JELANG PEMILU 2009 VERSUS JELANG UJIAN NASIONAL 2009
Bagaimana kabar Indonesia? Bagaimana kabar Jakarta? Jelang PEMILU seperti sekarang ini memang cukup hangat yang diberitakan, selain tayangan langsung persiapan PEMILU , juga berita heboh di koran nasinal maupun lokal. Bahkan hebohnya persiapan para caleg untuk mempromosikan dirinya di sejumlah jalan-jalan, tembok rumah, bahkan tiang listrik pun jadi sasaran pemasangan wajah caleg.kehebohan juga terasa di kantor tempat caleg atau pasangannya (istri/suami) bekerja. Cerita seputar kesibukan dan doa dari rekan kerja, serta sedikit promosi untuk pasangannya jadi menu wajib setiap perbincangan. Suasan kerja menjadi ikut-ikutan ramai membicarakan rekannya yang menjadi caleg. Yang ditunggu pastinya benda pa yang akan mengiringi promosi itu! Di kantor saya kebetulan ada rekan yang mencalonkan diri menjadi caleg dari sebuah partai besar. Kebetulan juga pasangannya beerja di kantor yang sama, ada untungnya juga karena kami jadi kebagian benda promosinya lumayan berguna karena ada buklet masakan, buklet tentang kesehatan dan buklet tentang doa-doa. Terima kasih untuk benda promosinya yah. Mudah-mudahan sukses (tapi jangan marah yah kalau saya nggak memilih partainya soalnya saya dah punya pilihan).
Promosi yang dilakukan para caleg sayangnya tidak ada kursus atau bimbingan belajarnya. Yah tidak seperti persiapan siswa kelas VI, kelas IX, dan kelas XII. Jelang ujian nasional mereka berlomba-lomba mendaftar dan mengikuti bimbingan belajar bahkan yang orang tuanya berlebihan materi akan memanfaatkan privat untuk mata pelajaran Ujian Nasional. Bahkan karena upaya untuk menggolkan anaknya ke sekolah unggulan atau universitas favorit mereka akan secara khusus memanggil guru ke rumah.
Tapi, .... ada tapinya nih, walaupun mata pelajaran Bahasa Indonesia ikut-ikutan diujiannasionalkan namun, sampai sekarang semua lembaga pendidikan atau penyelenggara ujian nasional tidak ada yang mengadakan bimbingan belajar bahasa Indonesia. Ha..ha..ha,...jadi ingin tertawa, pasti nggak mungkinlah diujiannasionalkan, kata siswaku mudah kok pelajaran bahasa Indonesia. Jadi nggak perlulah bimbingan belajar. Masak sih....? benar nggak soal-soal ujian ansional bahasa Indonesia mudah? Kalau saya yang mengerjakan soal ujian nasional harusnya bisa menjawabkan? Tapi itulah uniknya pelajaran bahasa Indonesia gurunya saja harus ekstra menalar jawaban apa yang seharusnya atau jawaban apa yang benar. Karena soal bahasa Indonesia suyektif, saya katakan pada siswa saya dan teman-teman sesama guru bila menganalisis soal (karena biasanya saya dan teman, juga yang lain beda pendapat mengenai kunci jawabannya) yang benar jawabannya hanya si pembuat soal. Mengapa bisa seperti itu? Yah karena nalar setiap orang dalam menganalisis teks bacaan atau wacana pasti berbeda.
Jelang ujian nasional, pastinya bukan hanya bimbingan belajar dan belajar ekstra namun doa diri sendiri dan orang tua serta motivasi untuk menuntaskan kewajiban selama tiga tahun bersekolah jadi simbol keberhasilan. Bukan keberhasilan mata pelajaran yang di UN-kan tapi keberhasilan untuk kembali melangkah ke depan dengan senyum kemenangan. Sebagai guru, saya ikut larut dalam perjuangan anak didik saya untuk mencapai kemenangan tersebut, berbagai upaya saya lakukan mulai dari menganalisis soal ujian nasional tahun sebelumnya sampai memberikan bimbingan khusus untuk siswa yang daya nalarnya masih kurang ( mudah-mudahan usaha Bunda bisa maksimal yah Nak). Walau ada juga siswa yang masih belum paham akan pentingnya pendalaman materi yang diberikan gurunya (untuk yang satu ini Bunda hanya pesan KALAU BUKAN DARI DIRI KALIAN SIAPA LAGI YANG BISA MEMBANTU!).
Jelang PEMILU dan jelang ujian nasional menjadi berita hangat di tengah dunia tentang krisis global. Bukan berita lagi lagi bila dalam satu keluarga terdapat banyak kepentingan, misalnya ayah yang siap di PHK karena pengurangan pegawai untuk mengurangi beban perusahaan, sampai ibu yang ikut pusing memikirkan anaknya yang ujian nasional dan siap menerima berita suaminya yang akan di PHK. Bahkan ibu akan kembali memutar otak memikirkan apakah anaknya setelah ujian nasional akan melanjutkan kembali. Kalau sudah demikian masih terpikirkankah untuk jelang PEMILU dengan memilih wakilnya? Apakah contrengnya akan mengatasi PHK suaminya atau membantu sekolah anaknya?
KITA TUNGGU JAWABANNYA SETELAH PEMILU
Bagaimana kabar Indonesia? Bagaimana kabar Jakarta? Jelang PEMILU seperti sekarang ini memang cukup hangat yang diberitakan, selain tayangan langsung persiapan PEMILU , juga berita heboh di koran nasinal maupun lokal. Bahkan hebohnya persiapan para caleg untuk mempromosikan dirinya di sejumlah jalan-jalan, tembok rumah, bahkan tiang listrik pun jadi sasaran pemasangan wajah caleg.kehebohan juga terasa di kantor tempat caleg atau pasangannya (istri/suami) bekerja. Cerita seputar kesibukan dan doa dari rekan kerja, serta sedikit promosi untuk pasangannya jadi menu wajib setiap perbincangan. Suasan kerja menjadi ikut-ikutan ramai membicarakan rekannya yang menjadi caleg. Yang ditunggu pastinya benda pa yang akan mengiringi promosi itu! Di kantor saya kebetulan ada rekan yang mencalonkan diri menjadi caleg dari sebuah partai besar. Kebetulan juga pasangannya beerja di kantor yang sama, ada untungnya juga karena kami jadi kebagian benda promosinya lumayan berguna karena ada buklet masakan, buklet tentang kesehatan dan buklet tentang doa-doa. Terima kasih untuk benda promosinya yah. Mudah-mudahan sukses (tapi jangan marah yah kalau saya nggak memilih partainya soalnya saya dah punya pilihan).
Promosi yang dilakukan para caleg sayangnya tidak ada kursus atau bimbingan belajarnya. Yah tidak seperti persiapan siswa kelas VI, kelas IX, dan kelas XII. Jelang ujian nasional mereka berlomba-lomba mendaftar dan mengikuti bimbingan belajar bahkan yang orang tuanya berlebihan materi akan memanfaatkan privat untuk mata pelajaran Ujian Nasional. Bahkan karena upaya untuk menggolkan anaknya ke sekolah unggulan atau universitas favorit mereka akan secara khusus memanggil guru ke rumah.
Tapi, .... ada tapinya nih, walaupun mata pelajaran Bahasa Indonesia ikut-ikutan diujiannasionalkan namun, sampai sekarang semua lembaga pendidikan atau penyelenggara ujian nasional tidak ada yang mengadakan bimbingan belajar bahasa Indonesia. Ha..ha..ha,...jadi ingin tertawa, pasti nggak mungkinlah diujiannasionalkan, kata siswaku mudah kok pelajaran bahasa Indonesia. Jadi nggak perlulah bimbingan belajar. Masak sih....? benar nggak soal-soal ujian ansional bahasa Indonesia mudah? Kalau saya yang mengerjakan soal ujian nasional harusnya bisa menjawabkan? Tapi itulah uniknya pelajaran bahasa Indonesia gurunya saja harus ekstra menalar jawaban apa yang seharusnya atau jawaban apa yang benar. Karena soal bahasa Indonesia suyektif, saya katakan pada siswa saya dan teman-teman sesama guru bila menganalisis soal (karena biasanya saya dan teman, juga yang lain beda pendapat mengenai kunci jawabannya) yang benar jawabannya hanya si pembuat soal. Mengapa bisa seperti itu? Yah karena nalar setiap orang dalam menganalisis teks bacaan atau wacana pasti berbeda.
Jelang ujian nasional, pastinya bukan hanya bimbingan belajar dan belajar ekstra namun doa diri sendiri dan orang tua serta motivasi untuk menuntaskan kewajiban selama tiga tahun bersekolah jadi simbol keberhasilan. Bukan keberhasilan mata pelajaran yang di UN-kan tapi keberhasilan untuk kembali melangkah ke depan dengan senyum kemenangan. Sebagai guru, saya ikut larut dalam perjuangan anak didik saya untuk mencapai kemenangan tersebut, berbagai upaya saya lakukan mulai dari menganalisis soal ujian nasional tahun sebelumnya sampai memberikan bimbingan khusus untuk siswa yang daya nalarnya masih kurang ( mudah-mudahan usaha Bunda bisa maksimal yah Nak). Walau ada juga siswa yang masih belum paham akan pentingnya pendalaman materi yang diberikan gurunya (untuk yang satu ini Bunda hanya pesan KALAU BUKAN DARI DIRI KALIAN SIAPA LAGI YANG BISA MEMBANTU!).
Jelang PEMILU dan jelang ujian nasional menjadi berita hangat di tengah dunia tentang krisis global. Bukan berita lagi lagi bila dalam satu keluarga terdapat banyak kepentingan, misalnya ayah yang siap di PHK karena pengurangan pegawai untuk mengurangi beban perusahaan, sampai ibu yang ikut pusing memikirkan anaknya yang ujian nasional dan siap menerima berita suaminya yang akan di PHK. Bahkan ibu akan kembali memutar otak memikirkan apakah anaknya setelah ujian nasional akan melanjutkan kembali. Kalau sudah demikian masih terpikirkankah untuk jelang PEMILU dengan memilih wakilnya? Apakah contrengnya akan mengatasi PHK suaminya atau membantu sekolah anaknya?
KITA TUNGGU JAWABANNYA SETELAH PEMILU
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah memberikan komentar dan masukan