Saturday, March 28, 2009

PESTA ULTAH YANG HAMPIR USAI

MY BIRTHDAY

Hari ini Kamis 19 Maret 2009, seperti biasa aku mengajar di SMA Yappenda. Lewat sembilan hari dari My Birthday walau usia 40 berlalu tapi hidup harus jalan terus. Hari itu aku mengajar di kelas XII Bahasa, kelas yang didominasi anak-anak yang manis dan penuh semangat. Mengajar di kelas itu semangat untuk berjuang bersama menghadapi UN terasa ringan dan gembira have fun.

Awalnya insiden kecil diciptakan Siti Alawiyah dan Putri, akting yang mereka mainkan membuatku bisa kaget juga padahal biasanya aku tidak mudah tertipu. Masuk ke kelas mereka ada kejutan manis buatku. Ternyata mereka menyiapkan sebuah kue tar coklat dan angka 39 di atasnya. Aku jadi tersenyum karena umurku dimudakan 1 tahun. Dengan gayanya anak-anak manis itu (eh... lupa ada juga yang cakep) memberikan ucapan selamat padaku dengan doa yang aku nggak tahu (mudah-mudahan yang baik yah?) lilin yang tertiup aku panjatkan doa agar anak-anak yang penuh ceria ini lulus ujian nasional.

Kue tar yang lumayan besar kata mereka harus dipotong. Nah bagaimana dengan potongan pertama kue, untuk siapa yah... (kalau mereka mungkin untuk sang pujaan hati yah..!)
Potongan kue itu aku berikan pada Ismi. Mengapa Ismi?
Pertanyaan itu mungkin dilontarkan oleh semua siswa atau mungkin aku sendiri. Ada yang menarik dengan Ismi, siswaku ini berbadan paling kecil, agak manja, dan sedikit perasa. Kue itu sebagai tanda terima kasihku buat Ismi, mengapa harus berterima kasih dengan ISMI?
Ada satu cerita yang mungkin juga dialami oleh semua guru di dunia. Di kelas XII Bahasa aku mengajar 2 mata pelajaran yang diUN-kan, Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia. Ada 2 kali trayout, pada trayout ke-2, ketika nilai trayout sampai ke tanganku yang aku lihat adalah nilai rata-rata kelas dan nilai terendah yang bisa dicapai siswa. Waktu itu aku terkejut dengan perolehan nilai terendah, karena menurutku tidak masuk akal kalau pencapainya hanya sebesar itu. Dan yang membuatku tambah terkejut perolehan nilai terendah itu ada pada Ismi. Sedih,kecewa tentu saja, karena aku yakin perolehan Ismi bisa lebih dari itu.
Hari itu juga aku memanggil Ismi, agar tidak merasa menggurui (walaupun aku gurunya) aku meminta bantuan Ma’wa seorang siswa yang dulu pernah juga mengalami kemorosotan dalam prestasi belajar, namun perlahan dan pasti prestasi Ma’wa malah melesat cepat (Mawa harapanku dan mungkin harapan semua guru untuk rata-rata nilai yang baik). Aku ingin Ismi belajar dari pengalaman Ma’wa. Hari itu aku melihat Ismi tertunduk lesu, pandangannya kosong. Tadinya aku tidak yakin dengannya. Ternyata Ismi dapat membuktikan padaku bahwa ia bisa bangkit dan berlari bersama teman-temannya. Trayout ke-3 Ismi membuktikannya padaku, rasa terima kasih belum sempat aku ucapkan maka ketika aku memotong kue itu aku yakin kue itu untuk Ismi. Karena Ismi telah membuka mata hatiku bahwa pendekatan seorang siswa lebih baik dengan temannya karena siswa merasa mereka sebaya. Mungkin kalau tadi aku yang melakukan akan terkesan menggurui atau bahkan mengintimidasi. Sejak saat itu metode mengajarku aku buat diskusi antarsiswa, dan siswa memprentasikan kepada teman-temanya apa yang mereka dapatkan serta mengapa mereka mendapat jawaban itu. Pengalaman dengan peristiwa Ismi aku wujudkan dalam sebuah penelitian tentang “TUTOR SEBAYA”.
Terima kasih yah buat anak-anak bahasa, kalian membuat hidup ini makin bermakna. Coba kalau semua kelas seperti kelas kalian semangat terus kami guru mengajar yah...!

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah memberikan komentar dan masukan

Back Home Pasien Covid

Good bye Wisma Atlet Hari ke-14 di Wisma Atlet "Menunggu Surat" Senin, 4 Januari 2021 Ini hari ke-14 di Wisma Atlet. Katanya kami ...