.00 WIB
Bermodal surat tugas dari Kemendikbud untuk kegiatan
Model Pembelajaran Kerekayasaan akhirnya aku ga jadi bolos deh (rezeki Emak
soleha). Pagi itu dari hotel karena sebelumnya ada kegiatan aku meluncur ke
bandara Soekarno Hatta, waktu tempuh harusnya 15 menit dari hotel, janji pukul
08.00 WIB berkumpul dengan teman-teman dari Jakarta. Lalu lintas yang padat
juga salah jalan menjadikan perjalanan pagi yang cerah menjadi beringas.
Marahku pada “Beng” ga habis-habisnya, kok yah bisa dia salah jalan, secara dia
orang sini. Aduhhh benar deh ga pada
tempatnya jugakan telat gegara salah jalan. Akhirnya sampai di Soetha tepat pukul
08.15 menit. Uni Erma yang sudah merapat di Soetha salah info, Uni masih asyik
mantengin paha ayam di KFC sementara yang lain, Mba Anna, Hanum, Tris dan
keluarga sudah di dalam mengantre cek in. Telepon Uni karena pakai fasilitas WA
jadi agak krodit deh, mana arus bawah si pi*s sudah mendesak keluar.
Teriak-teriak panggil Uni yang ada di pintu masuk ga kedengaran, wis ditinggal
pi*s dulu yah Ni.
KAPPIJA
(Keluarga Alumni Program Persahabatan Indonesia Japan)Alhamdulillah
akhirnya dapat ikutan acara Regional Leader Forum di Vietnam. Setelah sebulan
sebelumnya ikutan acara Kappija National Leader Forum di Batam. Kegiatan
tahunan dari Ajafa atau perhimpunan alumni ASEAN yang pernah merasakan
berkunjung ke JAPAN dan dibiayai JICA. Aku dan beberapa teman yang ikut Ajafa
di Vietnam seperti Trisnaini, Hanum, Erma adalah alumni dari grup Teacher dan
berangkat Juli- Agustus 2001, jadilah kami reuni kecil-kecilan di luar negeri
pula hahahha luar biasa. Kegiatan RLF mengenalkan budaya negara masing-masing. Selain
itu kegiatan yang telah dilakukan oleh alumni di negaranya. RLF kali ini
diikuti oleh negara :
- Indonesia : diwakili oleh 14 orang
- Malaysia : diwakili oleh 9 orang
- Singapore : diwakili 3 orang
- Thailand : diwakili oleh 10 orang
- Philipina : diwakili 10 orang
- Laos : diwakili 10 orang
- Cambodya : diwakili 18 orang
- Seni Asiati : Teacher and Lecture (ini aku new comer dalam kegiatan AJAFA ini. Kali ini akan sering eksis biar bisa mengenal negara-negara ASEAN) kata Mbak One yang mantan foto model aku tuh bandel waduhhh tapi ngagenin kan mbakuu💓
- Erma Harlina : Teacher Senior Hight School ( aku biasa memanggil Uni karena Erma asli Padang, guru bahasa Inggris yang writing and spoken Enlisnya tidak diragukan, tapi itulah manusia terlalu perfect sampai-sampai salah terus ketika minta tolong pada orang Vietnam, secara tuh orang Vietnam Englishnya pas buat didengar aja kali yah)
- Anna Fauziah : Jurnalis Kartini yang sekarang jadi penulis lepas (Ketua delegasi Indonesia yang lembut dan sungguh sabar, Mba kok bisa sabar sih 😍😍 padahal aku aja mbandel, trus Zul dari Batam heboh rame banget, belum lagi yang dari Makasar datang di ujung penantian untuk presentasi)
- Yulinar Hanum ( guru SMP di Tangerang Selatan dan selalu heboh kalau kehabisan batre handphone)
- Laila ( pegawai pemerintah yang cantik dan imut, katanya adik bu Silvy mantan cagub DKI)
- Joko Wistoko (pejabat pemerintah yang akhirnya mendapat nama baru Mr. Dollar Man)
- Trisnaini Nur Fathonah (ibu kepsek yang berhati halusssss gampang pecah 🙌 dan pergi kali kedua setelah National Leader Forum di Batam juga membawa serta suami tercinta, mungkin takut istri tercinta digondol orang yah dan kali ini anaknya Dinda ikut serta).
Bersama Zul acara malam kami di kota Saigon ini jadi tentu arah (padahal ini kali pertama dia ke Vietnam, mungkin keinginan jadi Guide yang tak kesampaian yah?????? (Eta terangkanlah). Keinginan perut yang mendesak membuat kami mempercepat langkah. Untungnya hotel tempat menginap dekat dengan pusat perbelanjaan. Tapi memang hasrat belanja apalagi dengan mata yang masih terbuka lebar mengalahkan keinginan perut. Di sepanjang jalan mata sudah disuguhi beragam souvenir oleh-oleh khas Vietnam, ada dompet, tas, gantungan kunci, dll yang kalau disebutkan ada penyesalan (ada yang tak sempat aku beli jadi bikin kezel hati).
Pulang dari Ben Than, kaki sudah senut-senut memohon diistirahatkan, apalagi sepanjang perjaanan kaki ini sudah diajak berlari, mengejar pesawat dan berbelanja. Sampai hotel yang balik hanya 4 orang, aku Uni erma, Mba Anna, dan Hanum. Sambil melepas penat kami menunggu Zul dan Lia di lobi. Plastik-plastik belanjaan sudah memenuhi ruangan lobi. Hadewww benar-benar mrs Shoping semua. Kami tunggu Zul dan Lia sambil rehat sejenak di lobi hotel.
City tour diakhiri, Timang megajak kami untuk makan (bayar sendiri-sendiri tidak termasuk biaya tour) ke sebuah restoran yang katanya halal, tapi ternyata waduhhhh mehong banget. Nah, kali ini Zul dengan gaya leadernya memutuskan kalau kami tidak mau makan di resto itu tapi memilih makan di restoran” Amin”, sudah terbukti halal dan enak. Kaki yang sudah penat kami kayuh untuk cepat sampai di Amin Restoran. Aku dan Uni supaya irit dan sesuai ruang perut, memesan Pho, nasi sepiring, dan minuman es kelapa pengeluaran yang aku bayar untuk 100 ribu Dong. Pulang makan siang lanjut mampir lagi ke Ben Than hayyaaaa duit belum habis jadi lanjut terus Shopingnya. Aku membeli pia durian (nyesel beli 3 ternyata rasanya bikin lidah melintir uenakkk banget). Lain kali kalo ke Vietnam mau borong yang banyak dehhhh. Kali ini bungkus pia harus ada nih diingatan.
Royal hotel, Sabtu, 2 Desember 2017 pukul 08.00
Ho Chi Min City, Sabtu, 2 Desember 2017 Pukul , 13.00 waktu Vietnam
Ho Chi Min City, Minggu, 3 Desember 2017 Pukul , 07.00 waktu Vietnam
Setelah sarapan semua peserta berkumpul di bus dan menuju destinasi berikutnya di sungai Mekong atau "Mekong River" saksi sejarah kemenangan Vietnam terhadap pasukan Amerika. Sayangnya saksi sejarah ini hanya seperti sungai-sungai biasa lainnya tak ada yang menarik.
Sebenarnya bingung juga kok sungai seperti ini (malah lebih bagus dan cantik Sungai Musiku) bisa dijual sebagai objek wisata Vietnam. Lanjut dari Sungai Mekong, kami berkunjung ke tempat seperti musium. Tempat ini milik seorang warga Vietnam seorang pejuang dengan dedikasi yang sungguh bagus dalam penyimpanan benda seni.
Indonesia menjadi negara penampil pertanama untuk unjuk kebolehan. Kali ini kami akan emnguncang Vietnam dengan tarian yang sedang hits yaitu " GE MU FA MI RE". Semua peserta ikut sertadan bergoyang bersama musik yang menghentak. Pokoknya seru habis. Selanjutnya diikuti penampilan dari negara lain, semua negara ikut serta meramikan setiap penampilan negara lain. Aku ikut tarian yang disuguhkan oleh Filipina yaitu tarian "Tari Baby Shark" (sebenarnya aku familiar dengan tarian ini karena sudah sering menarikan). Selain tarian Baby Shark aku juga ikut menjadi peragawati dadakan sewaktu peserta dari Thailand bernyanyi.
Akhinya Closing Ceremony selesai tepat pukul 24.00 waktu Vietnam. Wajah lelah dahgembira mengiringi semua peserta delegasi. Pulang dari acara , aku dan Uni amsih berkesempatan jalan-jalan di kota Ho Chi Min tepatnya sih mau shoping lagi di Ben Than. Kali ini aku bersama peserta dari Malaysia Mr. Razlan (Pengusaha) dan Mr. Rauf (Kepala sekolah). Mulanya menemani tapi akhirnya dapat hadiah dari Mr Malaysia berdua yaitu Pasminah.
COME BACK HOME YEAHHHHH RINDUUU SAYUR ASEM
BERSYUKUR DULU
Alhamdulilah setelah menginjakkan kaki di bumi pertiwi, hari ini Jumat, 8 Desember aku mau cerita nih. Acara Regional Leader Forum in Vietnam. Bahasa Inggris pas-pas an maklum guru bahasa Indonesia jadi harus mencintai bahasa sendiri (kalo ini mah ngeles deh), aku bisa juga menjalin silaturahmi dengan teman-teman dari 7 negara ASEAN. Tahun depan ijinkan aku ya Rabb untuk terus bersilaturahmi dan yang pasti bahasa Inggrisku harus lebih baik lagi.yuk simak ceritaku.
Jakarta, Kamis 30 November 2017 pagi yang cerah pukul 07.00 WIB
Bermodal surat tugas dari Kemendikbud untuk kegiatan Model Pembelajaran Kerekayasaan akhirnya aku ga jadi bolos deh (rezeki Emak soleha). Pagi itu dari hotel karena sebelumnya ada kegiatan aku meluncur ke bandara Soekarno Hatta, waktu tempuh harusnya 15 menit dari hotel, janji pukul 08.00 WIB berkumpul dengan teman-teman dari Jakarta. Lalu lintas yang padat juga salah jalan menjadikan perjalanan pagi yang cerah menjadi beringas. Marahku pada “Beng” ga habis-habisnya, kok yah bisa dia salah jalan, secara dia orang sini. Aduhhh benar deh ga pada tempatnya jugakan telat gegara salah jalan. Akhirnya sampai di Soetha tepat pukul 08.15 menit. Uni Erma yang sudah merapat di Soetha salah info, Uni masih asyik mantengin paha ayam di KFC sementara yang lain, Mba Anna, Hanum, Tris dan keluarga sudah di dalam mengantre cek in. Telepon Uni karena pakai fasilitas WA jadi agak krodit deh, mana arus bawah si pi*s sudah mendesak keluar. Teriak-teriak panggil Uni yang ada di pintu masuk ga kedengaran, wis ditinggal pi*s dulu yah Ni.
ki-ka
Mba Anna, Trisnaini, Akuh, Lia
(mejeng sbelum take off)
Pukul 09.00 atau 45 menit sebelum boarding rombongan
kami yang berjumlah 8 orang masih cek in. Tapi ga khawatir karena di belakang
kami banyak banget para pelancong yang juga masih mengantre untuk cek in.
Alhamdulillah akhirnya bisa cek in. Nah.... loh loh loh pas di tengok tempat
duduk kami berserakan, alamakkkkk payah benerrr gegara di ujung cek in jadi
berserakan deh. Sudah terbayang pasti BT duduk dengan teman seperjalanan yang
ga dikenal. Wis lah, kata Mba Anna yang humble dan suabaaarrrr.... yang penting
masih satu pesawat.
Kamis, 30 November 2017 Pukul 11.25.
Akhirnya pesawat Malindo yang kami tumpangi take off juga setelah menunggu cukup lama dari jadwal semula 09.55 eh berangkat pk 11.25. Tak ada permintaan maaf dari pihak maskapai yang sudah membuat dandanan heboh kami berantakan akibat menunggu. Tepat dugaanku, kami duduk berserakan, aku sendiri menempati tempat duduk di kursi 3 C cukup jauh dari yang lain. Untungnya ada kursi kosong di sebelah Lia, atur strategi biar bisa pindah. Waktu tempuh 1.45 menit cukup untuk tidur sejenak. Maskapai Malindo cukup jeli juga kalau kami kelaparan, lumayan dapat pizza dan cake yang dapat mengganjal perut yang sudah mulai bernyanyi. Minuman pun aku pilih Rezberry yang dingin supaya basah kerongkongan biar suara sampai ke Vietnam agak merdu gitu hahahahahaha.😳😳😳😳
Kamis, 30 November 2017 Pukul 13.30
Pesawat kami transit di Kuala Lumpur. Rencana di tiket
transit cukup lama 1. 30 menit, karena pesawat berikutnya yang akan membawa
kami ke Ho Chi Minch City Vietnam take off pukul 14.20. Waktu masih pukul
13.30, karena urusan arus bawah satu persatu ijin ke "Tandas"
kira-kira semua sudah selesai, kami lanjutkan mencari pesawat berikutnya. Tanpa
melihat jam melengganglah kami ke gate yang tertulis Ho Chi Minh tanpa
bertanya. Benar saja sudah turun ehhh salah gate. Berlari lagi karena waktu
sudah menunjukkan pukul 14.00 kurang 20 menit dari waktu boarding. Ternyata
kami harus naik "Train" untuk mencapai gate C 21 seperti arahan dari
petugas bandara. Terbayanglah pontang-pantingnya kami berhamburan berlari
menuju terminal "train". Tapi ada yang seruuuu 😰😰😰 sudah tahu terlambat eh masih sempat narxis foto-foto
di train hahahahhaha kalo ini mah memang naluri deh.
Kamis, 30 November 2017 pukul 14.30 (Episode
sedihhh)
💋💋💋💋💋💋💋💋💣💣💣💣💣💣
Peristiwa ini paling kami kenang..... secara
inilai konfliks awal dari keberangkatan kami ke luar negeri. Mba Anna,
Laila alias Lia, Uni Erma, Hanum, Tris, Tris Husband, Tris Child, dan Akuh
tentunya.
😇😇😑😥😥😥😥, Sampai pintu boarding, kami DITOLAK sudah CLOSING, karena pesawat sudah tutup. Selain itu Tas koper kami yang berjumlah 8 sudah
ada di luar pesawat tidak ikut diangkut. Alamakkkkkkkk sedih HAYATI Bang. Dengan
muka memelas dan memohon, kami minta kebijakan Kapten untuk mengangkut kami
yang merupakan PASUKAN BERANI MALU DAN CANTIK HABIS.
Kamis, 30 November 2017 Pukul 15.00 (lewat dari jadwal take off 40 menit)
Vietnam we Cominggggggg
Kamis, 30 November 2017 Pukul 17.10
Pesawat mendarat mulus di bandara Tan Son Nhat, Ho Chi Minh City Vietnam, negara berkembang yang mengingatkan Jakarta pada tahun 1990 an. Sungguh di zaman jadul deh serba semrawut dan benar-benar pusing melihat lalu lintas jalannya. Ambil bagasi dan keluar dari bandara sudah diserbu udara yang panas sama seperti Jakarta. Pemandangan di luar suangguh berani, lebih ramai dari bandara Soetha. Kalau aku sih lihat lebih baik Soetha, lebih rapi Soetha, pokoknya bandara Tanah air betalah yang TOP.💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘. Panitia RLF Vietnam sudah menjemput, Papan nama yang diangkat tingi-tinggi bertuliskan RLF.
"Uni, itu RLF!" kataku pada Uni sambil mendorong troley. Seorang gadis kecil mungil berkulit putih dengan mata segaris menyambut kami.
My Name Muung." suaranya nyaris tak terdengar dan aku mendegarnya MUMUN ahaaaaa Indonesia banget dong. Datang Lia menambahkan kata CEU jadilah Ceu Mumun. hahahhaha cucok marucok deh.
Kata si Ceu Mumun, kami harus menunggu Pak Joko yang pesawatnya juga mendarat sebentar lagi. Sambil menunggu, aku, Uni dan Lia yang perutnya sudah konser sibuk dengan agenda ke warung. Keliling-keliling pelataran bandara kok serem yah mau makan, takut salah makan deh. Cari aman akhirnya mendarat di "Burger King" yang dipilih pun yang aman hanya O-Ring dan fish ball (Ini dipilih gegera murah keles hahahahaha).
Mba Anna sebagai Leader akhirnya berinisiatif tidak menunggu "seorang Pak Joker" mengorbankan 8 orang yang mukanya sudah penuh peluh dan perut yang sibuk main orkestra. Akhirnya kami harus meninggalkan pak Joker yang mungkin masih sibuk dengan bagasi, biarlah Ceu Mumun yang menunggunya, toh hanya seorang.
Menuju hotel dari Bandara Vietnam, rombongan kami yang
ber 8, akhirnya merasakan suasana kota Ho Chi Min yang macetttttt luar biasa.
Keadaan jalan yang semrawut motor dan mobil saling berebut jalan. Yang unik
para pengendara motor, helm yang dikenakan seperti helm pengendara sepeda.
Belum lagi cara mengendarai yang sungguh sembrono, hampir tak melihat jalan,
semua trotoar dipakai tak tersisa.
Sampai hotel sudah masuk waktu magrib (HP ku yang
sudah mengumandangkan azan). Janjian dengan semua rombongan, habis sholat
Magrib, kami akan berburu kuliner (tentunya yang halal) di sekitar hotel. Oh
yah... di hotel ini kami akhirnya bergabung dengan Zulhelmi delegasi Indonesia
dari Vietnam. Yuk aku komentari Kakak Zulhelmi ini.😗😗😗😗😗😗😗😗.Pertama kali kenal di acara National Leader Forum di
Batam, Zul terbaring di ranjang sewaktu
acara donor darah Kappijja di Batam. Pertama lihat aku bisa pastikan pasti
orangnya energik dan ga mati gaya. Tuhhh benerkan, sepanjang acara NLF Batam
gerak tubuhnya ga bisa diam, kesana kemari tanpa henti (mungkin pencitraan
hahahahaha😜😜😜😜😜 ).
Zul, mengajak kami ke Ben Than, sebuah area
perbelanjaan benbentuk Night Market. Menurut Mbah Google Ben Thanh adalah salah
satu tujuan para pelancong menghabiskan duit Vietnam yang namanya "DONG'.
Disinilah kata Zul semua pelancong akan menghabiskan Dollar dan
Dong.... Kalau pernah ke Yogjakarta dan mampir ke pasar Bring Harjo pasti akan
merasakan De Ja Vu.
Ho Chi Min City, Kamis 30 November 2017 pukul 19.30.
Kali ini hawa Vietnam sudah terasa. Walaupun malam tetap saja panas seperti di Jakarta, hawa hangat musim panas mendera. Rombongan yang tadi berangkat dari Jakarta ada 8 orang harus memisahkan diri 3 orang yaitu keluarga Trisnaini Nur Fathonah, ibu kepsek yang selalu menjaga penampilan. Ingat dulu waktu di Osaka, aku dan Tris pernah dilepas ke tengah-tengah riuhnya kota Osaka bersama volunter. Setiap peserta JICA mendapat satu voluenter untuk bersama-sama menikmati kota Oska dan belajar bahasa Japan langsung ke pusat kota. Karena aku dan Tris takut tersasar apalagi bahasa Jepun yang pas-pas an hanya tahu arigatho dan sumimaseng saja akhirnya aku dan Tris sepakat bersama-sama jalan. Sepanjang jalan tak ada yang kami perbincangkan dengan volunter secara mereka tak fasih bahasa Inggris dan kami tak pandai bahasa Jepun. Selama acara keliling kota Osaka aku dan Tris lebih banyak berinisiatif bertanya apa saja yang tampak dengan bahasa Jepun ala kadarnya.
Setelah 16 tahun berlalu, keadaan sudah berubah. Trisnaini yang dahulu seorang guru SD dengan ukuran badan lurus tanpa potongan, kini sudah beranjak melebar ke samping kanan dan kiri yah sama sih dengan aku. Namun demikian, Tris lebih dewasa bertindak atau lebih tepatnya lebih hati-hati, baik gaya bicara maupun tingkah laku. Mungkin karena posisinya yang kini menjadi kepala sekolah. Aku saja sungkan kalau mengajak Tris bertingkah aneh, baik gaya foto maupun tertawa (bingung kalo sama pejabat, aku mah gitu orangnya, susah jalan sama pejabat takut ga pantas aja hahahhahahaha).
Hotel tempat Tris menginap sama dengan hotel acara. Pertimbangan hotel yang mahal membuat aku, Uni, Mba Anna, Hanum, Lia, dan Zul memilih mencari hotel yangs esuai kantong (kata Uni toh lempar koper trus jalan, tidur hanya seperlunya jadi ga usah hotel mahal). Yah lumayanlah sisa sewa hotel bisa buat souvenir hahahha. Setelah browsing ke semua penjualan online akhirnya pilihan jatuh pada Hong Hac Noc Hotel, aku lihat hotel ini dekat dengan hotel acara dan Ben Than. Nah ini yang penting kudu harus dekat tempat Shooping hehehehe. Uang rupiah harga sewa hotel ini Rp 391 rbu. Kamar yang kami tempati alamak tempat tidurnya King Size perorang, bisa berenang di kasur ahayyyy ada lagi yang hebat, ukuran sabunnya JUMBO, belum lagi sabun untuk berendam (rencana mau mandi ditutupi sabun eh sampai cek out ga sempat karena sibuk supingggg hahahahahaha). Yang paling aku suka sabun cuci mukanya endes banget di wajah. Tadi mau ambil buat contoh beli di luar eh Uni ga kasih katanya malu-maluin. Padahal kan tuh sabun muka tinggal dikit. Mau buat contoh beli di pasar Ben Thanh keles Ni. Sebelllll.
Zulhelmi yang asoy geboy
Rombongan yang bertambah dengan kehadiran Zulhelmi dari Batam semakin ramai celoteh yang keluar. Zul sudah sampai di Vietnam lebih dahulu, katanya dia berangkat dari Batam Subuh ketika orang-orang Batam masih terlelap, Zul sudah menembus laut menyeberangi Batam menuju Singapore. Pesawat yang ditumpangi dari Singapore membuatnya lebih dahulu tiba di Vietnam. Jadi di hotel Hong Hac ini posisi atau kedudukan imbang, Lia sudah ada teman kamar. Pembagian kamar sih untuk kenyaman saja buat bikin gank yah.Berikut rinciannya:
Mba Anna dengan Hanum
Lia dengan Zul
Seni dengan Erma.
Tujuan pertama harusnya resto untuk isi si perut, apalah daya di depan mata ada pemandangan yang sayang untuk dilewatkan kalau tidak dibeli. Padahal baru saja sampai tapi masing-masing kami sudah punya tentengan. Kali pertama aku membeli dompet-dompet warna-warni bertuliskan Vietnam sama dengan Uni dan Mba Anna, sementara Hanum dan Zul sibuk icip-icip kopi. Kata mereka kopi Vietnam terkenal sampai ke penjuru dunia. Karena di rumah tidak ada yang maniak kopi, jadi untuk yang satu ini aku tinggalkan deh.
Rombongan sempat berserakan sebelum Zul dan Lia memanggil untuk segera ke resto. Di tengah perjalanan ada seorang bapak dengan sepeda dan panci persis seperti tukang somai, hanya isinya etan dengan aneka warna. Terlihat menggoda, dan untuk menjawab rasa penasaran apakah ketan aneka warna itu enak atau tidak, Zul membeli satu porsi harganya cukup mahal untuk satu bungkus ketan yang ditaburi gula 25 Dong (mata uang Vietnam). Rasanya yah samalah dengan ketan-ketan di Indonesia, hanya kali ini makannya di Vietnam itu bedanya.Sepanjang jalan pedagang kaki lima di Ben Than mmebuat mata sepet untuk belanja.
Hari pertama saja Hanum sudah kehabisan uang (dasar emak-emak) janjinya hanya menghabisnya tak lebih dari 1 juta Dong hahahhaha, mana bisa Bu secara di depan mata terbentang surga belanja murmer. Makan malam kali ini di retoran halal “Amin” menu yang disajikan benar-benar maknyos, akud an Uni erma tidak makan, karena sebelumnya aku sudah makan roti yang aku bawa dari rumah. Aku hanya membeli nasi putih untuk kumakan di kamar dengan Uni. Selain irit juga sayang sekali rendang yang dibawa Uni nanti tidak termakan.Setelah makan, rombongan kembali bergerak, apalagi kalu bukan “Shooping shooping shooping dan shooping” hahahahaha kali ini benar-benar terpisah deh. Zul dan Lia entah kemana tak tahu sudah nemplok di tukang apa, aku Uni, Mba Anna, dan Hanum memilih melihat dan seskali menawar di sepanjang jalan yang kami lewati. Untuk yang satu ini hati-hati yah bila menawar, karena pantang sekali kalau tidak jadi membeli. Kebiasaan orang Vietnam yang berjualan,setelah ditawar kalau bisa beli walupun hanya satu.
Shoping duyuuuuu Ben Than
Ben Thanh Market atau dalam bahasa Vietnam
disebut cho Ben Thanh adalah sebuah pasar yang terkenal di
kota Ho Chi Minh City. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang cukup besar,
dengan bentuk bangunan kuno yang khas. Begitu ke pasar ini, kami lewat
pinggir-pinggir jalan yang banyak menjual souvenir khas Vietnam, terutama kopi
Vietnam yang terkenal.
Ben Than Market, Surga belanja
para pelancong
Ben Than, pagi hingga sore hari,
kegiatan berpusat di dalam pasar di dalam gedung yang tanpa pendingin. Setiap
kios terpampang "Fixed Price", hobi menawar ga terlaksana di
sini. Sedangkan ketika hari menjelang sore sampai dengan tengah malam, pasar
ini dilanjutkan dengan pasar malam (Ben Thanh Night Market) yang ada di
jalanan di samping pasar ini. Di kedua sisi jalan di pasar Ben Thanh akan
dipenuhi pedagang makanan, pakaian (baju dan kaos), dan souvenir. Sebenarnya
pasar malam ini serupa dengan pasar kaget. Atau kalau di Jakarta para pedagang
kaki lima yang disatukan dalam sebuah tempat oleh pemerintah daerah setempat.
Kalau di daerahku di Tanjung Priuk ada ‘Pasar Permai.”
Hong
Hac Hotel, Lobbi Kamis, 30 November 2017 pukul 21.30
Setelah berbincang-bincang karena besok masih belum
ada kegiatan dari RLF, kami memutuskan akan city tour. Komunikasi dibuka di
grup Vietnam untuk City Tour. Tanya ke pelayan hotel harga City Tour 250 ribu
Dong, artinya hanya Rp 200 ribu uang kita. Murahlah diajak keliling kota
Saigon. Pak Joko yang sudah tiba di hotel Oscar (hotel tempat acara) bersedia
ikut City Tour. Aku sendiri japri Tris yang hotelnya sama dengan pak Joko.
SA:
Tris mo ikut City Tour ga besok?
Lama
tak ada jawaban, aku sendiri tidak membeli pulsa kuota mengandalkan wifi hotel.
Setelah di kamar baru ada jawaban Tris.
TN :
berapa bayarnya?
SA: 1
orang 250 ribu Dong
Karena sudah penat dan jawaban Tris lama, aku
tertidur. Aku lihat di grup juga membicarakan city tour berarti kalaupun ga
japri, Tris akan baca pesan di grup. Kami janjian dengan pak Joko bertemu di
hotel tempat kami pukul 07.00 waktu Vietnam. Tak ada tanda-tanda jawaban ikut
City tour dari Tris. Aku memang ga bisa japri karena ga ada kuota internet
(Maklum irit). Pak Joko datang tepat pukul 7.15 menit katanya dia berjalan 1 km
dari hotel untuk mencapai hotel kami (hehhehehe perjuangan yang manies). Makan
pagi kudu hati-hati, karena ada yang tidak halal ikut menyertai. Kali ini aku
hanya makan roti dan pisang.
Hong
Hac Noc , jumat, 1 Desember 2017 pukul 08.00
Mengawali hari pertama di bulan Desember, rombongan
kami yang berjumlah 7 orang beranjak city tour menikmati kota Ho Chi Minh City.
Dress coat baju putih dan jeans luar biasa kompak deh. Tapi..... tunggu
duluuuu, Alamak, mobil yang disediakan travel teryata minibus yang muatnya 7 orang
sementara ada guide yang ikut, jadilah bersempit-sempit di mobil dengan hawa
panas dari luar yang sungguh mengoda amarah. Duduk di sebelah supir Pak Joko,
baris kedua ada Uni, hanum, dan Lia. Tour Guide kami seorang anak
muda bernama Timang. Bahasa Inggrisnya sungguh bagus sehingga percakapan
mengalir lancar. Aku, Mba Anna, dan Zul duduk di bangku belakang. Tujuan
pertama kata Timang pertokoan China Town, aku pikir seperti China Town di
Singapore atau Malaysia, ternyata toko-toko kumuh yang tak terawat yang ditawarkan
pun tak sebanding dengan perjuangan bersempit-sempit di mobil. Al hasil di
tempat ini kami hanya berfoto di sebuah mobil yang terparkir.
Tempat kedua, Timang mengajak kami ke pusat
perbelanjaan, harapannya ini lebih baik dari China Town eh ternyata mirip
seperti pasar Jatinegara yang menjual berbagai bahan makanan oleh-oleh Vietnam,
keadaan yang kumuh dan kotor membuat kami menyudahi perjalanan ke pasar ini
hasilnya hanya seperti biasa foto di depan pasar dengan cuaca puanasnya nampol.
Oh Iya Lia masih sempat tukar dollar yang dimiliki dengan Dong, ternyata lebih
enak bawa dollar lebih tinggi nilai tukarnya. Kalau di Indonesia 1 USD itu Rp 13.300,
di Vietnam bisa ditukar setara rupiah 16 ribu. Gegara inilah aku dan Lia tukar
rupaiah yang kami punya ke pak Joko hahahaha ogah rugi deh. Yangbuat bahagia
tuh pak Joko mau ditukar USD 100 dengan 1 juta rupiah. Senangnya aku dan Lia
mendapat keuntungan pertukaran dollar yang tentunya membuat dollar pak Joko
berkurang dan sudah pasti rugi Rp300 ribu x 2 = Rp 600.000 alamak mau yah.
Gegara inilah aku kasih julukan nama baru untuk pak Joko jadi Mr. Dollar Man (
setelah itu beruntun dollar keluar dari kocek pak Joko demi hasrat belanja
ibu-ibu terutama Lia dan Zul).
Perjalalanan dilanjutkan karena mengngat dua kali
tempat tidak mengasyikkan akhirnya, kami dibawa ke sebuah bangunan yang mirip
kastil atau istana. Bangunan ini ternyata sebuah gereja Katedral yang berwarna
orange NOTRE DOME.
Gereja ini dibangun
tahun 1880 oleh pemerintah kolonial Prancis, gereja ini menjadi saksi bisu
peperangan berdarah di Ho Chi Minh. Yang luar biasa di sini bertebaran
para penjual keliling yang menjajakan dagangan dan berbahasa Indonesia selain
itu kita dapat membeli dengan mata uang RUPIAH. Ahhhhh.... akhirnya mba
Rupi...ah laku juga. Secara hitungan berbelanja dengan rupiah ternyata lebih
murah dibandingkan dengan mata uang Vietnam (mungkin ga bisa menghitung yah).
Sebagai perbandingan saja, aku tukar Dong di Indonesia Rp 1 juta dan uang Dong
yang aku dapat 1.250.000 Dong. Harga tas yang ditawarkan waktu aku beli di Ben
Than seharga 40 Dong atau Rp 38 ribu. Nah di Katedral ini 4 buah tas dengan
motif dan model serta bahan yang sama ditawarkan 4 buah seharga Rp 100 ribu,
artinya 1 tas seharga Rp 25 ribu. Rugi deh beli di Ben Than, Mana uang rupaih
habis ditukarkan ke pak Joko hehehe, akhirnya pinjam Lia Rp 100 ribu dapatlah 4
tas. Untung kubeli tas itu karena setelah itu tak ada kesempatan membeli tas
lagi. Katedral Notre Dome, namanya sesuai dengan peruntukannya sebagai rumah
ibadah, terasa benar kesakralan tempat ini.
Setelah berpanas-panas di Katedral
ini perjalanan kami lanjutkan , karena sudah dua tempat tidak jelas, akhirnya
aku minta ke Star Buck. Aku mau membeli tumbler pesanan anakku Asha. Letak Star
buck selalu di sebuah mall, bahkan kali ini bersebelahan dengan Hard Rock
hehehe tidak minum kopi disini tapi narxis harus. Jadilah kami berfoto-foto di
depan Hard Rock (apapun yang ada tulisan HO CHI MIN biarlah ikut di foto kami
hehehhehe).
Ho
Chi Min City, 1 Desember 2017 pukul 12.00
Oscar Saigon
Hotel Jumat, 1 Desember 2017 pukul 16.30
Kamis, 30 November 2017 Pukul 11.25.
Akhirnya pesawat Malindo yang kami tumpangi take off juga setelah menunggu cukup lama dari jadwal semula 09.55 eh berangkat pk 11.25. Tak ada permintaan maaf dari pihak maskapai yang sudah membuat dandanan heboh kami berantakan akibat menunggu. Tepat dugaanku, kami duduk berserakan, aku sendiri menempati tempat duduk di kursi 3 C cukup jauh dari yang lain. Untungnya ada kursi kosong di sebelah Lia, atur strategi biar bisa pindah. Waktu tempuh 1.45 menit cukup untuk tidur sejenak. Maskapai Malindo cukup jeli juga kalau kami kelaparan, lumayan dapat pizza dan cake yang dapat mengganjal perut yang sudah mulai bernyanyi. Minuman pun aku pilih Rezberry yang dingin supaya basah kerongkongan biar suara sampai ke Vietnam agak merdu gitu hahahahahaha.😳😳😳😳
Kamis, 30 November 2017 Pukul 13.30
Pesawat kami transit di Kuala Lumpur. Rencana di tiket transit cukup lama 1. 30 menit, karena pesawat berikutnya yang akan membawa kami ke Ho Chi Minch City Vietnam take off pukul 14.20. Waktu masih pukul 13.30, karena urusan arus bawah satu persatu ijin ke "Tandas" kira-kira semua sudah selesai, kami lanjutkan mencari pesawat berikutnya. Tanpa melihat jam melengganglah kami ke gate yang tertulis Ho Chi Minh tanpa bertanya. Benar saja sudah turun ehhh salah gate. Berlari lagi karena waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 kurang 20 menit dari waktu boarding. Ternyata kami harus naik "Train" untuk mencapai gate C 21 seperti arahan dari petugas bandara. Terbayanglah pontang-pantingnya kami berhamburan berlari menuju terminal "train". Tapi ada yang seruuuu 😰😰😰 sudah tahu terlambat eh masih sempat narxis foto-foto di train hahahahhaha kalo ini mah memang naluri deh.
Kamis, 30 November 2017 pukul 14.30 (Episode sedihhh)
💋💋💋💋💋💋💋💋💣💣💣💣💣💣
Peristiwa ini paling kami kenang..... secara inilai konfliks awal dari keberangkatan kami ke luar negeri. Mba Anna, Laila alias Lia, Uni Erma, Hanum, Tris, Tris Husband, Tris Child, dan Akuh tentunya.
😇😇😑😥😥😥😥, Sampai pintu boarding, kami DITOLAK sudah CLOSING, karena pesawat sudah tutup. Selain itu Tas koper kami yang berjumlah 8 sudah ada di luar pesawat tidak ikut diangkut. Alamakkkkkkkk sedih HAYATI Bang. Dengan muka memelas dan memohon, kami minta kebijakan Kapten untuk mengangkut kami yang merupakan PASUKAN BERANI MALU DAN CANTIK HABIS.
Kamis, 30 November 2017 Pukul 15.00 (lewat dari jadwal take off 40 menit)
Vietnam we Cominggggggg
Kamis, 30 November 2017 Pukul 17.10
Pesawat mendarat mulus di bandara Tan Son Nhat, Ho Chi Minh City Vietnam, negara berkembang yang mengingatkan Jakarta pada tahun 1990 an. Sungguh di zaman jadul deh serba semrawut dan benar-benar pusing melihat lalu lintas jalannya. Ambil bagasi dan keluar dari bandara sudah diserbu udara yang panas sama seperti Jakarta. Pemandangan di luar suangguh berani, lebih ramai dari bandara Soetha. Kalau aku sih lihat lebih baik Soetha, lebih rapi Soetha, pokoknya bandara Tanah air betalah yang TOP.💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘. Panitia RLF Vietnam sudah menjemput, Papan nama yang diangkat tingi-tinggi bertuliskan RLF.
"Uni, itu RLF!" kataku pada Uni sambil mendorong troley. Seorang gadis kecil mungil berkulit putih dengan mata segaris menyambut kami.
My Name Muung." suaranya nyaris tak terdengar dan aku mendegarnya MUMUN ahaaaaa Indonesia banget dong. Datang Lia menambahkan kata CEU jadilah Ceu Mumun. hahahhaha cucok marucok deh.
Kata si Ceu Mumun, kami harus menunggu Pak Joko yang pesawatnya juga mendarat sebentar lagi. Sambil menunggu, aku, Uni dan Lia yang perutnya sudah konser sibuk dengan agenda ke warung. Keliling-keliling pelataran bandara kok serem yah mau makan, takut salah makan deh. Cari aman akhirnya mendarat di "Burger King" yang dipilih pun yang aman hanya O-Ring dan fish ball (Ini dipilih gegera murah keles hahahahaha).
Mba Anna sebagai Leader akhirnya berinisiatif tidak menunggu "seorang Pak Joker" mengorbankan 8 orang yang mukanya sudah penuh peluh dan perut yang sibuk main orkestra. Akhirnya kami harus meninggalkan pak Joker yang mungkin masih sibuk dengan bagasi, biarlah Ceu Mumun yang menunggunya, toh hanya seorang.
Menuju hotel dari Bandara Vietnam, rombongan kami yang ber 8, akhirnya merasakan suasana kota Ho Chi Min yang macetttttt luar biasa. Keadaan jalan yang semrawut motor dan mobil saling berebut jalan. Yang unik para pengendara motor, helm yang dikenakan seperti helm pengendara sepeda. Belum lagi cara mengendarai yang sungguh sembrono, hampir tak melihat jalan, semua trotoar dipakai tak tersisa.
Sampai hotel sudah masuk waktu magrib (HP ku yang sudah mengumandangkan azan). Janjian dengan semua rombongan, habis sholat Magrib, kami akan berburu kuliner (tentunya yang halal) di sekitar hotel. Oh yah... di hotel ini kami akhirnya bergabung dengan Zulhelmi delegasi Indonesia dari Vietnam. Yuk aku komentari Kakak Zulhelmi ini.😗😗😗😗😗😗😗😗.Pertama kali kenal di acara National Leader Forum di Batam, Zul terbaring di ranjang sewaktu acara donor darah Kappijja di Batam. Pertama lihat aku bisa pastikan pasti orangnya energik dan ga mati gaya. Tuhhh benerkan, sepanjang acara NLF Batam gerak tubuhnya ga bisa diam, kesana kemari tanpa henti (mungkin pencitraan hahahahaha😜😜😜😜😜 ).
Zul, mengajak kami ke Ben Than, sebuah area perbelanjaan benbentuk Night Market. Menurut Mbah Google Ben Thanh adalah salah satu tujuan para pelancong menghabiskan duit Vietnam yang namanya "DONG'. Disinilah kata Zul semua pelancong akan menghabiskan Dollar dan Dong.... Kalau pernah ke Yogjakarta dan mampir ke pasar Bring Harjo pasti akan merasakan De Ja Vu.
Ho Chi Min City, Kamis 30 November 2017 pukul 19.30.
Kali ini hawa Vietnam sudah terasa. Walaupun malam tetap saja panas seperti di Jakarta, hawa hangat musim panas mendera. Rombongan yang tadi berangkat dari Jakarta ada 8 orang harus memisahkan diri 3 orang yaitu keluarga Trisnaini Nur Fathonah, ibu kepsek yang selalu menjaga penampilan. Ingat dulu waktu di Osaka, aku dan Tris pernah dilepas ke tengah-tengah riuhnya kota Osaka bersama volunter. Setiap peserta JICA mendapat satu voluenter untuk bersama-sama menikmati kota Oska dan belajar bahasa Japan langsung ke pusat kota. Karena aku dan Tris takut tersasar apalagi bahasa Jepun yang pas-pas an hanya tahu arigatho dan sumimaseng saja akhirnya aku dan Tris sepakat bersama-sama jalan. Sepanjang jalan tak ada yang kami perbincangkan dengan volunter secara mereka tak fasih bahasa Inggris dan kami tak pandai bahasa Jepun. Selama acara keliling kota Osaka aku dan Tris lebih banyak berinisiatif bertanya apa saja yang tampak dengan bahasa Jepun ala kadarnya.
Setelah 16 tahun berlalu, keadaan sudah berubah. Trisnaini yang dahulu seorang guru SD dengan ukuran badan lurus tanpa potongan, kini sudah beranjak melebar ke samping kanan dan kiri yah sama sih dengan aku. Namun demikian, Tris lebih dewasa bertindak atau lebih tepatnya lebih hati-hati, baik gaya bicara maupun tingkah laku. Mungkin karena posisinya yang kini menjadi kepala sekolah. Aku saja sungkan kalau mengajak Tris bertingkah aneh, baik gaya foto maupun tertawa (bingung kalo sama pejabat, aku mah gitu orangnya, susah jalan sama pejabat takut ga pantas aja hahahhahahaha).
Hotel tempat Tris menginap sama dengan hotel acara. Pertimbangan hotel yang mahal membuat aku, Uni, Mba Anna, Hanum, Lia, dan Zul memilih mencari hotel yangs esuai kantong (kata Uni toh lempar koper trus jalan, tidur hanya seperlunya jadi ga usah hotel mahal). Yah lumayanlah sisa sewa hotel bisa buat souvenir hahahha. Setelah browsing ke semua penjualan online akhirnya pilihan jatuh pada Hong Hac Noc Hotel, aku lihat hotel ini dekat dengan hotel acara dan Ben Than. Nah ini yang penting kudu harus dekat tempat Shooping hehehehe. Uang rupiah harga sewa hotel ini Rp 391 rbu. Kamar yang kami tempati alamak tempat tidurnya King Size perorang, bisa berenang di kasur ahayyyy ada lagi yang hebat, ukuran sabunnya JUMBO, belum lagi sabun untuk berendam (rencana mau mandi ditutupi sabun eh sampai cek out ga sempat karena sibuk supingggg hahahahahaha). Yang paling aku suka sabun cuci mukanya endes banget di wajah. Tadi mau ambil buat contoh beli di luar eh Uni ga kasih katanya malu-maluin. Padahal kan tuh sabun muka tinggal dikit. Mau buat contoh beli di pasar Ben Thanh keles Ni. Sebelllll.
Zulhelmi yang asoy geboy
Rombongan yang bertambah dengan kehadiran Zulhelmi dari Batam semakin ramai celoteh yang keluar. Zul sudah sampai di Vietnam lebih dahulu, katanya dia berangkat dari Batam Subuh ketika orang-orang Batam masih terlelap, Zul sudah menembus laut menyeberangi Batam menuju Singapore. Pesawat yang ditumpangi dari Singapore membuatnya lebih dahulu tiba di Vietnam. Jadi di hotel Hong Hac ini posisi atau kedudukan imbang, Lia sudah ada teman kamar. Pembagian kamar sih untuk kenyaman saja buat bikin gank yah.Berikut rinciannya:
Mba Anna dengan Hanum
Lia dengan Zul
Seni dengan Erma.
Tujuan pertama harusnya resto untuk isi si perut, apalah daya di depan mata ada pemandangan yang sayang untuk dilewatkan kalau tidak dibeli. Padahal baru saja sampai tapi masing-masing kami sudah punya tentengan. Kali pertama aku membeli dompet-dompet warna-warni bertuliskan Vietnam sama dengan Uni dan Mba Anna, sementara Hanum dan Zul sibuk icip-icip kopi. Kata mereka kopi Vietnam terkenal sampai ke penjuru dunia. Karena di rumah tidak ada yang maniak kopi, jadi untuk yang satu ini aku tinggalkan deh.
Rombongan sempat berserakan sebelum Zul dan Lia memanggil untuk segera ke resto. Di tengah perjalanan ada seorang bapak dengan sepeda dan panci persis seperti tukang somai, hanya isinya etan dengan aneka warna. Terlihat menggoda, dan untuk menjawab rasa penasaran apakah ketan aneka warna itu enak atau tidak, Zul membeli satu porsi harganya cukup mahal untuk satu bungkus ketan yang ditaburi gula 25 Dong (mata uang Vietnam). Rasanya yah samalah dengan ketan-ketan di Indonesia, hanya kali ini makannya di Vietnam itu bedanya.Sepanjang jalan pedagang kaki lima di Ben Than mmebuat mata sepet untuk belanja.
Hari pertama saja Hanum sudah kehabisan uang (dasar emak-emak) janjinya hanya menghabisnya tak lebih dari 1 juta Dong hahahhaha, mana bisa Bu secara di depan mata terbentang surga belanja murmer. Makan malam kali ini di retoran halal “Amin” menu yang disajikan benar-benar maknyos, akud an Uni erma tidak makan, karena sebelumnya aku sudah makan roti yang aku bawa dari rumah. Aku hanya membeli nasi putih untuk kumakan di kamar dengan Uni. Selain irit juga sayang sekali rendang yang dibawa Uni nanti tidak termakan.Setelah makan, rombongan kembali bergerak, apalagi kalu bukan “Shooping shooping shooping dan shooping” hahahahaha kali ini benar-benar terpisah deh. Zul dan Lia entah kemana tak tahu sudah nemplok di tukang apa, aku Uni, Mba Anna, dan Hanum memilih melihat dan seskali menawar di sepanjang jalan yang kami lewati. Untuk yang satu ini hati-hati yah bila menawar, karena pantang sekali kalau tidak jadi membeli. Kebiasaan orang Vietnam yang berjualan,setelah ditawar kalau bisa beli walupun hanya satu.
Ben Thanh Market atau dalam bahasa Vietnam disebut cho Ben Thanh adalah sebuah pasar yang terkenal di kota Ho Chi Minh City. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang cukup besar, dengan bentuk bangunan kuno yang khas. Begitu ke pasar ini, kami lewat pinggir-pinggir jalan yang banyak menjual souvenir khas Vietnam, terutama kopi Vietnam yang terkenal.
Ben Than Market, Surga belanja para pelancong
Ben Than, pagi hingga sore hari, kegiatan berpusat di dalam pasar di dalam gedung yang tanpa pendingin. Setiap kios terpampang "Fixed Price", hobi menawar ga terlaksana di sini. Sedangkan ketika hari menjelang sore sampai dengan tengah malam, pasar ini dilanjutkan dengan pasar malam (Ben Thanh Night Market) yang ada di jalanan di samping pasar ini. Di kedua sisi jalan di pasar Ben Thanh akan dipenuhi pedagang makanan, pakaian (baju dan kaos), dan souvenir. Sebenarnya pasar malam ini serupa dengan pasar kaget. Atau kalau di Jakarta para pedagang kaki lima yang disatukan dalam sebuah tempat oleh pemerintah daerah setempat. Kalau di daerahku di Tanjung Priuk ada ‘Pasar Permai.”
Hong Hac Hotel, Lobbi Kamis, 30 November 2017 pukul 21.30
Setelah berbincang-bincang karena besok masih belum ada kegiatan dari RLF, kami memutuskan akan city tour. Komunikasi dibuka di grup Vietnam untuk City Tour. Tanya ke pelayan hotel harga City Tour 250 ribu Dong, artinya hanya Rp 200 ribu uang kita. Murahlah diajak keliling kota Saigon. Pak Joko yang sudah tiba di hotel Oscar (hotel tempat acara) bersedia ikut City Tour. Aku sendiri japri Tris yang hotelnya sama dengan pak Joko.
SA: Tris mo ikut City Tour ga besok?
Lama tak ada jawaban, aku sendiri tidak membeli pulsa kuota mengandalkan wifi hotel. Setelah di kamar baru ada jawaban Tris.
TN : berapa bayarnya?
SA: 1 orang 250 ribu Dong
Karena sudah penat dan jawaban Tris lama, aku tertidur. Aku lihat di grup juga membicarakan city tour berarti kalaupun ga japri, Tris akan baca pesan di grup. Kami janjian dengan pak Joko bertemu di hotel tempat kami pukul 07.00 waktu Vietnam. Tak ada tanda-tanda jawaban ikut City tour dari Tris. Aku memang ga bisa japri karena ga ada kuota internet (Maklum irit). Pak Joko datang tepat pukul 7.15 menit katanya dia berjalan 1 km dari hotel untuk mencapai hotel kami (hehhehehe perjuangan yang manies). Makan pagi kudu hati-hati, karena ada yang tidak halal ikut menyertai. Kali ini aku hanya makan roti dan pisang.
Hong Hac Noc , jumat, 1 Desember 2017 pukul 08.00
Mengawali hari pertama di bulan Desember, rombongan kami yang berjumlah 7 orang beranjak city tour menikmati kota Ho Chi Minh City. Dress coat baju putih dan jeans luar biasa kompak deh. Tapi..... tunggu duluuuu, Alamak, mobil yang disediakan travel teryata minibus yang muatnya 7 orang sementara ada guide yang ikut, jadilah bersempit-sempit di mobil dengan hawa panas dari luar yang sungguh mengoda amarah. Duduk di sebelah supir Pak Joko, baris kedua ada Uni, hanum, dan Lia. Tour Guide kami seorang anak muda bernama Timang. Bahasa Inggrisnya sungguh bagus sehingga percakapan mengalir lancar. Aku, Mba Anna, dan Zul duduk di bangku belakang. Tujuan pertama kata Timang pertokoan China Town, aku pikir seperti China Town di Singapore atau Malaysia, ternyata toko-toko kumuh yang tak terawat yang ditawarkan pun tak sebanding dengan perjuangan bersempit-sempit di mobil. Al hasil di tempat ini kami hanya berfoto di sebuah mobil yang terparkir.
Tempat kedua, Timang mengajak kami ke pusat perbelanjaan, harapannya ini lebih baik dari China Town eh ternyata mirip seperti pasar Jatinegara yang menjual berbagai bahan makanan oleh-oleh Vietnam, keadaan yang kumuh dan kotor membuat kami menyudahi perjalanan ke pasar ini hasilnya hanya seperti biasa foto di depan pasar dengan cuaca puanasnya nampol. Oh Iya Lia masih sempat tukar dollar yang dimiliki dengan Dong, ternyata lebih enak bawa dollar lebih tinggi nilai tukarnya. Kalau di Indonesia 1 USD itu Rp 13.300, di Vietnam bisa ditukar setara rupiah 16 ribu. Gegara inilah aku dan Lia tukar rupaiah yang kami punya ke pak Joko hahahaha ogah rugi deh. Yangbuat bahagia tuh pak Joko mau ditukar USD 100 dengan 1 juta rupiah. Senangnya aku dan Lia mendapat keuntungan pertukaran dollar yang tentunya membuat dollar pak Joko berkurang dan sudah pasti rugi Rp300 ribu x 2 = Rp 600.000 alamak mau yah. Gegara inilah aku kasih julukan nama baru untuk pak Joko jadi Mr. Dollar Man ( setelah itu beruntun dollar keluar dari kocek pak Joko demi hasrat belanja ibu-ibu terutama Lia dan Zul).
Perjalalanan dilanjutkan karena mengngat dua kali tempat tidak mengasyikkan akhirnya, kami dibawa ke sebuah bangunan yang mirip kastil atau istana. Bangunan ini ternyata sebuah gereja Katedral yang berwarna orange NOTRE DOME.
Gereja ini dibangun tahun 1880 oleh pemerintah kolonial Prancis, gereja ini menjadi saksi bisu peperangan berdarah di Ho Chi Minh. Yang luar biasa di sini bertebaran para penjual keliling yang menjajakan dagangan dan berbahasa Indonesia selain itu kita dapat membeli dengan mata uang RUPIAH. Ahhhhh.... akhirnya mba Rupi...ah laku juga. Secara hitungan berbelanja dengan rupiah ternyata lebih murah dibandingkan dengan mata uang Vietnam (mungkin ga bisa menghitung yah). Sebagai perbandingan saja, aku tukar Dong di Indonesia Rp 1 juta dan uang Dong yang aku dapat 1.250.000 Dong. Harga tas yang ditawarkan waktu aku beli di Ben Than seharga 40 Dong atau Rp 38 ribu. Nah di Katedral ini 4 buah tas dengan motif dan model serta bahan yang sama ditawarkan 4 buah seharga Rp 100 ribu, artinya 1 tas seharga Rp 25 ribu. Rugi deh beli di Ben Than, Mana uang rupaih habis ditukarkan ke pak Joko hehehe, akhirnya pinjam Lia Rp 100 ribu dapatlah 4 tas. Untung kubeli tas itu karena setelah itu tak ada kesempatan membeli tas lagi. Katedral Notre Dome, namanya sesuai dengan peruntukannya sebagai rumah ibadah, terasa benar kesakralan tempat ini.
Setelah berpanas-panas di Katedral ini perjalanan kami lanjutkan , karena sudah dua tempat tidak jelas, akhirnya aku minta ke Star Buck. Aku mau membeli tumbler pesanan anakku Asha. Letak Star buck selalu di sebuah mall, bahkan kali ini bersebelahan dengan Hard Rock hehehe tidak minum kopi disini tapi narxis harus. Jadilah kami berfoto-foto di depan Hard Rock (apapun yang ada tulisan HO CHI MIN biarlah ikut di foto kami hehehhehe).
Ho Chi Min City, 1 Desember 2017 pukul 12.00
Oscar Saigon Hotel Jumat, 1 Desember 2017 pukul 16.30
Mejeng depan hotel with Me Joker, Uni Erma, Mba Onne
Waktunya pindah hotel nih. Kami harus pindah ke hotel
yang disediakan panitia di Oscar Hotel Saigon, jaraknya dari hotel kami 1 Km.
Ternyata buntut dari city tour berimbas pada keharmonisan hubungan aku dan
Tris, terutama semua anggota tour deh. Tris merasa ditinggalkan dan diabaikan
tidak diajak city tour. Dengan dua taksi kami beranjak pindah hotel. Pembagian
kamar alhamdulilah sesuai deh. Aku masih tetap sama Uni, yang kata Uni sih dia
itu terlalu sabar mengikuti kelakukanku (ga salah tuh Uni siapa yah yang sabar
menghadapi kegilaan Uni belanja ????). sekamar dengan Uni terbayangkan dua
orang yang ga bisa rapi dan cuek ditempatkan dalam satu kamar hahahahha, yah
begitulah kamar kami tak pernah rapi dan berantakanan berserakan antara baju,
sepatu, dan handuk. Pemikiranku sama dengan Uni. Aku dan Uni sudah
mmeperhitungkan Drescoat yang akan kami pakai selama acara di Vietnam. Aku dan
Uni menempati kamar 508 selantai dengan kamar Tris di 505.
Makan malam dan bertemu delegasi dari negara lain.
Makan malam diadakan di hotel Royal. Setahuku hotel ini adalah hotel yang
seharusnya jadi tempat acara. Dibandingkan hotel yang ditempati sekarang,
aku yakin Royal Hotel lebih berbintang. Lobby hotelnya saja sudah penuh
pernak-pernik menyambut Natal dan pergantian Tahun. Bunga segar dimana-mana
ruangan jadi harum.
Mba One widyawati :
Pegawai (atau pejabat yah) di kantor UMKM, cantik, untuk ukuran LOLITA,
mbak yang satu ini awet ayune. Lembut tutur katanya aku suka menggodanya karena
mba One orangnya serius hehehhe.
Cak Sungging: ini asli pejabat yang selalu jadi
fotografer (modal HP nya yang mahal punya, malah bawa 4 HP lagi waduhhh) karena
selalu berdua dengan Mba One jadi aku juluki “DUET DASYAT”
Setelah acara latihan tari, aku menemui Mba One sudah
rindu juga ingin melihat wajah ayune sekalian mau jalan menikmati malam di kota
Ho Chi Min. Ada kejadian lucu waktu Uni mengajak aku ke Starbuc katanya Febi
anak Uni pesan Tumbler lagi yang tulisan Vietnam. Jadilah aku, Pak Joko, Mba
One, Cak Sungging berencana nongki-nongki di starbuck hehehehe mau kaya anak
muda Vietnam. Diputuskan memanggil Grab.
Ini urusan pak Joko, Grab sudah datang karena sama-sama tidak mengerti
bahasanya si supir Grab berulang kali bertanya sambil menunjuk google map.
Pantas saja supir Grab berulang kali bertanya, apa
kami yakin akan ke tempat ini. Sambil menunjuk peta. Hadewwwwww ternyata letak
Starbuck hanya 500 meter dari hotel hahahhahaha jadi senyum sendiri. Malam itu
kami habiskan duduk-duduk di depan resto Coffe bersama aku, Uni, Mbak One, Cak
Sungging, dan Pak Joko. Di depan resto
seperti alun-alun ramai sekali. Mba One melihat seorang penjual seperti kerak
telor, mulanya ragu tapi ketika makan terasa aroma udang dan daun sop yang
tercium, yah miri-mirip kebab versi vietnam.
OPENING CEREMONY REGION LEADER FORUM 2017
Tempat duduk sudah disediakan untuk ketua
delegasi di depan. Mba Anna duduk manis bersama ketua delegasi yang lain.
Selama acara aku ikut menyimak dan melihat langsung bagaimana acara ini dapat
mempererat tali persaudaraan antarnegara. Terutama lincahnya Zul kesana kemari
menyapa teman-teman dari negara lain. Rupanya dengan seringnya ikut serta, Zul,
Tris, Hanum sudah memiliki sahabat dari negara lain. Luar Biasaaaaaa.
Habis opening ceremony episode foto-foto lanjut di depan hotel. Gambaran depan hotel tempat acara dan hotel menginap hanya berseberangan jalan dan dipisah oleh taman yang diguanakn untuk kumpul-kumpul warga Vietnam. Di ujung jalan ada bangunan mirip akstil atau istana. Katanya sih gedung pemerintahan.
Setelah opening
ceremony, semua delegasi kembali ke Oscar Hotel untuk beristirahat dan berganti
kostum. Acara berikutnya makan siang di restoran halal. Kostum kami kali ini kaos Kappija berwarna
biru dongker dan jeans. Cucoklah untuk cuaca panas. Delegasi Indonesia bersama
dengan delegasi Malaysia, yah karena menu halal hanya milik kami berdua negara
hehehehe. Eh tapi dari Cambodya ikut serta juga.selidik punya selidik ternyata
karena Cambodya satu busa dengan rombongan Indonesia dan Malaysia. Menu yang
disuguhkan ada sop, ikan, tofu dan
semangka. Menu yang disajikan dalam sekejap habis. Bagian menghabiskan kepala ikan dan tubuh keringnya Cak Sungging. Mantap rekkk.
Destinasi pertama adalah sebuah daerah yang cukup jauh dari kota.Sebenarnya aku ga tahu ini tempat apa tapi banyakbenda-benda seni yang dipamerkan. Jalan menuju tempat yang jauh membuat kami semakin kepanasan.
Di tempat ini ada berbagai baju khas Vietnam yang dikumpulkan. bukan itu saja banyak lukisan wanita telanjang yang membuat kami terbelalak. hahahahahaha
Wowwww luar biasaaaaa
Mekong River
Sungai Mekong merupakan sungai terpanjang ke-12 di dunia dan ke-10 terbesar dalam volume. Yang luar biasa, air Sungai Mekong diketahui mengalir dari Tibet dan melewat provinsi Yunnan di China, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja dan bermuara di Vietnam. Sungguh luar biasa panjang. Sungai Mekong yang berdebit air maksimum 39.000 meter kubik per detik, merupakan sungai yang menghidupi 100 juta orang dan 100 suku bangsa di pinggirannya. Ia juga menghasilkan 1,3 juta ton ikan dan membuat subur lahan-lahan pertanian padi di pinggirannya. Beberapa negara seperti Thailand dan Vietnam memanfaatkannya untuk mengairi sawah-sawah yang kemudian diproduksi menjadi beras siap ekspor, termasuk ke Indonesia. Di lingkungan sungai ini terdapat beberapa satwa endemik seperti ikan patin mekong yang berukuran raksasa, lumba-lumba air tawar irawaddy, dan buaya siam. Sungai Mekong juga mempunyai Air Terjun Khone yang membuat navigasi menjadi nihil. Air di air terjun ini jatuhnya dua kali lipat daripada Air Terjun Niagara. Dan air sungai ini juga berasal dari Tonle Sap, danau terbesar di Kamboja dan Asia Tenggara.
Bandara Tan Son Nhat, Ho
Chi Minh City Vietnam, Senin, 4 Desember 2017.
Pengalaman
yang tak terlupakan KESIANGAN dan Ya Rabbb tidak dapat sholat SUBUH plus MANDI. Itupun terbangun setelah terdengan bunyi telepon kamar dan teriakan ketua delegasi Mba Anna. Ya Rabbb ini imbas dari kelelahan tadi malam. Maafkan Ya Rabb hambaMu tak bersyukur.
Makan malam dan bertemu delegasi dari negara lain. Makan malam diadakan di hotel Royal. Setahuku hotel ini adalah hotel yang seharusnya jadi tempat acara. Dibandingkan hotel yang ditempati sekarang, aku yakin Royal Hotel lebih berbintang. Lobby hotelnya saja sudah penuh pernak-pernik menyambut Natal dan pergantian Tahun. Bunga segar dimana-mana ruangan jadi harum.
Mba One widyawati : Pegawai (atau pejabat yah) di kantor UMKM, cantik, untuk ukuran LOLITA, mbak yang satu ini awet ayune. Lembut tutur katanya aku suka menggodanya karena mba One orangnya serius hehehhe.
Cak Sungging: ini asli pejabat yang selalu jadi fotografer (modal HP nya yang mahal punya, malah bawa 4 HP lagi waduhhh) karena selalu berdua dengan Mba One jadi aku juluki “DUET DASYAT”
Setelah acara latihan tari, aku menemui Mba One sudah rindu juga ingin melihat wajah ayune sekalian mau jalan menikmati malam di kota Ho Chi Min. Ada kejadian lucu waktu Uni mengajak aku ke Starbuc katanya Febi anak Uni pesan Tumbler lagi yang tulisan Vietnam. Jadilah aku, Pak Joko, Mba One, Cak Sungging berencana nongki-nongki di starbuck hehehehe mau kaya anak muda Vietnam. Diputuskan memanggil Grab. Ini urusan pak Joko, Grab sudah datang karena sama-sama tidak mengerti bahasanya si supir Grab berulang kali bertanya sambil menunjuk google map.
Pantas saja supir Grab berulang kali bertanya, apa kami yakin akan ke tempat ini. Sambil menunjuk peta. Hadewwwwww ternyata letak Starbuck hanya 500 meter dari hotel hahahhahaha jadi senyum sendiri. Malam itu kami habiskan duduk-duduk di depan resto Coffe bersama aku, Uni, Mbak One, Cak Sungging, dan Pak Joko. Di depan resto seperti alun-alun ramai sekali. Mba One melihat seorang penjual seperti kerak telor, mulanya ragu tapi ketika makan terasa aroma udang dan daun sop yang tercium, yah miri-mirip kebab versi vietnam.
OPENING CEREMONY REGION LEADER FORUM 2017
Tempat duduk sudah disediakan untuk ketua delegasi di depan. Mba Anna duduk manis bersama ketua delegasi yang lain. Selama acara aku ikut menyimak dan melihat langsung bagaimana acara ini dapat mempererat tali persaudaraan antarnegara. Terutama lincahnya Zul kesana kemari menyapa teman-teman dari negara lain. Rupanya dengan seringnya ikut serta, Zul, Tris, Hanum sudah memiliki sahabat dari negara lain. Luar Biasaaaaaa.
Habis opening ceremony episode foto-foto lanjut di depan hotel. Gambaran depan hotel tempat acara dan hotel menginap hanya berseberangan jalan dan dipisah oleh taman yang diguanakn untuk kumpul-kumpul warga Vietnam. Di ujung jalan ada bangunan mirip akstil atau istana. Katanya sih gedung pemerintahan.
Setelah opening ceremony, semua delegasi kembali ke Oscar Hotel untuk beristirahat dan berganti kostum. Acara berikutnya makan siang di restoran halal. Kostum kami kali ini kaos Kappija berwarna biru dongker dan jeans. Cucoklah untuk cuaca panas. Delegasi Indonesia bersama dengan delegasi Malaysia, yah karena menu halal hanya milik kami berdua negara hehehehe. Eh tapi dari Cambodya ikut serta juga.selidik punya selidik ternyata karena Cambodya satu busa dengan rombongan Indonesia dan Malaysia. Menu yang disuguhkan ada sop, ikan, tofu dan semangka. Menu yang disajikan dalam sekejap habis. Bagian menghabiskan kepala ikan dan tubuh keringnya Cak Sungging. Mantap rekkk.
Destinasi pertama adalah sebuah daerah yang cukup jauh dari kota.Sebenarnya aku ga tahu ini tempat apa tapi banyakbenda-benda seni yang dipamerkan. Jalan menuju tempat yang jauh membuat kami semakin kepanasan.
Di tempat ini ada berbagai baju khas Vietnam yang dikumpulkan. bukan itu saja banyak lukisan wanita telanjang yang membuat kami terbelalak. hahahahahaha
Wowwww luar biasaaaaa
Mekong River
Sungai Mekong merupakan sungai terpanjang ke-12 di dunia dan ke-10 terbesar dalam volume. Yang luar biasa, air Sungai Mekong diketahui mengalir dari Tibet dan melewat provinsi Yunnan di China, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja dan bermuara di Vietnam. Sungguh luar biasa panjang. Sungai Mekong yang berdebit air maksimum 39.000 meter kubik per detik, merupakan sungai yang menghidupi 100 juta orang dan 100 suku bangsa di pinggirannya. Ia juga menghasilkan 1,3 juta ton ikan dan membuat subur lahan-lahan pertanian padi di pinggirannya. Beberapa negara seperti Thailand dan Vietnam memanfaatkannya untuk mengairi sawah-sawah yang kemudian diproduksi menjadi beras siap ekspor, termasuk ke Indonesia. Di lingkungan sungai ini terdapat beberapa satwa endemik seperti ikan patin mekong yang berukuran raksasa, lumba-lumba air tawar irawaddy, dan buaya siam. Sungai Mekong juga mempunyai Air Terjun Khone yang membuat navigasi menjadi nihil. Air di air terjun ini jatuhnya dua kali lipat daripada Air Terjun Niagara. Dan air sungai ini juga berasal dari Tonle Sap, danau terbesar di Kamboja dan Asia Tenggara.
Bandara Tan Son Nhat, Ho Chi Minh City Vietnam, Senin, 4 Desember 2017.
Pengalaman yang tak terlupakan KESIANGAN dan Ya Rabbb tidak dapat sholat SUBUH plus MANDI. Itupun terbangun setelah terdengan bunyi telepon kamar dan teriakan ketua delegasi Mba Anna. Ya Rabbb ini imbas dari kelelahan tadi malam. Maafkan Ya Rabb hambaMu tak bersyukur.
Zul dan aku akhirnya kami bisa bersahabat juga
Sarapan pagi di hotek di Vietnam kudu hati-hati. Tanya apakah makanan tersebut halal atau tidak (khusus yang muslim yah).Karena kami semua muslim jadilah makan kali ini penuh dengan tanda tanya dan TIDAK KENYANG. Takut salah makan melanda.
Sarapan yang serba takut
Rombongan City Tour Yeahhhh
Walau ga shoping tapi eksis dulu deh
Mejeng di China Town Vietnam
Serunya foto ini bahkan Mr Joker rela jadi foto profil di FB
Amin Resto menu halal di Vietnam
Royal
Hotel Saigon, Gala Dinner, Jumat, 1 Desember 2017 pukul 19.30
Bersamadelegasi Thaialand
Delegasi Indonesia cari yang halal
Bersama delegasi Malaysia
Delegasi Malaysia
Pak Joko, Zul, dan
Lia belum kelihatan hadir. Ooo alllaaaa ternyata pak Joko ke salon untuk semir
rambut (hahahhahahhaha niat amat yah biar exis rambut hitam semua). Tak lama trio salon datang, dan aku tahu
mereka belum mandi hahahahha. Selesai
makan kami kembali ke hotel rencana akan berlatih tari “Ge mu Fa Mi re” yang
nanti akan kami suguhkan diacara Closing Ceremony. Latihan diadakan di kamar
Mba Anna sambil menunggu Mba One dan Cak Sungging. Katanya pesawat mereka sudah
landing dan menuju hotel. Oh ya kenalan yuk dengan mereka berdua.
Menikmati malam di kota Saigon
Nongki duyu di kota Saigon
Opening
ceremony, yang dibuka oleh ketua panitia dan beberapa presentasi yang diwakili
oleh tiap negara sukses dan lancar. Sayangnya presentasi Indonesia belum
mengedepankan apa yang telah dilakukan Kappija Indonesia bersama JICA, padahal
misi dari Region Leader Forum ini adalah mengenalkan budaya negara dan
kerjasama yang telah dilakukan sebagai alumni. Tahun depan harus lebih baik
lagi. Mendengarkan presentasi dari negara lain duhhhh jadi iri, apalagi dari
Malaysia benar-benar luar biasa. Diskusi kami untuk tahun depan kita akan buat
video singkat apa saja yang telah dilakukan Kappija dan mengenalkan budaya
Indonesia yang belum terekspos kepada negara ASEAN terutama para alumni, jadi
tidak hanya mengenal Bali saja. Indonesia itu indah. Ah.... seandainya kunjugan
kami sewaktu acara National Leader di Batam di “Camp Pengungsi Vietnam”
ditampilkan mungkin teman-teman dari Vietnam akan lebih mengenal bahwasanya
Indonesia menjadi negara terindah dalam menjaga persaudaraan dan perdamaian
dunia.
Taman dan jalan depan hotel
Gaya habis-habisan explore kota Saigon
Rombongan City Tour Yeahhhh
Walau ga shoping tapi eksis dulu deh
Mejeng di China Town Vietnam
Serunya foto ini bahkan Mr Joker rela jadi foto profil di FB
Amin Resto menu halal di Vietnam
Royal
Hotel Saigon, Gala Dinner, Jumat, 1 Desember 2017 pukul 19.30
Bersamadelegasi Thaialand
Delegasi Indonesia cari yang halal
Bersama delegasi Malaysia
Delegasi Malaysia
Pak Joko, Zul, dan
Lia belum kelihatan hadir. Ooo alllaaaa ternyata pak Joko ke salon untuk semir
rambut (hahahhahahhaha niat amat yah biar exis rambut hitam semua). Tak lama trio salon datang, dan aku tahu
mereka belum mandi hahahahha. Selesai
makan kami kembali ke hotel rencana akan berlatih tari “Ge mu Fa Mi re” yang
nanti akan kami suguhkan diacara Closing Ceremony. Latihan diadakan di kamar
Mba Anna sambil menunggu Mba One dan Cak Sungging. Katanya pesawat mereka sudah
landing dan menuju hotel. Oh ya kenalan yuk dengan mereka berdua.
Menikmati malam di kota Saigon
Nongki duyu di kota Saigon
Opening
ceremony, yang dibuka oleh ketua panitia dan beberapa presentasi yang diwakili
oleh tiap negara sukses dan lancar. Sayangnya presentasi Indonesia belum
mengedepankan apa yang telah dilakukan Kappija Indonesia bersama JICA, padahal
misi dari Region Leader Forum ini adalah mengenalkan budaya negara dan
kerjasama yang telah dilakukan sebagai alumni. Tahun depan harus lebih baik
lagi. Mendengarkan presentasi dari negara lain duhhhh jadi iri, apalagi dari
Malaysia benar-benar luar biasa. Diskusi kami untuk tahun depan kita akan buat
video singkat apa saja yang telah dilakukan Kappija dan mengenalkan budaya
Indonesia yang belum terekspos kepada negara ASEAN terutama para alumni, jadi
tidak hanya mengenal Bali saja. Indonesia itu indah. Ah.... seandainya kunjugan
kami sewaktu acara National Leader di Batam di “Camp Pengungsi Vietnam”
ditampilkan mungkin teman-teman dari Vietnam akan lebih mengenal bahwasanya
Indonesia menjadi negara terindah dalam menjaga persaudaraan dan perdamaian
dunia.
Taman dan jalan depan hotel
Gaya habis-habisan explore kota Saigon
Sungai coklat yang mengaliri sungai Mekong
Dalam bahasa Vietnam, nama sungai Mekong sering disebut juga dengan ‘Cuu Long‘ yang bermakna ‘9 Naga untuk 9 mulut yang menghentikan aliran sungai besar ini seperti yang diserap oleh laut‘. Selain itu, ada sebuah fenomena yang tidak biasa, yang terkadang terjadi di sungai Mekong, yaitu kemunculan bola-bola lampu yang sering kali terlihat dari waktu ke waktu naik dari permukaan air di bagian sungai dekat Vientiane, Laos atau Nong Khai. Sehingga hal ini seringkali diduga sebagai ‘bola api naga‘. Oleh penduduk setempat , mereka pun mengaitkan fenomena ini dengan ‘Phaya Naga‘ atau ‘Naga Mekong‘.
Sungai coklat yang mengaliri sungai Mekong
Dalam bahasa Vietnam, nama sungai Mekong sering disebut juga dengan ‘Cuu Long‘ yang bermakna ‘9 Naga untuk 9 mulut yang menghentikan aliran sungai besar ini seperti yang diserap oleh laut‘. Selain itu, ada sebuah fenomena yang tidak biasa, yang terkadang terjadi di sungai Mekong, yaitu kemunculan bola-bola lampu yang sering kali terlihat dari waktu ke waktu naik dari permukaan air di bagian sungai dekat Vientiane, Laos atau Nong Khai. Sehingga hal ini seringkali diduga sebagai ‘bola api naga‘. Oleh penduduk setempat , mereka pun mengaitkan fenomena ini dengan ‘Phaya Naga‘ atau ‘Naga Mekong‘.
Convention Center Saigon, 3 Desember 2017, 19.00 Waktu Vietnam
CLOSING CEREMONY RLF
Akhirnya penutupan juga acara Regional Leader Forum. Acara closing Ceremony tidakdilaksanakan di hotel tapi diConvention Center di luar hotel. Pukul 19.00 waktu Vietnam semua peserta sudah siap di busyang akan mengantar ke gedung acara. Semua peserta dari negara yang ikut RLF sudah cantik dan heboh dengan pakaian khas negara masing-masing. Aku memakai pakaian tenun ikat Maumere (kain oleh-oleh dari Babe yang dibeli dari Flores) bukan tanpa sebab aku memakai busana ini (hemmm). Indonesia akan menampilkan tarian Ge mu Fa Mi Re jadilah kostum ini memang aku siapkan (kebetulan kainnyanya gratis hehehehe).
Uni Erma memakai busana Padang, lengkap dengan tanduak di kepalanya. pakaian yang pastinya meriah habis. Hanum juga memakai busana Padang,bedanya dengan Uni erma,hiasan kepala Hanum suntiang Minang yang lumayan berat, terbayangkan betapa berat yang harus dikenakan Hanum.Hanum sukses memukau semua peserta dari negara lain, banyak peserta negara lain berebut berfoto dengan Uni dan Hanum (tapi lebih banyak dengan Hanum sih) sepertinya aku harus mengikuti deh jejak Hanum dan Uni biar eksis dan dikenal harus memakai busana yang SUPER HEBOH. Rencana sih mau memakai busana dari Ujung pandang yang pastinya LUAR BIASA (tapi ada yang mau pinjami ga nih ????). MBa Anna, Zul, Lia, Tris, Mba Onne, Fajar, Wati, busananya simpel dan suskes juga memukau dengan kebaya moderen yang dikenakannya. Pokoknya delegasi Indonesia benar-benar memukau.
Wah kelupaan ada pejantan tangguh yaitu: Mr Joker (Jakarta yang akhirnya jadi Mr Dollar Man), Cak Sungging (Surabaya) , dan Asrul (Makasar) benar-benar gagah dengan jas yang dikenakan. Gedung acara tidak seluas gedung pada saat opening ceremony yang diadakan di Royal saigon Hotel. Sama dengan acara opening ceremony kami menempati tempat duduk dengan meja bundar yang mengelilingi. Yah namanya lebih nyamaduduk dengan teman sendiri jadilah semua peserta duduk dengan peserta dari negara yang sama (harusnya sesuai dengan motto Leadershif, Friendshif, Pastrnertshif berbagi duduk dengan peserta dari negara lain biar bisa saling kenal). Aku dan Uni serta Tris duduk dengan delegasi dari Myanmar. Luamayanlah walau tidak mengerti bahasanya yah bisa say hello.
Sambutan-sambutan mengawali acara Closing Ceremony yah seperti acara-acara lainnya. Penting ga nya yah terserah kuping yang mendengar kalau aku sih sibukfoto-foto dan persiapan dance hahahahaha tapi bukan aku aja kok yang lain juga gitu (maaf yah Bu/ Pak bukan ga sopan).
Acara selanjutnya setelah sambutan adalah pemberian sertifikat keikutsertaan. setiap peserta berhak maju dan naik ek atas panggung kecil untuk menerima sertifikat yang diberikan dari penyelenggara yaitu JICA dan AJAFA.
Bersama delegasi dari Myanmar
Malam makin larut, pukul 01.30 aku dan Uni kembali ke hotel tapi berjalan kaki tidak naik taksi. terbayanglah capenya. Sampai kamar hotel masih sibuk packing deh. Tidur dengan muka penuh cerita untuk oleh-oleh keluarga di rumah.
Convention Center Saigon, 3 Desember 2017, 19.00 Waktu Vietnam
CLOSING CEREMONY RLF
Akhirnya penutupan juga acara Regional Leader Forum. Acara closing Ceremony tidakdilaksanakan di hotel tapi diConvention Center di luar hotel. Pukul 19.00 waktu Vietnam semua peserta sudah siap di busyang akan mengantar ke gedung acara. Semua peserta dari negara yang ikut RLF sudah cantik dan heboh dengan pakaian khas negara masing-masing. Aku memakai pakaian tenun ikat Maumere (kain oleh-oleh dari Babe yang dibeli dari Flores) bukan tanpa sebab aku memakai busana ini (hemmm). Indonesia akan menampilkan tarian Ge mu Fa Mi Re jadilah kostum ini memang aku siapkan (kebetulan kainnyanya gratis hehehehe).
Uni Erma memakai busana Padang, lengkap dengan tanduak di kepalanya. pakaian yang pastinya meriah habis. Hanum juga memakai busana Padang,bedanya dengan Uni erma,hiasan kepala Hanum suntiang Minang yang lumayan berat, terbayangkan betapa berat yang harus dikenakan Hanum.Hanum sukses memukau semua peserta dari negara lain, banyak peserta negara lain berebut berfoto dengan Uni dan Hanum (tapi lebih banyak dengan Hanum sih) sepertinya aku harus mengikuti deh jejak Hanum dan Uni biar eksis dan dikenal harus memakai busana yang SUPER HEBOH. Rencana sih mau memakai busana dari Ujung pandang yang pastinya LUAR BIASA (tapi ada yang mau pinjami ga nih ????). MBa Anna, Zul, Lia, Tris, Mba Onne, Fajar, Wati, busananya simpel dan suskes juga memukau dengan kebaya moderen yang dikenakannya. Pokoknya delegasi Indonesia benar-benar memukau.
Bersama delegasi dari Myanmar
Malam makin larut, pukul 01.30 aku dan Uni kembali ke hotel tapi berjalan kaki tidak naik taksi. terbayanglah capenya. Sampai kamar hotel masih sibuk packing deh. Tidur dengan muka penuh cerita untuk oleh-oleh keluarga di rumah.
CLOSING CEREMONY RLF
Akhirnya penutupan juga acara Regional Leader Forum. Acara closing Ceremony tidakdilaksanakan di hotel tapi diConvention Center di luar hotel. Pukul 19.00 waktu Vietnam semua peserta sudah siap di busyang akan mengantar ke gedung acara. Semua peserta dari negara yang ikut RLF sudah cantik dan heboh dengan pakaian khas negara masing-masing. Aku memakai pakaian tenun ikat Maumere (kain oleh-oleh dari Babe yang dibeli dari Flores) bukan tanpa sebab aku memakai busana ini (hemmm). Indonesia akan menampilkan tarian Ge mu Fa Mi Re jadilah kostum ini memang aku siapkan (kebetulan kainnyanya gratis hehehehe).
Uni Erma memakai busana Padang, lengkap dengan tanduak di kepalanya. pakaian yang pastinya meriah habis. Hanum juga memakai busana Padang,bedanya dengan Uni erma,hiasan kepala Hanum suntiang Minang yang lumayan berat, terbayangkan betapa berat yang harus dikenakan Hanum.Hanum sukses memukau semua peserta dari negara lain, banyak peserta negara lain berebut berfoto dengan Uni dan Hanum (tapi lebih banyak dengan Hanum sih) sepertinya aku harus mengikuti deh jejak Hanum dan Uni biar eksis dan dikenal harus memakai busana yang SUPER HEBOH. Rencana sih mau memakai busana dari Ujung pandang yang pastinya LUAR BIASA (tapi ada yang mau pinjami ga nih ????). MBa Anna, Zul, Lia, Tris, Mba Onne, Fajar, Wati, busananya simpel dan suskes juga memukau dengan kebaya moderen yang dikenakannya. Pokoknya delegasi Indonesia benar-benar memukau.
Wah kelupaan ada pejantan tangguh yaitu: Mr Joker (Jakarta yang akhirnya jadi Mr Dollar Man), Cak Sungging (Surabaya) , dan Asrul (Makasar) benar-benar gagah dengan jas yang dikenakan. Gedung acara tidak seluas gedung pada saat opening ceremony yang diadakan di Royal saigon Hotel. Sama dengan acara opening ceremony kami menempati tempat duduk dengan meja bundar yang mengelilingi. Yah namanya lebih nyamaduduk dengan teman sendiri jadilah semua peserta duduk dengan peserta dari negara yang sama (harusnya sesuai dengan motto Leadershif, Friendshif, Pastrnertshif berbagi duduk dengan peserta dari negara lain biar bisa saling kenal). Aku dan Uni serta Tris duduk dengan delegasi dari Myanmar. Luamayanlah walau tidak mengerti bahasanya yah bisa say hello.
Sambutan-sambutan mengawali acara Closing Ceremony yah seperti acara-acara lainnya. Penting ga nya yah terserah kuping yang mendengar kalau aku sih sibukfoto-foto dan persiapan dance hahahahaha tapi bukan aku aja kok yang lain juga gitu (maaf yah Bu/ Pak bukan ga sopan).
Acara selanjutnya setelah sambutan adalah pemberian sertifikat keikutsertaan. setiap peserta berhak maju dan naik ek atas panggung kecil untuk menerima sertifikat yang diberikan dari penyelenggara yaitu JICA dan AJAFA.
Bersama delegasi dari Myanmar
Malam makin larut, pukul 01.30 aku dan Uni kembali ke hotel tapi berjalan kaki tidak naik taksi. terbayanglah capenya. Sampai kamar hotel masih sibuk packing deh. Tidur dengan muka penuh cerita untuk oleh-oleh keluarga di rumah.
Gubrakkkk gubrukkkk serabutan turunkan koper ke lobbi, mobil sudah menunggu kami berdua siapberangkat ke bandara. Aku dan Uni hanya bisa tersenyum mengingat bau di tubuh ini hasil dari mandi minyak wangi bukan MANDI hahahahahha.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah memberikan komentar dan masukan